18. Menyukai Suami Orang

210 11 1
                                    

"Bukan urusan lo, Wa. Gue masih ada urusan sama wanita j*lang itu!" kesal Rama jari menunjuk tubuh Zayna yang masih berdiri mematung tak jauh. "Dasar wanita sok suci kamu, Zay!" imbuhnya menekan kalimat itu.

"RAMA!" geram Salwa sedikit meninggikan suara.

Sementara jari Zayna bertaut gelisah dan perutnya melilit nyeri, ucapan Rama semakin menghujam hatinya. Sakit rasanya. Apakah seorang pendosa sepertinya tidak pantas untuk bertobat? Zayna hanya ingin lebih baik, berharap kehidupan yang dulu sangat berantakan diperbaiki oleh Allah.

Zayna membalikkan badan. "Sudah cukup, Rama! Jangan kau ungkit masa laluku!" Dia memberanikan diri berkata tegas padanya.

Rama tersenyum mengejek. "Memangnya kenapa hah? Bukannya kenyataan kalau kamu seperti wanita murahan di luar sana? Nggak ada bedanya, Zay, walau kamu sudah berpakaian seperti itu," hina Rama.

"Hentikan, Ram! Keterlaluan sekali kamu!" Salwa tak terima sahabatnya dicap murahan. Hampir saja ingin menonjok wajah Rama keburu dilerai oleh dua teman Rama yang baru datang menghampiri. "Mau gue tonjok muka lo!"

"Udahlah, Ram. Cabut aja, yuk."

Satu teman Rama datang dan menarik-narik tangannya agar tidak ada keributan di kantin. Sudah pasti dua teman itu masih waras ketimbang Rama, takut pada Pak Dosen Fatih. Coba bayangkan saja kalau Pak Fatih dengar istrinya disebut wanita j*lang, sudah pasti Rama dihajar habis-habisan. Akhirnya Rama patuh pada dua sahabatnya.

Salwa mendelik tajam ke Rama yang akan pergi. "Brengsek lo! Awas aja kalau ganggu hidup kita! Akan kuhajar tanpa ampun!" umpatnya marah dan mengancam.

Dua teman Rama ketakutan mendengar umpatan Salwa. Mereka sudah tahu kalau Salwa pemegang sabuk hitam karate. "Ngeri," komentar mereka berdua. "Bisa digeprek kita."

Setelah itu Salwa langsung menghampiri Zayna yang sudah duduk lemas. "Kamu nggakpapa kan, Zay?" tanyanya khawatir Zayna akan terus memikirkan perkataan Rama, dia mengelus bahu Zayna dengan lembut. "Sabar, ya."

Zayna menoleh dan mengangguk. "Aku nggak-papa, Wa."

"Jangan dipikirkan. Gila tuh cowok!" dongkol Salwa. "Bakal aku hajar sampai mampus kalau gangguin kamu lagi!"

Zayna tersenyum kecil. "Thanks, ya. Udah belain aku." Lalu Zayna menghela napas lega dan melihat sekeliling. Untung anak-anak kampus yang berada di kantin tidak ada yang memperhatikan mereka dan semoga suaminya tidak tahu kalau Rama adalah mantan kekasihnya dulu, walaupun Fatih pernah mengatakan akan menulikan telinga ketika ada orang menceritakan aib di masa lalunya. Ya tetap saja, hati manusia tidak pernah bohong.

"Ya Allah, aku harap Engkau secepatnya menyembuhkan luka hatinya. Aku tidak ingin bermusuhan dengan siapapun. Semoga Rama tidak membenciku apalagi dendam," batin Zayna berdoa dan berharap.

***

Kini sudah dua bulan pernikahan mereka.

Tak ada panggilan khusus. Entah apa yang membuat Fatih sama tidak membuat panggilan kesayangan ke Zayna, lebih suka memanggil dengan sebutan nama istrinya. Zayna juga tidak pernah mempermasalahkan itu, apalagi bertanya. Memuliakan istri jauh lebih penting. Zayna tidak mau seperti hari pertama menikah, perubahan Fatih yang dingin, dirinya diabaikan begitu saja. Itu menyakiti Zayna.

Untunglah dua bulan ini rumah tangga baik-baik saja. Hari Minggu. Kegiatan Zayna memberi makan ikan di aquarium, syukurlah ikan-ikan di aquarium tidak ada yang mati sebab dirawat dengan baik. Zayna pergi ke halaman rumah untuk menyirami tanaman dan bunga mawar yang Zayna tanam. Tidak sabar bunga mawar tumbuh dengan baik dan mekar. Pasti warna merah dari mawar sangat indah, walaupun tangkai berduri tajam.

Kakakku Meminta Untuk Berbagi SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang