"Kenapa tiba-tiba bertanya?"
Jisung mengendikkan bahunya. Ia membenarkan posisi kala mendudukkan diri dihadapan Minho.
"Aku hanya penasaran, bagaimana rasanya piknik"
"Entahlah, aku tidak pernah melakukannya"
Kini helaan nafas kecewa lolos dari bibir pecah Jisung. Maniknya pun mendadak sendu juga tubuhnya yang ia baringkan pada kursi.
Manik Jisung menatap lurus pada langit malam yang bertaburan bintang. Begitu menyenangkan walau nyamuk berulang kali mencubitnya.
"Hyung. Bagaimana rasanya foto bersama keluarga? Aku melihat fotomu dan ibumu di kamar"
"Biasa saja"
"Biasa saja?"
"Dulu, rasanya biasa saja"
Minho turut serta berbaring di samping Jisung, maniknya pun menatap pada bintang di atas sana.
"Tapi sekarang, rasanya melegakan"
"Apanya?"
"Melegakan karena aku sempat mengambil potret bersama ibuku. Karena setelah kepergiannya aku bisa memandangi foto itu saat aku merindukannya"
Kini taburan bintang itu tampak seperti pahatan wajah sang ibunda yang begitu ia rindukan.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku tidak punya"
"Satupun?"
"Ya, ayahku membakar habis semuanya"
"Kenapa?"
"Entahlah. Kurasa karena ada aku disana"
Hening tiba-tiba menyelimuti. Minho tak lagi bertanya, ia hanya senantiasa menutup bibir dan memasang telinga guna mendengarkan kala Jisung bicara.
"Tidak apa. Aku punya banyak foto dengan adikku"
"Kau pasti sangat menyukai adikmu"
"Tentu saja! Adikku sangat manis"
Minho hanya terkekeh mendengar ucapan kawannya. Ia melirik pada Jisung yang maniknya telah di selimuti oleh air mata.
"Hyung!"
Minho terlonjak kaget, terutama kala Jisung kini telah menegakkan diri. Air mata pun tak lagi terlihat membanjiri.
"Ayo berfoto denganku"
"..........?"
"Agar jika aku tidak ada, ada foto yang bisa kau kenang"
𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜