9. Menyesal Menikah?

77 3 0
                                    

'Aku rindu tapi kita adalah dua atma yang tidak diizinkan bersama bagai nabastala dan bentala yang tidak pernah menyatu. Bahkan semesta menolak kita bersama.'

Kertas bertulis tangan itu mampu membuat jantung Fatih berdebar kencang dan emosinya bercampur aduk. Fatih merenung menenangkan pikirannya sebentar. Kenapa Yara nekat mengirim surat untuknya dan disengaja masukan ke box cake? Apa Yara ingin Zayna yang membaca? Sedikit ada kelegaan hati Fatih, dirinyalah yang menemukan amplop itu bukan istrinya.

***

Untuk pertama kalinya Fatih mengajak istrinya ke coffee shop miliknya. Fatih bercerita sejujur-jujurnya mengenai bisnis coffee shop yang berkembang pesat, awalnya iseng-iseng berjualan di stand mall dengan modal uang dari ayahnya. Tidak disangka usaha Fatih bisa membuka coffee shop.

"Hei, Fatih bukan?"

Fatih mengerutkan kening saat seorang lelaki berkemeja kotak-kotak berdiri dari kursi dan menghampirinya saat Fatih hendak ke meja kasir bersama Zayna. "Siapa, ya?"

"Yaelah lo, bro." Lelaki yang menyapa itu menepuk pundak Fatih sambil cengengesan. "Ini gue Ilham! Temen sekelas lo waktu sekolah dulu. Ah masa lupa sama gue, sih!"

Fatih mencoba mengingat nama itu. "Oh, Ilham Udin?!" Refleks Fatih memeluk dan pelukan dibalas oleh Udin. "Astaga, baru ingat. Gimana kabarnya, Din?" tanya Fatih bertanya kabar saking sudah lama tidak berjumpa teman sekelasnya dulu. Fatih ingat Ilham Udin itu kawan dekatnya.

"Alhamdulillah baik," jawab Ilham. "Lo nggak pernah merubah panggilan ke gue dari dulu. Nggak enak banget didengar masa 'Din, Din!' Nama depan gue kan Ilham!" sungutnya kesal.

Fatih meninju dada Ilham sambil tertawa kecil. "Yaelah, itu panggilan khusus dari aku, Din. Eh ... Badanmu berubah jadi berotot dan kekar, ya," komentar Fatih memperhatikan postur tubuh Ilham yang berubah drastis.

Ilham tersenyum bangga. "Hasil gym, nih. Kapan-kapan bolehkah gym bareng. Nanti gue share lokasinya," ajak Ilham lalu meminta nomor Fatih dan langsung dikasih. "Ngomong-ngomong wanita di samping kamu siapa?" Ilham sudah penasaran sejak tadi.

Zayna sedari tadi diam, tersenyum kecil pada Ilham. Biarkan saja Fatih yang memberi tahu kalau dia adalah istrinya.

"Dia Zayna. Istriku." Fatih pun memperkenalkan Zayna ke Ilham begitu juga sebaliknya.

"WHAT? ISTRI?! KAPAN NIKAHNYA KOK GUE NGGAK DIUNDANG?!" teriak Ilham terkaget-kaget. Matanya melotot sempurna. Ilham pikir wanita itu adik Fatih, Latisa. "Wah, parah! Lo nikah nggak ngundang gue!"

Zayna sampai terjingkat kaget dan mengelus dadanya sambil beristighfar mendengar suara kencang Ilham memekak telinga.

"Hust!" Fatih takut pengunjung coffee shop nya merasa terganggu dengan teriakan Ilman. Aduh, mulut lelaki itu memang tidak bisa dikontrol dari dulu dan sifatnya tidak berubah sama sekali.

"Maaf, maaf," lanjut Ilham merasa tidak enak hati pada istri Fatih. Lelaki itu memperkenalkan diri dengan sopan dan ditanggapi oleh Zayna dengan senyum tipis. "Sudah berapa lama kalian menikah?"

"Belum sampai seminggu," jawab Fatih.

"Cie, pengantin baru. Gimana rasanya? Malam pertama? Enak nggak?" Ilham menggoda Fatih.

"10% enak, 100% enak banget!"

"Serius lo?! Jadi kebelet nikah nih gue!" canda Ilham.

"Buruan nikah! Di jamin enak!"

Zayna melirik suaminya itu. Bagaimana bisa Fatih dengan enteng menjawab seperti itu? Malam pertama saja dirinya tidak disentuh, malah ditinggal pergi. Zayna mulai bosan berdiri hanya mendengar pembicaraan dua orang itu.

Kakakku Meminta Untuk Berbagi SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang