Bab 6

1.8K 208 17
                                    

Oline memutar balikan mobilnya ke arah rumah Erine. Setengah perjalanan saat ia hampir sampai dirumah nya, dia menyadari handphone Erine tertinggal di mobilnya. Mungkin saat Oline menggendong Erine ke dalam rumahnya, Oline tidak sadar jika handphone Erine terjatuh ke bawah jok.

"Astaga, gw anterin aja deh sekarang, takutnya dia butuh handphonenya."

Tadinya ia berpikir akan mengembalikannya esok hari, tapi Oline takut jika Erine memerlukan handphonenya. Jadi ia memutuskan untuk mengantar handphone Erine hari ini juga.

Sekarang ia sudah sampai di depan rumah Erine. Namun saat ingin mengetuk pintu rumah Erine ia mendenger suara rintihan kesakitan dan tangisan Erine. Tanpa pikir panjang ia langsung membuka pintu rumah Erine, kebetulan pintunya tidak terkunci.

Hatinya serasa di cabik melihat kondisi Erine saat ini. Erine terlihat sudah sangat lemas. Saat Veronica ingin mengayunkan tangannya kembali, Oline menahan tangan Veronica.

"O-oline?" Veronica menatap Oline kaget. Mengapa Oline kembali lagi. Gawat, dia tidak ingin berurusan dengan orang seperti Oline.

Erine yang masih tersadar menatap Oline sambil tersenyum. Setelahnya kesadarannya perlahan menghilang.

Oline tidak mampu berkata kata. Dia masih sangat shock akan keadaan Erine.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Veronica dengan nada yang gemetar.

"Saya akan bawa Erine." Ucap Oline dingin. Dia berjalan ke arah Erine yang sedang meringkuk kesakitan. Dan menggendongnya seperti biasa.

"Kamu ga bisa seenaknya gitu dong. Dia anak saya." Ucap Veronica. Kimmy sedari tadi hanya diam.

"Mana ada orang tua yang nyiksa anaknya." Tegas Oline sambil tetap berjalan.

"Tapi dia anak saya, saya bisa tuntut kamu dengan tuduhan penculikan kalau kamu bawa dia." Seru Veronica. 

Oline berbalik badan menghadap Veronica. "Saya juga bisa tuntut tante atas kekerasan kepada anak." Ucap Oline santai. "Saya tau perusahaan suami tante lagi ada masalah, saya ingin memberikan penawaran." Oline berjalan ke arah mpbilnya dan meletakan Erine di jok samping kemudi. Lalu ia berjalan ke arah bagasi dan mengeluarkan sebuah koper berwarna hitam.

Oline membuka kopernya di depan Veronica dan kimmy. Alangkah kagetnya veronica ketika melihat koper itu berisikan tumpukan uang.

"Uang ini akan menjadi milik tante," ada jeda di kalimatnya, "tapi setelah ini anggap keluarga kalian tidak punya hubungan dengan Erine, ga pernah kenal sama Erine. Jangan pernah tunjukin muka kalian di depan Erine."

Veronica yang melihat nominal uang tersebut langsung saja menyetujui hal tersebut. "Baik, saya setuju."

"Sebentar lagi akan ada orang yang datang membawa kontrak persetujuan. Kalian harus menanda tangani kontrak tersebut." Ucap Oline setelah melempar koper tersebut ke arah veronica.

Oline memasuki mobilnya. Ia menatap Erine lembut. 'Maaf untuk apa yang selalu kamu alamin dulu. Sekarang aku pastiin kamu ga akan pernah sedih lagi. Aku bersumpah aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendiri.' Ucap Oline dalam hati. Lu menancap gas ke arah rumahnya.

Sesampainya dirumah Oline, Oline meminta pembantunya untuk menelfon dokter pribadinya.

Oline menggendong Erine ke dalam kamarnya. Ia menatap wajah Erine yang penuh dengan luka. Sekarang ia tau alasan jelas dibalik memarnya tubuh Erine. Tak ingin larut dengan lamunannya, ia bergegas ke arah walk in closet dan mengambil pakaiannya yang sekiranya pas ditubuh Erine. Lalu menggantikan baju Erine agar Erine bisa lebih nyaman.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Ia segara membuka pintunya karena tau itu adalah dokter pribadinya yang sudah ditelfon tadi.

"Malam Oline. Siapa yang sakit?" Tanya dokter pribadinya, sebut saja namanya Rena.

Oline menatap ke arah Erine. Dokter Rena juga mengikuti arah pandang Oline.

"Oke kalau gitu saya periksa dulu ya." Ucap dokter Rena.

Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan dan pengobatan, Dokter Rena memberikan resep salep untuk mempercepat proses penyembuhan luka Erine.

"Lukanya sebenarnya sudah parah, belum lagi luka lamanya yang belum sembuh total karna tidak di obati. Tapi seharusnya sekarang dia sudah baik - baik saja. Tinggal menunggu ia sadar, tapi karena mungkin benturan yang ia terima di kepalanya cukup keras, jadi pasien akan merasakan sangat pusing saat tersadar nanti." Jelas dokter Rena akan kondisi Erine. Dia merada miris dengan keadaan Erine.

"Terjma kasih dok." Ucap Oline setelah dokter Rena selesai menjelaskan. Lalu ia meminta pembantunya untuk membeli salep yang di resepkan oleh Dokter Rena.
























Jangan lupa vote yaa kalau sukaa. 💓
Kemarin ada yang req minta dipanjangin, jadii semoga kalian gak bosen yaaa.

Premier Amour (orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang