Dua

980 81 5
                                    

Hello, kembali lagi bersama author mermet. Ini cerita gabud aja, but i hope you enjoy~
























"Aku harap kamu mati di sini." Itu lah yang di ucapkan sang ayah saat meninggalkan dirinya di dalam ruangan itu.

"YAYAH! HIKS HIKS." Teriak histeris bintang.

.

"YA-YAYAH! AN-ANGAN TINGGALIN INTA HIKS, INTA TATUT DI CINI HIKS. YAYAH INTA MOHON HIKS!" Teriak bintang sambil menggedor gedor pintu ruangan itu.

"Yayah, apa calah inta?" Ucap bintang lirih.

Kepalanya terasa berdenging, darah di kepalanya tak kunjung berhenti mengalir, pandangannya memudar dengan deru nafas yang tak teratur.

BRAK

Tubuh mungil intan terjatuh di lantai, tanpa ada yang memperdulikan dan mencari keberadaannya.

30 menit berlalu, bintang masih setia memejamkan matanya. Dia harap, saat dia membuka mata ada orang yang menolong dirinya. Namun, ntah memang Tuhan tak berpihak kepada dirinya atau bagaimana.

"Sudah bangun." Ucap sang papa (adik ayah bintang dan bulan) dengan nada dingin.

"Pa-papa au apain inta?" Saat bintang hendak bergerak, lengan dan kakinya seakan sulit bergerak, dirinya menoleh ke samping, bintang mebelalakan matanya saat melihat pergelangan tangan dan kaki yang. . . di rantai.

"Jangan terlalu kasar pa, dia masih anak kecil. Jangan sampai dia mati, agar kita bisa menyiksanya." Ucap Bilal putra sulung sang papa.

"TA-TALIAN AU APAIN INTA? INTA NDAK HIKS NDAK CALAH!" Teriak bintang sambil memberontak.

CTAS

Cambuk itu mendarah tepat di pipi bulat milik bintang, rasa sakit dan perih yang bercampur membuat dirinya semakin menangis.

'hiks, talau inta menangis hiks lacanya luta ini telaca lebih pelih hiks." Batin bintang.

"Bagus, kau seharusnya diam." Ucap Bella dingin.

"Hiks, tata bel-"

PLAK

Ucapan bintang terpotong karena Bella langsung memukul pipinya dengan keras.

"Jangan sebut aku kakak setelah apa yang kau perbuat bajingan." Ucap Bella.

"Hiks ap-apa calah inta cama talian hiks hiks. Inta Ndak pelnah melatutan apa pun tepada talian hiks hiks." Tanya bintang.

"Kau sudah melukai permata kami." Ucap sang ibu.

"I-ibu hiks tolongin inta hiks, pipi inta lacanya catit cetali." Mohon bintang pada sang ibu.

"Entahlah, aku harap kamu menghilang di telan oleh bumi, semoga kamu cepat mati. . ." Intan merasa hatinya di cabik cabik menjadi kepingan kecil, rasa sakit dari hatinya dan juga cambukan demi cambukan yang ia terima.

Pandangannya terus kosong dengan air mata yang mengalir sendiri, setelah ia sadarai. . . rasa sakit di punggungnya tak terasa sesakit ucapan sang ibu yang membuat dirinya tertampar kuat dengan kenyataan.

'cungguh menyedihtan cetali hiduptu ini.' batin bintang sambil terkekeh kecil.

"Tinggalkan dia dan obati, 2 hari lagi kita baru bisa mencambuknya hingga puas." Ucap Bilal.

"Tck! Lemah." Cibir Bella sambil menendang bintang tepat di perutnya.

"Cungguh, catit cetali." Gumam bintang.

Begitu lah kesehariannya di rumah ini, di cambuk di obati di cambuk dan di obati lagi. Hal itu terus menerus di lakukan keluarganya selama beberapa tahun ke depan, dirinya sudah tak peduli jika harus mati.

Tapi Tuhan tak kunjung mencabut nyawa nya, bahkan setelah dia berdoa agar cepat mati. Tapi Tuhan tetap tak mendengarkan doanya.

Di saat bintang berumur 8 tahun, dirinya di sekolahkan di salah satu sekolah termurah di negara ini, dirinya di bully di lecehkan dan di caci maki oleh guru guru dan juga teman sebayanya, bekas cambukan di wajahnyalah yang menjadi penyebab dia di perlakukan seperti itu di sekolah.

Hingga suatu hari, dirinya menemukan sebuah buku berwarna emas di belakang halaman rumah. Dia membuka buku itu dan membaca lembaran lembaran itu, sungguh dirinya amat sangat terkejut saat mengetahui bahwa buku itu adalah garis takdir saudara laki lakinya. . . Yaitu Bulan.

Dan dirinya, hanya lah seorang antagonis di dalam kehidupan bulan. Sunggu tak adil dunia ini, dirinya yang terus menderita hingga akhir. Tapi bulan malah terus menerus menikmati rasa sakit bintang dengan senyuman polosnya.

Apa sebegitu jahatnya dunia ini hingga dirinya di cap sebagai antagonis yang jahat? Kenapa?! Kenapa harus dirinya yang menjadi antagonis!

Tangis bintang pecah di kala itu, tak ada satu orang pun yang bisa dia jadikan tempat untuk bersandar, siapa?! Siapa yang harus dia ajak berbagi cerita, berbagi kehangatan, berbagi keluh dan kesah.

"Sungguh menyedihkan diriku ini..." Gumam bintang sambil tertawa masam.

"Tak ada harapan untuk diriku berbahagia, sialan dengan dunia ini. Aku harap aku mati saja." Lanjutnya sambil bangkit dari duduk dan mengeluarkan korek dari sakunya.

Dirinya membakar buku itu dengan air mata yang sudah mengering di kelopak mata indah milik bintang.

"Merah..." Gumam bintang saat melihat api yang membakar sebuah buku dengan sampul emas itu.

Flash back end [kedepannya akan di ceritakan potongan potongan memori intan.]

"Selamat tinggal dunia, aku harap tuhan bisa membiarkanku masuk ke dalam surga ya..PFT" hambat dari mulut bintang lolos begitu saja, dirinya memejamkan mata dengan satu kaki yang sudah terangkat ke atas siap melangkah.

[HALO!]

Bintang terkejut dengan suara aneh yang muncul dari kepalanya, apa itu setan? Apa penghuni gedung tua ini? Mungkin suara itu hanya ilusi saja, Dirinya seakan tak peduli dengan hal itu melanjutkan langkahnya maju ke depan. Jantungnya berdegup kencang sambil mulutnya menghela nafas panjang.









































TBC

Ceritanya baru di mulai, but i hope you enjoy this story'.

Bye bye, C'ya in next chap

I'm A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang