Entah telah kali keberapa helaan nafas lolos dari bibir Minho. Penat yang ia rasa hari ini seolah meremukkan tulangnya.
Ia hanya akan mandi, dan tidur.
"Jisung?"
Namun sepertinya ia tak akan tidur sama sekali, lantaran sang kawan menatapnya penuh semangat sembari menenteng sebuah kotak besar.
"Ayo masuk, dingin"
Minho hanya berganti pakaian juga mencuci wajahnya. Kala kembali Jisung telah duduk di lantai dengan kue tar dihadapan.
"Hari ini ulang tahunku"
Minho mendudukkan diri di hadapan Jisung yang tengah menyalakan lilin.
"Ayo, nyanyikan lagu selamat ulang tahun"
"Kau bukan anak kecil"
Decakan Jisung membuat Minho kembali menghembuskan nafas. Sebuah lagu ulang tahun pun ia nyanyikan.
Dan setelah satu doa singkat, lilin dimatikan.
"Selamat ulang tahun"
Senyuman cerah kian menghiasi wajah Jisung. Pancaran kebahagiaan terlihat begitu jelas dengan cekikikan yang tak kunjung mereda.
Minho diam. Ia kagum akan bagaimana indahnya Jisung yang bahkan tak merengek kala lebam menutupi separuh wajahnya.
Ia kagum akan ketabahan hati juga kesabaran tak terhingga yang ada pada diri Jisung.
Ia kagum, atas bagaimana nyaringnya tawa Jisung walau luka terus membalut tubuhnya.
"Hyung"
".........?"
"Aku menghilang selama satu bulan"
"........?"
"Kau tidak bertanya?"
..........
........
"Kemana perginya penggangguku selama satu bulan ini?"
Jisung mununjuk lebam pada wajahnya.
"Ayahku memukulku"
Kini tangannya menuju bagian belakang kepala.
"Dan sakitku. Sama sekali tidak mau berhenti"
"Apa sangat sakit?"
"Iya. Sangat"
"........."
"Sebenarnya aku tidak mau menemuimu sebelum sembuh. Atau setidaknya sampai memarku hilang"
"Lalu kenapa memaksa kemari?"
"Hari ini ulang tahunku"
"........."
"Aku ingin merayakannya. Tapi keluargaku sama sekali tidak peduli. Dan aku tidak punya teman lain"
"........"
"Dan juga"
".......?"
"Aku rindu rumah"
𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜