"Izinkan aku menyebutmu dalam sepertiga malamku..."
- Baraa Abyan Al-Fatih-
.
.
.
.
Malam ini setelah pulang ngampus Alleya dan Yesa diundang untuk berkunjung ke apartemennya bu Lily, rencananya mereka akan masak-masak berbagai makanan lezat untuk malam ini. Semua bahan-bahan telah disediakan lengkap oleh bu Lily hanya saja Alleya dan Yesa membantu memasak.
"Assalamualaikum bu Lily" panggil Alleya dari luar pintu kamar bu Lily.
Mendengar ketukan pintu dan ucapan salam dari Alleya, bu Lily segera berlari untuk membukakan pintunya dan menyambut mereka dengan penuh kehangatan.
"Waalaikumsalam. Masya Allah, Alleya dan Yesa! mari masuk!" ajak Bu Lily bersemangat.
Setelah putus komunikasi dengan jarak yang cukup lama, sebab sudah beberapa pekan ini mereka tak bertemu bu Lily. Bagi Alleya maupun Yesa saat ini masih bisa merasakan kedekatan itu muncul kembali, bu Lily menyambutnya dengan penuh kehangatan, seolah seorang ibu yang tengah memberikan kasih sayang untuk putrinya.
"Alleya, Yesa, kalian kalo ada apa-apa bilang aja sama ibu yaa... Bila perlu main tiap hari ke apartemennya ibu" ucap bu Lily, sembari menatap dalam kepada Alleya ataupun Yesa.
Yesa tersenyum tipis kearah bu Lily. Baginya melihat bu Lily tersenyum bahagia sudah sangat cukup tuk mengobati rasa rindunya dengan keluarga yang dahulu pernah cemara.
"Yesa kenapa ngelamun nak?"
Yesa menggelengkan kepalanya perlahan dengan mata berkaca-kaca yang masih berusaha menahan tangisan.
"Bu Lily kok hari kemarin gak ngajar kita? Ibu kemarin sakit kah?" tanya Yesa penuh keseriusan.
"Tidak apa-apa nak, ibu sehat kok, hanya saja belakangan kemarin perasaan Ibu sangat merindukan Aleid. Dia adalah putri sulung Ibu" jelas bu Lily dengan tatapan kosong.
Yesa menatap Alleya dengan raut wajah kebingungan, rupanya ia baru tahu akan fakta tersembunyi bu Lily.
"Ayahnya Aleid tidak pernah mengizinkan Ibu untuk bertemu dengan putri Ibu sendiri," tutur bu Lily dengan suara yang semakin terdengar sakit.
Alleya menatap sendu bu Lily, seorang ibu mana sih yang rela dipisahkan dari anaknya? pasti tak mudah jika berada diposisi Bu Lily, ia adalah orang pilihan yang menerima ujian seperti ini. Dengan spontan bu Lily mendekati mereka, lalu memeluknya dengan erat.
"Maafin Ibu ya, jadi nangis di depan kalian...." Sebetulnya bu Lily sangat merasa bersalah kepada mereka, sebab ia berani menangis di hadapan Alleya maupun Yesa. Padahal niat awal mereka datang ke apartemen bu Lily hanya untuk masak, bahkan bersenang-senang, tapi apa ia malah menyuguhkannya dengan sedikit curhatan dibarengi dengan tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleya dan Dunia Novelnya (TERBIT)
Teen FictionBagaimana jika seluruh alur yang tertulis di novel terjadi di kehidupan nyata? Alleya Jennaira Jasmine seorang penulis novel best seller yang sering di kenal dengan sebutan authorAlle. Alleya harus merasakan kehidupan sama persis seperti garis besar...