Menemukan kembali cahaya yang redup

74 30 18
                                    

"Jika Allah saja mampu membuat langit malam terang dengan cahaya bulan ataupun bintang, maka Allah pasti mampu untuk menerangi hati ini lebih dari sinar rembulan"

-Arden Damian Devries Van Derij-

"Kehidupan akan hancur, jika tak ada campur tangan tuhan."


Malam itu, malam yang paling indah menurutnya, Sang lelaki keturunan belanda sekaligus pemilik senyuman little puppy. Gemerlapnya langit malam telah terhiasi oleh taburan bintang yang berkelip indah layaknya berlian mahal.

Di bawah naungan terangnya cahaya rembulan ia terdiam sembari menatap sendu dari dalam jendela kamarnya. Hati dan mulutnya terus mengucapkan kekaguman, di saat yang bersamaan setelah Arden lumayan lama menatap kearah langit dengan spontan pintu hatinya terketuk untuk melakukan salat malam.

Teringat dulu saat awal Arden mempelajari ajaran islam dan ia memutuskan untuk mualaf mengikuti jejak ibunya. Ia begitu bersemangat dalam beribadah, namun, dengan sangat cepat pergaulan bebas dan lingkungan toxic berhasil menjauhkan Arden dari Rabbnya. Dirinya kembali lagi diliputi oleh gelapnya permainan dunia, Arden berlari terlalu jauh dari Sang Ilahi, sampai tibalah di titik ia tak lagi merasakan nikmatnya sujud.
Tatapan semakin dalam ia berikan kepada langit gelap dengan sinar rembulan serta kelipan bintang.

"Jika Allah saja mampu membuat langit malam dengan cahaya bulan ataupun bintang, maka Allah pasti mampu untuk menerangi hati ini layaknya sinar bulan" lirihnya pelan.

Arden beranjak dari duduknya lalu mengambil air wudhu dan segera menunaikan salat malamnya.

Tak terasa air mata mengalir deras dalam sujud terakhirnya. Ia sudah sangat merindukan tempat ternyaman untuk pulang, langkahnya terlalu jauh, hampir saja lupa jalan pulang.

"Ya Rabb maafkan hamba yang telah terlena dengan tipu daya dunia...."

Entah apa alasannya malam itu dipenuhi oleh tangisan haru bercampur dengan rasa menyesal. Arden menangis sejadi-jadinya, bukan tanpa suara, melainkan dengan suara cukup kuat. Tak ada opsi lagi selain menangis.

Tak hanya itu, seketika benak pikirannya teringat akan satu ucapan Alleya yang membuat Arden tertampar.

"Dekati dulu penciptanya, setelah itu ciptaannya."

Arden terdiam sejenak seraya meresapi ucapan itu. Ia kembali menangis akan dosa yang telah ia perbuat di masa lalu, saat Arden menganggap agama bukanlah hal yang terlalu penting.

"Ya Rabb, rupanya sejauh apapun aku berlari, pasti akan ada saatnya untuk kembali. Hamba membutuhkanmu Ya Rabb...."

Tanpa Arden sadari ternyata tangisannya tak hanya dia dan tuhannya saja yang tahu, melainkan bu Lily menyadari hal itu. Samar- samar terdengar lirihan Arden yang sangat menyesal atas perbuatannya dulu.

"Arden...." panggil Bu Lily dari luar pintu kamar.

Segera Arden pun membukakan pintunya, lalu memeluk erat ibunya, sembari mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"Ma, maafin Arden gak pernah dengerin ucapan mama. satu-satunya harapan yang selalu bantah perintah mama, sampe rasanya seluruh kehidupan Arden hancur tanpa sebab Ma.... Anakmu ini telah kehilangan jalan pulang, ia telah berlari terlalu jauh bahkan dari rahmat sang Rabbnya. Mama bantu Arden kembali ke jalan pulang ya.... Arden capek hidup tapi terasa mati. Semuanya hancur tanpa adanya campur tangan tuhan dalam kehidupan." Arden semakin erat memeluk ibunya dibarengi dengan tangisan kuat yang tak mampu ia bendung.

Alleya dan Dunia Novelnya (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang