Dia datang di waktu yang tepat

100 45 38
                                    

Endingnya____

Alleya tersenyum tipis setelah ia membacakan semua komentar readersnya, sesekali ia memberi respon. Berbagai jenis ekspresi perasaan mereka telah membanjiri kolom komentar. Tak ada menyangka bahwa akhir dari ceritanya akan seperti itu.

Di tengah ramainya kolom, ada salah satu komentar yang membuat Alleya terdiam kaku saat membacanya.

"Aku harap ini hanya terjadi di dunia fiksi bukan dunia nyata."

Sedikit terkejut, namun Alleya tak terlalu memikirkan komentar itu, ia menganggap hanya hal biasa yang diungkapkan readers pada authornya, lagipula tak ada unsur menghina, jadi untuk apa jika terlalu dipikirkan.

Gadis dua puluh tahun itu tengah lahap menikmati segelas teh hangat dan roti bakar cokelat sebagai menu sarapannya. Layar ponselnya selalu menemani Alleya sarapan, tak heran mengapa dirinya selalu merasa kebosanan, sebab setiap saatnya hanya bersama ponsel. Maka dari itu ia ingin memperbaiki aktivitasnya yang kemarin-kemarin sempat lalai. Jujur saja jauh dari Allah adalah suatu hal yang menyakitkan, rasanya seperti luka tanpa diberi obat.

Seusai sarapan Alleya memutuskan untuk segera bergegas mengambil air wudhu lalu menunaikan salat duha. Alleya masih teringat jelas saat dahulu ketika papa masih ada, pasti menjadi orang pertama yang selalu mengontrol ibadah sunah Alleya dari mulai salat duha hingga salat tahajud. Karena sejatinya orang yang rajin salat duha memiliki banyak keutamaan salah satunya akan diampuni semua dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. Sedangkan bagi orang yang rajin menunaikan salat tahajjud akan diangkat derajatnya, sebagimana di jelaskan dalam sebuah firman Allah.

"Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS Al-Isra': 79).

Sungguh terharu. Jika Alleya mengingat banyak sekali kenikmatan yang Allah berikan, hanya saja terkadang hambanya mudah terlena dengan permainan dunia.

Segala do'a dan harapan kembali lagi terucap dari bibir milik sang gadis. Alleya gadis yang teramat merindukan sosok ayahnya yang telah pergi untuk selamanya. Tak hanya tentang ayah, Alleya menyelipkan do'a untuk pria yang ia kagumi.

"Mungkin kah bagiku bersama dengannya? Ya Rabb jangan biarkan hamba terlalu berharap pada manusia.... Jika ia jodoh hamba maka dekatkanlah, namun jika ia bukan jodoh hamba tolong jauhkanlah..." Pinta Alleya dalam do'anya.

Jujur saja dirinya hingga saat ini dirinya masih mengagumi sosok Baraa Abyan El-Fatih.

                           .....

Hari ini Alleya memutuskan untuk pulang ke rumah ibunya yang memang tak terlalu jauh dari apartemennya. Lalu setelah pulang ke rumah ibunya ia akan pergi ziarah ke makam ayahnya, hitung saja untuk mengobati rasa rindunya terhadap orang tuanya. Meskipun beda alam tak menghalangi Alleya untuk tetap mencintai secara utuh. Begitu pula dengan ibunya ia sangat merindukan pelukan seorang ibu, apapun permasalahanya, tak ada alasan untuk Alleya membenci ibunya.

"Mama!" panggil Alleya dari luar gerbang depan. Ia melihat jelas ibunya tengah duduk santai di depan terasnya.

"Alleya..."

"Gimana kuliah kamu? pokoknya nanti kamu wisuda harus cumlaude!" ketus Mama.

"Iya Ma, Insya Allah. Doakan yaa..."

Sama seperti biasanya. Setiap Alleya pulang ke rumah, pasti mama selalu menanyakan hal yang sama, ditambah banyak pertanyaan Mama seputar kuliah dan pasti ujungnya menuntut Alleya lagi. Memang apa yang Mama lakukan itu demi untuk kebaikan anaknya, tapi jika terlalu sering apalagi menuntut, sama saja Mama tak memberikan hak untuk Alleya. Mungkin itu salah satu hal mengapa Alleya lebih memilih tinggal di apartemennya.

Alleya dan Dunia Novelnya (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang