Mei

5 2 0
                                    

"Jadi ini rumahmu?"

Minho rasanya tak sanggup berkedip melihat betapa berkilaunya rumah sang kawan.

Memang benar, jika rumah Jisung 100 kali lebih besar dari miliknya. Segala perabotan yang ada disini tampak begitu mewah dan mahal.

Foto keluarga berukuran sebesar dirinya di pajang tepat setelah pintu masuk. Begitu banyak piagam penghargaan di tempel pada dinding dengan berbagai nama pemilik.

Namun, tak ada satupun foto atau nama Jisung disana.

"Kau punya rumah sebesar ini tapi selalu saja diam di rumahku"

Bahkan kamar Jisung rasanya dua kali lipat lebih luas dari rumahnya.

"Aku lebih menganggap rumahmu sebagai rumah"

Minho menatap lekat pada manik Jisung yang tampak kian kosong.

"Ji"

"Kenapa?"

"Ayahmu memukulmu, kan?"

Jisung diam, menolak kontak mata dengan Minho dan lebih memilih untuk menundukkan kepala.

"Kau tau"

"........."

"Kenapa tidak pernah bertanya?"

"Karena kau terlihat tak ingin mengatakannya"

"........."

"Kau bisa mengatakannya sekarang, kan?"

Jisung mendekat, membuka laci yang berada tepat di hadapan Minho, membuat mata yang lebih tua membulat saking terkejutnya.

"Aku sakit"

Berbagai macam obat berjejer disana. Mulai dari bubuk, cair hingga kapsul.

"Itu sebabnya mereka membenciku"

Minho hanya diam, mendengarkan.

"Aku memiliki kakak laki-laki, dan adik perempuan. Kakakku adalah orang yang begitu sempurna, banyak penghargaan yang ia raih, mulai dari akademis maupun non akademis"

"........."

"Kakakku melakukan segalanya, semua yang tak pernah bisa kulakukan"

"........"

"Sejak kecil aku sering pingsan dan mimisan. Orang tuaku membawaku ke dokter. Dan setelahnya aku selalu berada di rumah sakit"

"......."

"Selama bertahun-tahun aku melakukan pengobatan dan terapi. Tapi kondisiku sama sekali tak membaik. Hingga orang tuaku menyerah"

"......."

"Awalnya mereka hanya tak memedulikanku. Menganggapku seolah telah mati"

Minho menatap lekat pada manik Jisung yang kini berair, menahan pedih yang teramat menggores hatinya.

"Mereka tetap memberiku pengobatan. Tapi mereka juga menghajarku habis-habisan seolah ingin membunuhku"

Jeda cukup lama, Jisung mulai terisak.

"Hyung, aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan seperti ini. Jika bisa memilih aku juga tak ingin dilahirkan seperti ini"

"Itu sebabnya kau ingin bunuh diri?"

"Ya. Lebih baik mati daripada menjalani hidup seperti ini"

"Bagaimana dengan sekarang?"

"Hanya ada satu hal yang berubah"

"......."

"Kau"

"Aku?"

"Karena sekarang aku memiliki teman"




































































𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜

𝐁𝐄𝐀𝐔𝐓𝐄𝐎𝐔𝐒 | 𝐃𝐫𝐚𝐛𝐛𝐥𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang