Siang ini amarah Reynan tidak tertahankan. Semua barang diruang tengah dia lempar hingga hancur dengan umpatan terus keluar dari bibirnya.
Semua amarahnya itu keluar hanya karena dirinya yang dibandingkan kedua orang tuanya dengan sang istri yang telah sukses sebagai dokter dan sebagai pemilik Rumah Sakit yang baru diturunkan keluarganya padanya. Seolah dirinya tidak melakukan apapun. Selalu saja seperti itu setiap bertemu.
"Dia saja tidak becus jadi istri, untuk apa dibanggakan?! Dia itu penjahat!"
"Dia itu bajingan bertopeng malaikat!!" Tidak henti tangannya melempar barang yang ada disana.
Sampai vas sedang yang dia lempar mengenai foto keluarga mereka yang membuat foto itu terjatuh dan pecah. Dia tidak menyadarinya dan terus menghancurkan barang-barang diruangan itu.
|
Veranda mondar-mandir di rooftop Rumah Sakit dengan teleponnya dia tempelkan di telinganya. Gracia, putrinya itu yang sejak tadi dia hubungi tidak kunjung mengangkat teleponnya. Tadi pagi mereka tidak sempat bertemu karena dia harus buru-buru pergi ke Rumah Sakit yang membuatnya sibuk hingga siang. Jadi dia baru menghunginya siang ini karena ada waktu sebentar.
Veranda menghela napas. Baru kali ini Gracia tidak mengangkat telepon darinya. Ada apa? Kenapa Gracia sampai tidak mau menangkat teleponnya?
Dia berganti mendial nomor lain, yaitu suruhannya. Menyuruhnya untuk membawa pulang Gracia dan menahannya hingga dia pulang nanti.
●●●
"Bagaimana hubungan mu dengan Gilang?" Feni membuka suara sesaat dia dan Shani duduk di kantin Rumah Sakit.
"Baik. Dia kemarin baru bertemu dengan ku. Kami makan malam dan jalan-jalan sebentar."
Feni mengangguk sekilas. "Kalau hubungan mu dengan Gracia?" Tanyanya yang langsung membuat tangan Shani berhenti diudara yang ingin menyendokkan bakso ke mulutnya.
Dentingan sendok dengan mangkuk terdengar keras ulah Shani karena pertanyaan Feni barusan. "Aku akan selalu membencinya. Dan hubungan kami tidak akan sedekat kakak adik lainnya. Kami orang asing." Setelah mengatakan itu dia pergi dari sana. Tidak mempersilahkan Feni untuk berbicara lagi padanya.
Feni dengan wajah tidak enak menatap Shani hingga menghilang dari pandangannya. Dia seharusnya tidak bertanya hal itu sebelum Shani yang datang padanya lebih dulu.
Shani berjalan ke taman Rumah Sakit. Dan langsung duduk sesampainya disana. Suasana hatinya bertambah buruk hanya karena pertanyaan sepele Feni. Ini semua karena dia tadi pagi bertemu dengan nama orang yang ditanya temannya itu. Sangat mengesalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionMereka kakak adik, tapi salah satu dari mereka seolah dipaksa tinggal bersama orang asing. "Berhentilah memanggil ku kakak karena aku bukan kakak mu!" Gre & Shani