Sepulu anak laki-laki itu kini berpisah ke arah yang berbeda. Dua orang terakhir yang tersisa di hutan hanyalah Renjun dan Donghyuck.
Donghyuck menghela nafas, menoleh ke arah Renjun. "Di mana pintu masuk itu?"
Renjun tanpa berkata-kata berbalik, memberi isyarat agar yang lain mengikuti.
Perjalanan sebagian besar berlangsung dalam keheningan, tak satu pun dari
mereka saling mengucapkan sepatah kata, satu-satunya suara di sekitar mereka hanyalah suara yang dihasilkan oleh alam liar. Namun keduanya tetap waspada, tidak ingin mengambil risiko dan membawa masalah bagi semua orang.Setelah beberapa menit, akhirnya mereka telah sampai di ujung hutan. Renjun berdiri di sana, mencari-cari dimana pintu masuk berada. Buku yang dia baca memang menceritakan tentang pintu masuk rahasia yang terletak di ujung hutan, tetapi nyatanya ketika dia benar-benar datang kesana sulit untuk mengetahui dimana tempat itu.
Donghyuck mengerang, "Di mana itu?"
Renjun mengetukkan kakinya ke tanah. "Seharusnya ada di sekitar sini." Ucapnya berjalan mengitari tempat itu, membuat pangeran lainnya semakin kesal.
"Kamu membuatku kesal."
"Aku tahu." Jawab Renjun terhenti, "Pintu masuknya sudah lama tidak dibuka. Akan sulit menemukannya" Renjun mulai melompat-lompat diatas tanah. "Bahkan
jika aku melompat, itu tidak akan- WAHH!" Ucapannya terganti menjadi teriakan ketika tanah di bawahnya runtuh seketika. Membuat dirinya hampir terjatuh kedalam jurang maut di bawahnya, jika saja Donghyuck tidak mencengkram kuat pergelangan tangannya. Renjun mendongak untuk bertemu dengan mata Violet yang balas menatapnya."Begitu ceroboh untuk seorang jenius."
Renjun tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa. "Aku menemukannya."
"Aku akan membuat seluncuran es tepat di sampingmu dan ketika aku menghitung sampai tiga, aku akan memindahkan mu kesana. Mengerti?" Kata Donghyuck dan menggerakkan lengan kanannya.
Renjum menyaksikan dengan terpesona saat Donghyuck mulai menggunakan kekuatannya untuk membuat sebuah seluncuran es. Dia memang memiliki kendali luar biasa atas kekuatannya, Renjun tahu itu. Melihat cara dia membuatnya dengan terampil hanya menggunakan satu tangan membuat Renjun bertanya-tanya, apa lagi yang bisa dilakukan tiran kulit putih ini?
"Selesai." Donghyuck menoleh ke arah Renjun lagi. "Aku akan mulai. Satu..." Dia mencengkeram lengan bawah Renjun. "Dua..." Dan mengayunkannya. "Tiga..." Menggunakan kekuatan penuhnya, Donghyuck membuat Renjun mendarat di perosotan dengan teriakan yang menyakitkan.
"Itu disengaja!" Teriak Renjun. Setelahnya dia mulai meluncur kebawah, membawanya kedalam lubang. Untungnya, tidak butuh banyak waktu untuk mencapai dasar dengan cara itu. Renjun berdiri lalu menoleh, melihat Donghyuck meluncur dan mendarat dengan sempurna di sampingnya.
"Aku keren, aku tahu." Bangga Donghyuck.
"Punggungku dingin." Gumam Renjun melihat sekeliling sambil menyipitkan matanya.
"Jika kamu terjatuh, lehermu akan patah. Bersyukurlah karena telah menyelamatkan hidupmu." Kata Donghyuck dengan sombong membuat yang lain mendengus.
"Aku tidak mengucapkan terima kasih untuk orang aneh sepertimu." Kata Renjun sembari berjalan menuju tangga di arah yang berlawanan. "Ayo berangkat."
Keduanya menuju ke tangga dan memulai perjalanan mereka. Mereka harus
berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil, karena jelas kondisi tangganya kurang baik untuk menahan beban berat. Renjun bahkan hampir mundur ketika tangga mengeluarkan suara melengking keras saat dia melangkah."Jalan pelan-pelan bodoh." Desis Donghyuck.
Renjun memandangnya, salah satu tangannya menyala dengan api yang bekerja untuk menerangi gelapnya suasana di dalam lorong yang gelap. "Tutup mulutmu, setidaknya sebentar. Aku mencoba berkonsentrasi disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
You'll Never Walk Alone Again ; hyuckren
Romance"Apakah kamu akan meninggalkanku?" Dia bertanya, wajahnya yang pucat bersinar di bawah sinar bulan saat dia mencari jawaban di wajah kekasihnya. Anak laki-laki lainnya tersenyum. "Tidak akan pernah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu meski seluruh...