09

400 57 2
                                    

● Happy reading ●

Tubuh yang sejak tadi dipaksa berlari linglung dan jatuh ke tanah. Dua orang yang mengejarnya terlihat semakin mendekat. Ingin memaksa kembali berlari, tapi tubuhnya tidak bisa dia digerakkan lagi.

Pandangannya mulai memburam dan perlahan semua berubah gelap. Dia akan kembali ke tempat dimana dia tidak akan pernah keluar dengan baik. Menyedihkan itulah yang terlihat pada dirinya yang hanya bisa pasrah jika berada disana.

"Bunda, kalau aku tidak mau lagi disuntik, bunda tidak apa-apa kan?"

"Bunda belum bisa berhenti. Tolong bantu bunda sampai bunda bilang udah selesai, ya."

"Tapi aku sakit, bund."

"Bunda udah melakukan semua permintaan mu buat kakak. Kenapa sekarang kau tidak mau bantu bunda lagi setelah apa yang bunda lakukan? Bunda nanti sedih kalau kau tidak mau membantu bunda lagi."

"Aku bakal bantu bunda. Tapi suntiknya jangan keseringan, aku tidak tahan." Anak remaja yang duduk menunggu disuntik itu pasrah karena lagi-lagi dia tidak bisa menolak bundanya.

"Anak baik."

●●●

Shani kini duduk di taman Rumah Sakit milik sang bunda. Duduk termenung dengan pikiran berkelana mengenai pembicaraan mereka tadi. Lagi-lagi, air matanya tidak bisa dia bendung yang jatuh bebas pada pipinya.

Dia kembali kalah.

Bundanya tahu titik lemahnya yang selalu menginginkan perhatian dan kasih sayangnya. Dia sudah dewasa, tapi entah kenapa dia kalah hanya untuk menegakkan pendiriannya.

Dihapusnya air matanya lalu menelepon Feni, meminta temannya itu untuk membuat surat izinnya. Dia hari ini ingin sendiri dulu. Melihat kondisi pagi-pagi sudah membuat perasaannya tidak baik.

Sedangkan Feni yang ditelpon dan ingin bertanya lebih hanya bisa pasrah saat Shani mematikan teleponnya secara sepihak setelah meminta tolong. Dia menghela napas, dia tahu pasti masalah temannya itu pasti keluarganya.

Shani berjalan ke arah parkiran lalu membawa mobilnya keluar dari sana. Hening, itu yang menggambarkan suasana mobilnya dari Rumah Sakit hingga dia sampai di tempat Gracia membawanya kemarin malam. Dia tadi mengatakan tidak peduli lagi tentang orang pemilik rumah pohon disana, tapi dia malah mengunjungi rumahnya.

Ditatapnya pagar berkarat dengan rumput ilalang disekitarnya itu. Saat pertama kali datang dia membenci dan juga menyukainya. Membenci jalannya dan menyukai pemandangannya. Pikirannya mengatakan untuk kembali melajukan mobilnya, tetapi hatinya malah menginginkan tempat itu. Hatinya nyaman berada disana walaupun hanya sekali berkunjung.

Kepalanya lalu dia sandarkan pada stir. Menutup mata lelahnya sebentar. Setelahnya kepalanya terangkat lalu keluar dari mobil. Kakinya membawanya masuk ke dalam, kembali menulusuri jalanan yang penuh rumput ilalang.

Sedangkan Gracia, dia sudah berada di kamar bundanya dengan tubuh terikat dikursi. Lebih tepatnya ruangan pribadi sang bunda tempat dia di uji coba obat-obatan.

Sejak kecil hingga sekarang, dia terus menerima obat-obatan dan suntikan yang dia tidak tahu apa kandungannya. Tubuhnya yang mendapatkannya tidak bisa beraksi normal dan membuatnya ingin selalu beristirahat.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang