12

434 61 5
                                    

● Happy reading ●

Shani menggendong Gracia setelah melepas semua ikatan pada kaki, tangan, dan sabuk pada perutnya. Membawa adiknya itu pergi dari rumah tersebut melewati jalan yang dia lalui tadi. Selama berjalan dia tidak henti berdecak kesal pada ranting dan tumbuhan lain yang menghalangi jalannya. Gracia yang berada dibelakangnya hanya bisa terkekeh dan mengelus pipi kakaknya itu.

"Kau benar Shani Dwiangga kan?" Tanya Gracia saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

Shani yang mendengar ucapan itu menoleh, menghentikan pergerakannya yang ingin menyalakan mesin mobil. Dan matanya tertutup dengan sendirinya saat tangan kurus Gracia memegang wajahnya.

"Aku tidak berhalusinasi kalau kau benar kakak ku kan?"

Shani perlahan membuka matanya. Menatap lembut perempuan kurus yang sudah tidak dia lihat selama sebulan ini. "Aku Shani. Kakak mu..." balasnya lembut.

Mendengar itu, senyum Gracia mengembang dengan tubuh bergerak maju ingin memeluk Shani. Dan Shani tanpa ada penolakan atau kata bencinya balas memeluk tubuh kurusnya. Usapan pelan naik-turun dia rasakan pada punggungnya.

"Jangan sadarkan aku kalau ternyata ini hanya mimpi atau halusinasi ku."

Tanpa pikir Shani mencium kepala Gracia bagian samping. "Aku mencium mu. Berarti ini nyata."

"Aku bau, kak. Jangan cium-cium." Ucap Gracia dengan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Perasaannya begitu bahagia saat Shani memperlakukannya dengan baik.

"Aku hanya menunjukkan kalau ini nyata." Shani mengendurkan pelukan mereka. Menatap tepat pada manik mata adiknya yang kalau di lihat tidak ada gairah untuk hidup disana.

"Kau terus hidup, ya. Aku bakal disamping mu buat temani dan jaga kau dari apapun."

Gracia menggeleng, "Aku tidak bisa terus hidup. Aku manusia kak, bukan vampir."

Shani terkekeh pelan. "Maksud kakak, jangan nyerah untuk hidup di dunia ini. Karna kakak bakal selalu ada buat menemani dan jaga dirimu. Kakak akan melindungi mu dari apapun."

Air mata yang berada di pelupuk  jatuh juga saat mendengar kata-kata yang selama ini Gracia tunggu dari sang kakak. Tidak ada tatapan tajam atau kata benci yang dia terima. Sekarang kakaknya telah menatapnya lembut, memeluk, mencium, dan mengatakan hal baik padanya. Apakah ini keberuntungannya sekali setahun dari dewi fortuna?

"Maafin kakak, ya. Maafin kakak yang tidak melihat mu sebagai adik. Maaf buat semua benci yang harus kau terima dari ku. Maaf buat perlakuan yang tidak baik dariku. Maaf  sudah melukai mu terlalu banyak.."

Setelah mengatakan maaf, Shani menunduk menangis. Dirinya malu karena rasa sakit yang dia terima tidak ada apa-apanya dengan rasa sakit yang diterima Gracia. Dia bahkan sampai membenci adiknya hanya karena kasih sayang yang tidak dia terima. Dan ternyata adiknya saja tidak menerima kasih sayang yang dia dambakan itu.

"Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf karena tidak sadar kalau kakak juga terluka." Kembali Gracia memeluk tubuh Shani yang sudah bergetar. "Yang penting sekarang, mulai sayangi aku sebagai adik mu. Buat aku jadi adik yang paling beruntung di dunia mempunyai mu sebagai kakak ku."

Tangis Shani pecah, tidak menyangka Gracia akan memaafkannya semudah ini. Seharusnya Gracia menamparnya dulu atau memakinya. Bukan malah memberikan pelukan dan mengatakan kalau dia juga terluka.
Apa yang dia lakukan selama ini tidak sebanding dengan balasan Gracia sekarang.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang