"Saya benar-benar minta maaf"
"Jangan bekerja jika tidak becus!"
Bukan salah Minho. Ia tahu ia tak salah. Insiden ini murni kesalahan pria tua dihadapan yang ceroboh kala mengambil sekaleng bir.
Namun pria itu justru memaki Minho, mengatakan jika pemuda itu lalai kala menata rak minuman.
Minho tahu ia tak bersalah. Namun ia tetap menundukkan kepala guna memohon maaf. Mengganti kaleng bir yang bocor hingga membayar satu lagi untuk pria asing itu.
"Kenapa minta maaf?"
Minho hanya diam, mengepel lantai yang berantakan, tak menggubris pada Jisung yang bersendekap dada di sampingnya.
"Itu bukan salahmu"
"Tapi itu tanggungjawabku"
"Bagaimana bisa itu menjadi tanggungjawabmu?! Pak tua itu yang ceroboh. Harusnya dia yang meminta maaf dan membersihkan kekacauan ini. Bukannya ribut seperti orang gila"
Minho menarik sudut bibirnya guna tersenyum. Kini ia menengadah, beradu pandang dengan Jisung.
"Meminta maaf bukan selalu karena kita bersalah. Tapi itu juga menunjukkan jika kita telah dewasa"
"........?"
"Terkadang kita akan ada dalam situasi, dimana kita harus meminta maaf terlebih dahulu, walau kita tidak melakukan kesalahan apapun"
"Kenapa?"
"Agar tak ada masalah yang lebih besar"
"........."
..........
"Itu adalah sikap orang miskin"
"........?"
"Ayahku bilang itu adalah sikap orang miskin"
"Kenapa meminta maaf menjadi sikap orang miskin?"
"Karena kau takut terjadi masalah. Karena jika ada masalah lain yang muncul, kau tak akan sanggup menghadapinya"
..........
"Karena apapun masalahnya. Pada akhirnya itu hanya akan berujung pada uang"
"Kurasa ayahmu cukup bijak"
Minho kembali merunduk. Melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.
"Tapi hyung"
"........."
"Setelah melihatmu aku tau jika yang ayahku katakan tidak sepenuhnya benar"
"........?"
"Karena kau terlihat dewasa"
"........?"
"Entah kaya atau miskin. Orang dewasa sulit mengatakan maaf"
𝟶𝟶.𝟶𝟶
𝙱𝚎𝚊𝚞𝚝𝚎𝚘𝚞𝚜