Perdebatan selalu tercipta, mengisi kosongnya jarak antara aku dan kamu. Meski sunyi merangkul kita dari belakang, tapi tetap saja jeritanku dan jeritanmu masih terdengar di sela-sela gemercik hujan sore ini.
Pagi-pagi aku berlari, mendaki setiap bukit, bertarung dengan tebalnya kabut permasalahan. Aku terus mencari, dan mencari .... Tidak perduli sejauh apa diri ini tersesat, asalkan aku menemukan mu, dan alasan kepergian mu.
Siang-siang aku berjalan terseok-seok di gersangnya Sahara, disiksa oleh dahaga rindu, bayang-bayang kehilangan, dan betapa kerasnya kata Kamu.
Aku ingin pulang kepada rumahku, tapi justru rumahku belum pulang ke rumah. Ambisi itu terdengar menakutkan, memekakkan telinga membunuh satu sama lain.
Tidak ada yang salah dengan kata pergi, dan selamat tinggal. Tapi kau juga harus ingat, tidak pernah ada yang salah dengan mempertahankan, walau pada akhirnya mempertahankan atau melepaskan sama-sama membunuhku.
Tunggilis, 10 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Rindu Sang Hujan {SEGERA TERBIT}
RomanceAku dulu pernah mengenalnya yang kini menjadi goretan luka, terlukis menjadi sejarah, dan menyatu bersama remah duka. Namanya mungkin bisa terlupakan dalam ingatan mata dan logika. Tapi bagaimana menghapus nama yang sudah terpatri dalam dada? Yang m...