Sesampainya Erine di rumah, dia melihat kakaknya, ibunya dan ayahnya diruang keluarga. Kakaknya bersedekap dada. "Bu tadi dia di sekolah deket - deket sama kak Oline. Pasti dia kegatelan godain Kak Oline. Padahal dia tau kalau Oline pacar aku ma." Adu kakak nya Erine kepada veronica. Sebut saja namanya Kimmy.
"Enggak kak. Aku sama sekali ga godain kak Oline. Kak Oline cuma nolongin aku doang tadi." Ucap Erine ketakutan.
"Erine. Masuk ke ruangan saya sekarang." Ucap ayahnya tegas. Sebut saja namanya Zean.
Kimmy menatap Oline sambil mengeluarkan lidah. "Ayah harus hukum dia yah. Dia mau rebut pacar aku." Ucap kimmy.
"Tenang aja sayang. Anak ini biar ayah yang urus." Ucap zean dengan nada yang lembut. Berbanding terbalik saat dia berbicara dengan Erine.
DIRUANGAN ZEAN.
Zean mengambil cambuk dan mencambuk Erine di kedua tangannya dan kakinya. Dia menarik rambut Erine sampai kepala Erine mendongak ke atas. Erine tudak berbicara maupun memberontak. Yang dia lakukan hanyalah diam. Dia tau jika dia berontak hukuman yang kebih parah akan menantinya.
Zean melemparkan vas bunga ke arah Erine. Vas itu pecah berkeping - keping. Sedikit lagi, vas itu mengenai kepalanya. Untungnya vas itu meleset sehingga hanya melukai tangan dan pipi Erine sedikit. Erine masih tidak bersuara. Tapi air matanya keluar dan tubuhnya bergetar takut.
"Anak bodoh. Kamu pikir kamu itu siapa? Sampai ingin merebut pacar anak saya?" Tanya Zean. "Kamu itu cuma anak daru seorang jalang. Jangan harap kamu bisa bersanding dengan Oline." Kekeh zean merendahkan.
Lalu zean menarik telinga Erine kencang. "Denger baik - baik ya. Kamu itu ga pantas untuk dicintai." Ucap zean dan melepaskan telinga Erine dan membenturkan kepala Erine ke tembok.
"Sana keluar." Dorong zean sampai Erine tersungkur.
Erine perlahan bangkit untuk berjalan ke gudang yang merangkap menjadi kamarnya. Dia menangis pilu. Hatinya sakit mendengar ucapan Ayahnya.
Saat sampai di gudang langsung saja ia menidurkan dirinya dikarenakan kepalanya yang terus berdenyut. Tak lama semuanya menjadi buram.
Keesokan paginya
Erine tiba di sekolah dengan rambut yang acak2an dan wajah yang babak belur. Penampilannya lebih berantakan dari kemarin. Tiba - tiba oline sudah berdiri disampingnya.
"Kenapa udah masuk? Kamu kan masih sakit." Tanya Oline dengan nada khawatir.
Erine menunduk tanpa ingin menatap Oline. "Aku udah sembuh kok kak." Jawab Erine.
Oline mengangkat dagu Erine agar menatap kepadanya. Alangkah terkejutnya Oline saat melihat pipi Orine yang luka dan sudut mata serta bibir Erine yang memar dan biru. "Yaampun. wajah kamu kenapa Erine?" Tanya Oline cemas nemegang pipi Erine.
"Gapapa kok kak." Erine tidak mampu memberikan alasannya.
"Sekarang kita ke uks dulu ya." Ucap Oline sambil menarik tangan Erine.
"Aw aw, sakit." Desis Erine karena Oline memegang lengannya tepat dibagian lukanya.
"Sorry." Ucap Oline dan memilih menggendong Erine saja seperti bayi koala. Perbedaan tinggi yang cukup jauh membuat Erine terlihat seperti anak - anak. Oline jadi gemas sendiri.
Sesampainya di uks, Oline menurunkan Erine ke brankar. Dan mengambil kotak obat. Dan mengobari luka - luka Erine. "Kamu udah sarapan belum." Tanya Oline.
"Belum kak." Jawab erine jujur.
"Yaudah kita makan dikantin dulu yaaa." Ucap Oline.
"Ga usah kak. Aku gabawa uang." Ucap erine.
"aku yang bayar. Mau aku gendong atau kamu jalan sendiri?" Tanya Oline.
"Jalan sendiri aja kak." Pipi Erine bersemu malu.
Setibanya di kantin
Oline mengantarkan Erine ketempat duduk yang kosong."Kamu mau pesen apa? Biar aku pesenin?" Tanya Oline.
"Samain aja sama kamu." Jawab Erine.
"Okee. Tunggu ya." Ucap Oline.
Oline pergi ke tempat soto betawi.
BRAKKK!!
NEXT?
Jan lupa vote yaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour (orine)
Teen Fictionseorang gadis yang selalu mendapatkan kekerasan di keluarganya. lantas apakah dia pantas untuk bahagia? kesalahan apa yang dia lakukan sehingga membuat nya seperti sekarang? "kenapa ayah kunciin Erine disini? Erine takut." "badan Erine sakit semua m...