Hari sudah malam dan Shani masih duduk sendirian dipinggir jalan menatap aktivitas yang ada disana. Sudah 2 jam dia disana menunggu sang ibunda menepati janjinya setelah bundanya itu pergi untuk urusan mendadak tadi sore.
Entah dia yang bodoh atau terlalu berharap bisa pergi dengan sang bunda hingga dia mau menunggu selama itu.Pandangannya berpindah ke arah kanan. Matanya menyipit saat seseorang yang dia tunggu-tunggu kabarnya berjalan dengan seorang perempuan yang mengapit tangannya dengan sangat mesra. Dia tidak ingin percaya, tapi itu tepat didepan matanya.
"Wah.." Shani tidak bisa berkata-kata lagi selain tertawa miris.
"Pacarnya, ya?"
Shani menatap siapa yang tiba-tiba datang dari disebelah kirinya yang juga menatap dua orang didepan sana.
"Pergi." Usir Shani sembari bangkit berdiri. Tangannya terkepal kuat menahan rasa sesak yang muncul..
Bukannya pergi, orang tersebut malah memanggil dua orang yang berjalan mesra ke arah mereka. Melambaikan tangan dengan senyuman.
Shani dengan lelaki yang selalu dia banggakan saling bertatapan. Hembusan kasar keluar begitu saja dari bibirnya. Sepertinya dia memang tidak ditakdirkan untuk bahagia.
"Shani.." Gilang mematung. Perempuan disampingnya menatapnya dan Shani secara bergantian.
Ceceran pertanyaan ditujukan padanya yang masih terkejut melihat Shani didepan sana menatap dirinya.
Sebelum dia berlari mendekati Shani, dia sudah ditahan lebih dulu oleh perempuan disampingnya dan Shani pergi dengan orang yang memanggil mereka tadi. Dia mengenalinya, perempuan yang waktu itu dimarahi oleh Shani.
"Dia siapa?"
"Hah? Oh, dia teman kuliah ku." Balas Gilang berbohong.
"Kau serius?"
"Iya, sayang."
Perempuan itu mengangguk. "Tapi kenapa dia pergi, ya?"
Gilang mengedikkan bahunya. "Mungkin dia ada urusan."
Sekarang Shani sudah berdiri disamping motor matic hitam bersama pemilik motor tersebut. "Aku bisa pulang sendiri."
"Siapa yang mau mengantarmu pulang? Aku mau menculik mu."
"Gracia."
Gracia tidak membalas panggilan namanya itu. Dia mengambil helm yang biasa dipakai Anin untuk dia berikan pada Shani. "Ini pakai. Kau bisa kan pakai sendiri?"
Shani diam. Tidak berniat menerima helm yang disodorkan padanya.
Lama dalam situasi tersebut. Gracia dengan tidak punya rasa takut memasang helm itu ke kepala Shani. Terlalu lama pikirnya menunggu sang kakak menerima dan memakaikan helm yang dia berikan.
Cetek!
"Untuk malam ini saja, tolong rasa marah mu padaku ditanam sejenak. Setelahnya, aku tidak akan menunjukkan diriku dihadapan mu lagi." Ujar Gracia selagi memasang helm miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionMereka kakak adik, tapi salah satu dari mereka seolah dipaksa tinggal bersama orang asing. "Berhentilah memanggil ku kakak karena aku bukan kakak mu!" Gre & Shani