39. Antara Malas atau Belum Waktunya (part1)

2 1 0
                                    

Di suatu sudut kehidupanku, aku merenung tentang pertemanan yang membentuk lingkaran di sekitarku. Sebagian besar dari mereka, mungkin tidak semuanya, tampak sulit untuk diajak berkembang. Kesulitan ini bukan hanya tentang keengganan mereka untuk mencoba sesuatu yang baru, melainkan sikap skeptis dan malas terhadap perubahan yang mendasari segala keputusan mereka.

Banyak dari temanku yang lebih suka bermain game dan nongkrong tanpa arah yang jelas. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu dalam rutinitas yang tidak memberikan arti atau dampak positif dalam hidup mereka. Menggali peluang baru atau memulai sebuah proyek dianggap sebagai beban yang tidak perlu. Mereka cenderung terpaku pada zona nyaman mereka yang, meskipun terasa monoton, memberikan keamanan yang mereka cari.

Setiap kali aku mencoba mengajak mereka untuk mencoba hal baru atau memulai sesuatu yang menantang, mereka selalu memberikan 1001 alasan. Alasan-alasan ini tidak hanya tentang resiko atau kesalahan yang mungkin terjadi, tetapi juga mencerminkan ketakutan mereka terhadap perubahan dan ketidaknyamanan. Mereka cenderung fokus pada potensi kegagalan tanpa melihat peluang besar yang mungkin ada di hadapan mereka.

Melihat mereka yang enggan mengambil langkah-langkah menuju perkembangan dan kesuksesan membuatku merenung. Apakah ini yang disebut sebagai hidup yang nyaman? Hidup dalam keadaan yang stagnan dan tidak berkembang, hanya untuk menghindari risiko dan usaha ekstra? Ini adalah pertanyaan yang mendorongku untuk berpikir lebih dalam tentang nilai dan tujuan pertemanan ini.

Aku menyadari bahwa setiap langkah yang kita ambil dalam hidup ini memiliki peluang besar untuk kesalahan, tetapi seharusnya itu bukan alasan untuk tidak mencobanya. Kesalahan adalah guru terbaik kita; itu adalah cara kita belajar dan tumbuh. Namun, teman-temanku sepertinya enggan untuk menjalani proses pembelajaran ini. Mereka lebih memilih hidup yang aman, bahkan jika itu berarti kehidupan yang terasa hambar.

Pada suatu titik, aku bertanya-tanya, apakah perbedaan nilai dan prioritas ini akan memisahkan kami? Aku merasa seperti aku berada di persimpangan yang memisahkan antara pertemanan yang membantu satu sama lain berkembang, dan pertemanan yang hanya mempertahankan status quo. Namun, aku belum siap untuk meninggalkan mereka. Aku ingin mencoba membantu mereka melihat nilai dalam perubahan dan pertumbuhan pribadi.

Sementara aku berusaha mencari solusi untuk pertemanan yang terasa terjebak di zona nyaman, aku juga membawa pertanyaan serupa dalam konteks lebih luas. Bagaimana mungkin kita menciptakan perubahan positif di sekitar kita? Apakah itu melalui pendidikan, keterlibatan politik, atau bahkan melalui kontribusi di bidang minat dan bakat kita masing-masing?

Saat ini, aku masih berusaha mencari minat dan bakat yang tepat untuk mengeluarkan potensi terbaikku. Aku tidak ingin terjebak dalam rutinitas yang tidak memberikan makna dalam hidupku. Sementara itu, doaku terbaik untuk diriku dan untuk semua yang masih berjuang, mencari arti dan makna dalam perjalanan hidup masing-masing. Semoga kita semua bisa menemukan keberanian untuk mencoba, belajar dari kesalahan, dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Unpopular OpinionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang