Bab 9

1.5K 215 8
                                    

Erine sudah pulas dengan kentang yang masih berada di tangannya. Sesekali Oline melihat ke arah Erine untuk memastikan dia merasa nyaman dalam tidurnya. Sesampainya mereka di apartement, Oline menggendong Erine menuju kamar mereka.

Ada sedikit pergerakan dari Erine saat diturunkan ke tempat tidur dan perlahan mengerjabkan matanya.

"Heii, bangun dulu yuk. Kita makan dulu, abis itu baru lanjut tidur." Ucap Oline sambil mengelus pipi Erine.

"Eungh." Erine mengucek matanya. Tangan Oline reflek menahan tangan Erine agar tidak mengucek matanya lagi.

Erine sudah duduk dari tempat tidur, tapi matanya masih enggan terbuka. Oline tersenyum gemas dan mengecup pipi Erine sekilas.

"Jangan tidur lagi, ayo." Oline menggendong Erine ke meja makan. Erine akhirnya membuka matanya dan dengan malas mulai memakan makan malamnya.

Erine makan dengan mulut yang sesekali berhenti mengunyah karna tertidur. Oline sebenarnya kasian dengannya. Tapi kalau Erine melewatkan makan malamnya, bisa saja dia sakit karena maag.

Akhirnya Oline menyuapi Erine karna ia tak kunjung melajutkan aktivitas makannya.

"Sini aku suapin aja." Oline mengambil alih makanan yang di pegang Erine.

Akhirnya Erine selesai memakan makanannya. Sebelum melangkah ke tempat tidur Oline menyuruhnya mencuci muka dan gosok gigi.

"Cuci muka sama gosok gigi dulu gih."

Lagi Erine hanya menurutinya dan berjalan ke kamar mandi. Walaupun dengan mata yang sangat mengantuk karna ia ingin segera tidur.

Oline tersenyum sendu melihat Erine yang begitu penurut. Oline tidak menyukai sifat Erine yang hanya menurut ketika diminta. Dia bukannya tidak senang kala Erine menuruti perkataannya. Hanya saja ia takut Erine akan terluka karena tidak pernah membantah atau melawan. Tak masalah jika permintaan itu untuk kebaikannya. Masalahnya Erine tak hanya menuruti sesuatu yang bersifat baik untuknya, jika ada orang lain yang membullynya dengan menyuruh dia layaknya pembantu, ia tidak akan membantah atau melawan.

Mungkinkan ini karena pengaruh keluarganya dulu? Ia selalu di tekan agar tak melawan, jika tidak menurut Zean tidak segan - segan untuk memukulinya.

Bagi Oline, tak apa sesekali Erine membantah ucapannya karna dia malas atau pun mengantuk. agar nantinya, ia bisa lebih berani melawan orang yang ingin membullynya.

Padahal jika saja Erine menolak permintaannya tadi, ia tidak akan memaksa Erine melakukan itu. Ia tau keadaan Erine yang sangat mengantuk. Belum lagi ia tau Erine sedang menyembunyikan perasaannya yang terluka sehabis melihat keluarganya.

Dia berjanji akan mengobati psikis Erine yang terluka karna masa lalunya. Ia segara mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada dokter Cynthia.





















Hari berganti hari kini luka luka yang ada di tubuh Erine perlahan menghilang. Tubuh yang dulunya sangat kurus sekarang terlihat sedikit berisi. Oline menatap Erine yang kini berada di pangkuannya. Erine sedang menonton kartun di ipad nya. Wajahnya tampak serius mengamati tontonannya, sesekali tertawa karna kelucuan dari kartun yang ia tonton.

"Besok kita ke dokter Cynthia loh rin." Oline membuka pembicaraan.

Erine menoleh ke arah Oline dan tersenyum lebar.

"Kamu seneng kan ngobrol sama dokter Cynthia?" Tanya Oline.

Erine mengangguk semangat

"Aku suka ke Dokter Cynthia, soalnya dokter Cynthia baik banget." Seru Erine semangat.

Olime menatap Erine sendu. Yah, ia pun tau kalau sebenarnya Erine membutuhkan sosok ibu. Tapi sayangnya Erine tidak pernah mendapatkan sosok ibu dalam hidupnya.


Skip di ruangan dokter Cynthia

Saat ini Erine sedang asik berbincang dengan dokter Cynthia. Ia tampak bersemangat saat menceritakan kesehariannya kepada dokter Cynthia.

"Erine mau coklat gak?" Tanya dokter Cynthia sambil menyodorkan sebatang coklat.

Erine tak langsung menjawab, ia menatap Oline seolah meminta persetujuan. Setelah Oline mengangguk, baru ia menerima coklat tersebut.

"Terima kasih dokter Cantik." Ucap Erine sambil tersenyum.

Dokter Cynthia mengulas senyum lembut sambil mengelus rambut Erine.

"Sama - sama. Erine makan dulu coklatnya disini yaaa. Dokter sama kak Oline mau ngobrol sebentar." Ucap Dokter Cynthia.

Erine mengangguk setuju. Dia sedang menikmati coklat yang berada di tangannya.
















Next?
Jangan lupa vote + follow yaaaa.
Maaf yaa guys, belakangan ini jarang up.
Terima kasih juga yaaaa untuk dukungannya di ceritanya ini.

Ini cerita pertama aku, jadi tolong maafin yaa kalau banyak yang salah + kurang + banyak typo. Boleh banget klo ada yang mau ngasih saran 💕

Premier Amour (orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang