"Kau berkelahi?"
Jisung hanya menggeleng. Membiarkan Minho mengobati lebam pada wajahnya.
"Siapa yang memukulmu"
"Aku terjatuh"
"Kau buruk dalam berbohong"
Kini Minho mengoleskan salep pada dagu Jisung yang terluka cukup parah, membuat pemuda itu meringis lantaran perih yang teramat.
"Aku berkelahi dengan anjing"
"Lemah sekali"
"Apa?"
"Kau kalah melawan anjing, sampai babak belur begini"
Minho hanya terkekeh melihat wajah tak terima yang Jisung berikan.
Kening pemuda itu mengkerut, matanya memicing dan ia mengerang. Jisung justru terlihat seperti anjing yang sedang marah.
"Kau mau berkelahi denganku?"
"Kau yakin bisa menang?"
"Tidak"
Minho tertawa, ia memukul lengan kawannya itu membuat siempunya tangan meringis menahan ngilu.
"Kurasa tak sekuat itu"
"Kubilang aku habis jatuh"
"Bukan berkelahi dengan anjing?"
"Aku berkelahi dengan anjing lalu jatuh!"
"Baiklah baiklah kau terjatuh"
Minho bangkit, mengemas kotak obat dihadapan lalu pergi menyiapkan teh hangat untuk sang kawan.
"Hyung"
"Apa?"
"Kau berangkat jam berapa?"
"Dua jam lagi"
"Kalau begitu ijinkan aku—"
"Tidak"
"Aku belum selesai bicara"
"Tidak"
"Kalau begitu—"
"Tidak"
"Kenapa sih?!"
"Kau tidak punya rumah?"
"Punya, rumahku 100 kali lebih besar dari rumahmu"
"Kalau begitu pulang sana"
Jisung mendengus kesal. Ia melipat tangan depan dada dengan wajah ditekuk muram.
"Aku tidak akan kemari jika betah di rumah"
Minho kembali menghampiri Jisung, memberikan segelas teh hangat di genggaman yang diterima dengan senang hati oleh Jisung.
"Han Jisung"
"........?"
"Kau bilang kita berteman kan?"
"Tentu saja, kau satu-satunya temanku"
"Kalau begitu katakan saja"
".......?"
"Apa yang selama ini tidak bisa kau utarakan, katakan saja. Karena aku adalah temanmu"
𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜