● Happy reading ●
Perempuan yang memakai balutan kemeja biru tua dan celana bahan berwarna hitam duduk diantara dua makam dua kesayangannya. Sore ini dia datang karena rindu yang tidak tertahankan saat tadi siang melihat anak dan ayahnya sedang makan di kantin Rumah Sakit.
Kesibukannya dia abaikan hanya untuk menyalurkan kerinduan pada dua makam disisi kiri-kanannya.
"Leo, aku rindu pelukan mu." Wajahnya yang penuh air mata menatap makam Leo disisi kirinya. Tangannya mengelus batu makam yang terukir nama Leo disana.
"Bagaimana disana? Kau baik-baik saja dengan putri kita?"
Wajah berpindah menatap pada makam disisi kanannya. "Cindy dijagain papa disana tidak? Kalau papa tidak jagain bilang mama, biar mama suntik papa mu." Kepalanya menunduk setelah mengatakannya.
Ingatan dia dan Leo berputar tanpa permisi di kepalanya. Bagaimana Leo yang jahil dan dia hanya bisa pasrah. Dan bagaimana mereka berdua yang tetap bersemangat di depan Cindy yang tidak bisa melihat mereka karena kondisinya yang mulai parah. Tetapi semua ingatan itu sangat indah. Mereka bahagia bahkan sangat bahagia saat itu.
Dia tidak rela keduanya pergi. Janji untuknya Cindy saja belum dia tepati, tapi anaknya sudah pergi dengan sang kekasih.
"Aku merindukan kalian berdua." Ucapnya kembali disela isaknya.
●●●
Suster khusus menjaga Gracia yang baru datang menatap orang yang dia jaga masih tertidur pulas setelah tadi siang dia memberinya obat tidur tanpa Veranda tahu.
Mampan di tangannya di letakkan diatas meja dan dia bergerak berdiri disamping Gracia yang masih enggan untuk membuka matanya.
Baju pasien yang membaluti tubuh Gracia kian melonggar karena Gracia yang mulai mengurus. Gadis di depannya itu enggan makan walaupun sudah diberi hukuman oleh ibunya. Bahkan seminggu terakhir ini suara teriakannya tidak lagi menggema mengisi ruangan. Dia tidak tahu apakah Gracia menahan sakit atau memang sudah tidak merasakan sakit lagi makanya tidak berteriak.
Saat asik menatap Gracia dengan pikirannya, mata yang ditatap perlahan terbuka. Membuat mereka mau tidak mau saling tatap. Tidak menyangka Gracia bisa secepat itu bangun. Mata yang dulu dia lihat bersinar kini sudah meredup. Tatapan kosong itu menghunus masuk ke dalam dirinya.
"Tatapan mu berubah." Suara serak Gracia membuat suster yang berada di sisinya tersadar.
Iya, akhir-akhir ini tatapan sang suster tidak seperti biasa di mata Gracia. Tidak sedatar saat pertama kali mereka bertemu. Apalagi sekarang suster itu sering kali berada disisinya menatap dirinya.
"Kau mimpi indah?" Tanya suster itu mengabaikan ucapan Gracia barusan.
"Tidak. Semua gelap."
Suster itu mengangguk. "Sekarang waktunya makan. Aku akan membersihkan mu dulu."
"Bunda dimana?"
"Dia akan tiba sebentar lagi."
"Bisakah kau membunuh ku sebelum bunda datang?"
Mata suster itu melebar tapi dia dengan cepat mengatur wajah keterkejutannnya. Tiga hari lalu Gracia juga mengatakannya padanya saat ingin makan malam. Walaupun ini sudah dia dengar kedua kalinya, tapi rasa keterkejutannya masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionMereka kakak adik, tapi salah satu dari mereka seolah dipaksa tinggal bersama orang asing. "Berhentilah memanggil ku kakak karena aku bukan kakak mu!" Gre & Shani