"Kenapa aku harus membawamu kesini"
Jisung hanya tersenyum, menerima secangkir teh hangat yang si tuan rumah berikan.
"Karena kita berteman sekarang"
Minho hanya diam, ia berlalu menuju kamar, lalu kembali dengan setumpuk selimut juga bantal untuk Jisung.
"Kau menyuruhku menginap?"
"Kau akan pulang?"
"Tidak juga"
Senyum kian merekah. Jisung menerima selimut pemberian Minho, membalut tubuhnya dengan helaan nafas panjang merasa hangat.
"Kau tinggal sendiri?"
"Begitulah"
"Dimana ayahmu?"
"Entahlah"
"Ibumu?"
Diam sejenak, sorot mata Minho tampak tak bisa diartikan oleh Jisung.
"Meninggal. Lima bulan lalu"
Kini Jisung yang diam, merasa tak enak akan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.
"Kau tidak memiliki kakak atau adik?"
"Aku anak tunggal"
"Berapa umurmu?"
"Dua puluh lima"
"Kau sedang kuliah?"
"Aku bekerja"
"Kalau begitu apa pekerjaanmu?"
"Banyak"
"Sudah punya pacar?"
Minho merasa jengah. Ia menatap datar pada Jisung yang terus menyunggingkan senyum.
"Kau reporter?"
"Tidak. Aku hanya merasa senang, sudah lama tidak punya teman"
"Tidak"
"Apa?"
"Aku tidak ada waktu untuk berkencan"
"Kalau begitu—"
"Siapa yang menghajarmu?"
Jisung diam, tak menjawab pertanyaan yang kawan barunya lontarkan. Senyum itu pun kini telah sirna, ia hanya merunduk, menatap pada gelas di genggaman.
"Berapa usiamu?"
"Dua puluh tiga"
"Panggil aku hyung"
".......?"
"Aku lebih tua dari mu"
"Baik hyung!"
𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜