14. Tipu Daya Wanita

79 4 0
                                    

Geng wanita beranggota empat itu saling menyahut membicarakan keburukan Zayna di masa lalu. Kelas pun sudah hening saat geng itu mulai mencibir sambil tertawa-tawa. Tidak ada yang berani menegur ataupun menyuruh untuk tidak berisik. Rata-rata hanya diam di kursi masing-masing.

"APA MAKSUD LO?!" Salwa berdiri melempar botol minuman tinggal setengah ke belakang di mana geng beranggotakan empat itu duduk. Salwa berkacak pinggang, menatap tajam. "NGAJAK BERANTEM LO SEMUA HAH?!"

Tawa dari mereka berempat terhenti. Semua mata tertuju pada Salwa.

Arin segera berdiri menarik tangan Salwa secara paksa untuk duduk dan mencoba menenangkan, walaupun Salwa sempat menolak. Arin takut Salwa akan mencari masalah pada geng wanita itu. Bisa tidak ada habisnya mendapat musuh. "Sudah, Wa. Sudah. Biarin aja," katanya menepuk pundak Salwa.

Salwa menurut kembali duduk. Menahan emosinya. "Nggak terima gue! Sahabat gue digituin!" dengusnya kesal.

"Kamu yang sabar, ya, Zay," ucap Arin ke Zayna.

Zayna mengangguk dan langsung memeluk kedua sahabatnya, merasa terharu. Tak menyangka sahabatnya membela dirinya dan berdiri paling depan ketika orang lain menyakitinya. Mereka bertiga berpelukan. "Jangan diambil hati. Aku nggak apa-apa, Wa. Sabar-sabar."

"Harusnya kamu yang sabar, Zay. Bukan aku." Salwa sedikit sewot. "Mereka berempat keterlaluan tau! Awas aja!" imbuhnya menoleh ke belakang dengan sorot mata setajam elang.

Huh. Mulut mereka menyebalkan sekali.

"Iya, Wa. Tenang. Jangan marah mulu. Sebentar lagi Pak kumis datang," ujar Zayna sambil melirik ke jam dinding, mata kuliah sebentar lagi di mulai. Dia mencoba menenangkan emosi Salwa. Zayna tahu, ini ujian baginya ketika sedang memperbaiki diri. Mendapat hinaan dan celaan dari orang lain. Okay, Zayna akan mencoba lebih bersabar lagi dan menulikan telinga ketika mendengar seseorang menjelekkan dirinya.

***

Sudah menjadi rutinitas Fatih mengantar Zayna ke kampus. Kini sudah dua minggu. Sekalian Fatih mengisi kelas, kadang kalau tidak ada kerjaan. Fatih nongkrong bersama Ganang di mushola atau kantin, sekedar duduk dan bercerita.

Kini Fatih sedang tertawa-tawa bersama Ganang di kantin kampus bercerita apapun itu dan moment lucu masing-masing. Fatih yang merasa haus setelah bercerita panjang lebar, dia meminum es teh. Tanpa sengaja matanya melihat istrinya berjalan di depan stand makanan bersama dua wanita.

"Pasti dia akan makan siang," batin Fatih.

Fatih mendadak diam, tanpa dia sadari terdiam hingga melamun dan tidak bergeming cukup lama. Ganang sang lawan bicara Fatih langsung menatapnya dengan ekspresi kebingungan dan kening berkerut. Mereka sedang duduk di kantin, duduk di kursi yang disediakan di sana.

"Fatih, kamu melamun?" Suara Ganang mulai menelusp telinga Fatih dan menyadarkannya dari lamunan. "Ada apa?" tanya Ganang keheranan. Ganang salah satu sahabat terbaik Fatih, dia selalu menjadi tempat Fatih dan selalu memberikan saran jalan keluar ketika Fatih ada masalah.

Fatih terkesiap dan langsung memandang Ganang. Gelagapan. "T-tidak, bukan apa-apa," jawabnya.

Ganang curiga, ikut memalingkan wajahnya ke arah di mana mata Fatih tadi tertuju. Setelah memperhatikan, pandangan Ganang kembali ke arah Fatih. "Nggak kamu panggil biar ikut gabung satu meja dengan kita," usulnya. "Lagian dia udah jadi istrimu."

Kakakku Meminta Untuk Berbagi SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang