Part 22

91 9 0
                                    

malik masih tak berkutik ia masih terdiam di bangku itu, ia mencoba mencerna omongan geyhan.

"udah kak, keluar aku mau tidur", jelas geyhan mengusir malik.

Malik berjalan dengan menatap ke arah geyhan, ia masih terus memikirkan hal itu.

----------------------------------------------------------

seorang wanita paruh baya sedang duduk sendiri di ayunan itu.
tatapannya penuh dengan kesedihan, ia sangatt merindukan sosok anak yang sedang jauh dengan dirinya saat ini.

Karna itu ia mendatangi ayunan ini, karna tempat ini tempat favorit anaknya, ia selalu duduk sendirian disini untuk menghirup udara segar.

"mama senang kamu bisa lulus di kampus impian kamu, tapi mama ga bisa jauh dari kamu seperti ini.
mama kesepian disini, tidak ada yang bisa mama ajak bicara.
ya... walaupun kamu sering memberi kabar mu dan bercerita hari hari mu melalu ponsel, tapi itu tak sama rasanya", ucap seorang diri
rasa kerinduan itu terus menghantui dirinya

"tapi mama yakin rey, disana kamu akan menjawab semua tentang ayah kamu. Mama yakin allah akan membantu kamu menjawab semua ini", jelasnyaa

----------------------------------------------------------

arafi dan malik sedang sarapan bersama. Tak ada kehadiran geyhan di sarapan bersama karna.

Itu sudah hal yang biasa bagi mereka, setiap saja ada bermasalah geyhan selalu mengurungkan dirinya dikamar.

"alhamdulilah....", ucap arafi sembari meneguk air putih.
Lalu mengelap sisa makan yang berada di bibirnya dengan tisu

begitu juga dengan malik, ia sudah menyelesaikan makannya.
Kini ia berpamit untuk berangkat kuliah.

"yaudah, malik berangkat dulu ya", ucapnya sembari mengecup tangan ayahnya.

"hati hati lik", jawab arafi dengan memandangi pundak anaknya yang berjalan meninggalkan dirinya

sebelum ke kantor, ia terlebih dahulu ingin menemui geyhan.

"tok...tok...",

"geyhan...", panggil arafi Sembari membuka pintu kamar geyhan.

Tak ada jawaban dari geyhan, ia hanya fokus dengan handphone sembari berbaring.

Arafi duduk didekat geyhan yang sedang berbaring, ia mengelus rambut anaknya itu.
Ia paham dengan perasaan anaknya saat ini.

"geyhan...", panggilnya lagi

"yaa...", jawab dinginnya masih fokus dengan handphonenya.

"ayah tau kamu masih marah sama ayah, bukannya ayah tidak ingin menceritakan semuanya sama kamu.
hanya...", ucapannya terpotong oleh geyhan

"hanya karna, ayah tidak mau aku membenci ayah kan?", sambungnya
arafi menjelarkan matanya ia tak menyangka geyhan mengucapkan ini. Ia terdiam membisu dengan bingung bagaiman geyhan bisa tahu.

"gey..",

"udahla yah, jangan jelaskan.
geyhan sudah tahu semuanya itu hanyalah omongan kosong.
geyhan tau mama geyhan masih hidup, tapi hanya geyhan tak tahu dimana dirinya sekarang", jelasnya yang semakin membuat arafi tak pecaya. Ia bingung kenapa geyhan mengetahui semua ini

"t-tapi....", ucapnya kembali terpotong oleh geyhan

"kenapa ayah harus membohongi semua ini kepada geyhan, sehingga ayah menceritakan bahwa mama udah ga ada? apa salahnya ayah menjelaskan semuanya kepada aku.
Aku hanya ingin tau mama aku
Aku ingin melihat wujudnya",

KEINGINANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang