02 - Laily Zeylanica

3 0 0
                                    


Laily jalan ke sekolah dengan tidak bersemangat. Tentu aja, karena dia gak bisa tidur karena di-spam panggilan terus entah itu telepon rumah, surat, dll.

Entah sampai kapan dia harus ngerasain penderitaan ini, semuanya gara-gara kakak sialannya itu.

Rasanya Laily pengen ngegeprek wajah sok cantiknya tanpa ampun!

Udah gitu debt collector itu bener-bener bikin kesel. Dia selalu dateng terus gedor-gedor pintu rumah orang entah itu pagi, siang, sore, malam bahkan diri hari. Gila emang.

Masih dengan penampilan imut cuma beda di pakaian seragam SMP Sekolah Satu. Rok overall seukuran sampai betis bercorak batik serba biru, kemeja putih dengan pita di kerahnya.

Mau dilihat dari mana pun penampilan Laily tampak elegan dan rapi, tapi orang-orang tidak berpikir demikian.

Mereka malah ...

"Hei, dia beneran keluar dari kompleks kematian? Serius?"

Beberapa orang langsung berbisik-bisik seolah baru liat iblis keluar dari istananya.

"Tempat yg terkenal angker dan banyak rumor menyeramkan. Bisa-bisanya dia tinggal di tempat seperti itu."

"Pssst, lebih baik jaga jarak sama dia. Mungkin dia ketempelan makhluk halus atau kutukan."

"Bener."

Salah satu makanan sehari-hari bagi Laily. Gadis itu cuman bisa memalingkan mukanya mengabaikan segala macem ocehan omong kosong itu.

Zaman udah modern gini masih aja percaya gituan. Gimana SDM bisa maju?

Tapi ya sebenarnya nguntungin Laily juga. Bukan bermaksud sombong atau gimana, sewaktu kecil dulu karena saking imutnya banyak orang yg gemes pas liat dia.

Orang-orang kayak liat bidadari yg baru aja turun dari kayangan.

Yang jelas, Laily risih banget.

Tapi semenjak dia tinggal di Kompleks Kematian, reputasinya langsung berubah. Bukannya ngedeketin, justru malah ngejauhin yg bikin Laily jadi merasa aman.

Persetan dengan rumor yg buruk tentang dia seperti ketempelan setan atau kena kutukan, selama gadis itu bisa hidup dengan tenang, mungkin ngambil imej iblis pun tak apa-apa.

Ketika masuk sekolah, respon orang-orang di sekitar Laily masih sama seperti di luar. Masih berkaitan dengan rumor sebelumnya.

Meski gitu, ada seorang pemuda yang deket sama dia.

"Ah, pagi, Ly. Tumben berangkat pagi-pagi."

Seorang pemuda yg memiliki perawakan jauh lebih tinggi dari Laily menyapanya sehabis masukin sepatu luar dan mengambil sepatu ruangan dari loker.

Senyuman hangatnya yg bisa saja meluluhkan lawan jenis itu terlihat menenangkan. Karena Laily udah mengenalnya sejak kecil, dia sama sekali tidak terpengaruh pesonanya dan sudah terbiasa.

"Kebetulan bangun sebelum jam alarm bunyi, jadi sekalian aja."

Laily menjawab singkat tanpa emosi.

Meski pada faktanya, dia dibangunin sama si Debt Collector Demian yg terus spam panggilan teleponnya yg ngalahin alarm bersuara ledakan bom atom.

"Gitu ya, biasanya kamu suka dipas-pasin pas gerbang hampir ditutup."

Farhan tertawa kecil membahas rutinitas Laily sewaktu pergi ke sekolah. Ya, bukan tanpa alasan Laily suka pas-pasin waktu berangkat. Dia cuman males nunggu guru karena sehabis masuk kelas pasti cuman duduk terus digosipin orang-orangnya di kelasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transition From Elite YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang