Februari

3 1 0
                                    

"Hyung!"

Minho hanya berdecak, ia mengunci pintu lalu berjalan menghampir Jisung yang senantiasa melambaikan tangan.

"Sudah kubilang berhenti kemari"

"Baru tiga kali"

"Dalam minggu ini"

Keduanya berjalan beriringan. Minho makin menaikkan resleting jaketnya kala angin terasa kian menusuk.

"Hyung, kau tau. Tadi adikku memberiku coklat favoritnya"

"Benarkah"

"Iya. Kurasa dia benar-benar menyukaiku"

"Kau yakin tidak memaksanya?"

Jisung menoleh, menatap tajam pada yang lebih tua merasa tak suka akan pertanyaan tersebut.

"Adikku benar-benar menyukaiku tau"

Minho hanya mengendikkan bahunya.

"Hyung. Kapan terakhir kali kau bertemu dengan ayahmu?"

"Saat lulus smp"

"Kenapa dia pergi?"

"Menghindari hutang"

"Jadi kau yang harus melunasi hutang ayahmu?"

"Begitulah"

"Itu sebabnya kau tidak berkencan?"

Minho hanya diam, tak menjawab pertanyaan yang Jisung lontarkan. Fokusnya hanya tertuju pada jalan dihadapan.

Keduanya berhenti, menunggu lampu bagi para pejalan kaki berubah menjadi hijau dengan segerombolan orang lainnya.

"Apa menu makan malam hari ini?"

"Kau akan menumpang di rumahku lagi?"

"Hehe"

Mereka kembali melangkah.

"Hyung, kau masih ingat bagaimana rupa ayahmu?"

"Entahlah, aku tidak yakin"

"Menurutmu bagaimana rupa ayahmu sekarang? Atau dimana dia"

"Aku tidak pernah memikirkannya"

Keduanya duduk bersebelahan di halte, menunggu bus yang akan membawa mereka pulang.

"Kenapa bertanya?"

"Karna kurasa kau ingin mengingatnya"

"......."

"Kau terlihat membenci ayahmu, tapi kau juga terlihat merindukannya. Mungkin hanya prasangka ku, tapi kau seperti ingin aku bertanya"

"......."

"Karena kau tak ingat apapun tentang ayahmu, selain kebencian. Tapi kau juga merindukan ayahmu, karena kau juga mencintainya walau sedikit"

"Jangan sok tau"

"Karena kau, ingin mengingat ayahmu. Walau tak bisa, kau ingin mengingatnya. Bukan dengan rasa benci, tapi dengan sedikit rasa cinta yang tersisa"

Minho hanya diam, maniknya menatap pada iris sang lawan bicara yang seolah memancarkan kehangatan.

Suara lembut Jisung yang bicara, juga bagaimana mimik wajah Jisung kala menatapnya, membuat segala kenangan lama yang membeku seolah mencair.

"Hyung"

"......."

"Aku bertemu ayahku tadi, dia sangat menyeramkan"

"......."

"Jadi ijinkan aku menginap di rumahmu"


































































𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜

𝐁𝐄𝐀𝐔𝐓𝐄𝐎𝐔𝐒 | 𝐃𝐫𝐚𝐛𝐛𝐥𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang