; dive into your mind

202 30 1
                                    

Cw : rape planning, be wise.

.

.

.

.

Kurtz kembali menghampiri kelompok murid yang sedang asik melihat pertengkaran keduanya sembari bersiul dan menyeringai. "Santai itu memang bagus, tapi jangan lupakan kalau ujiannya belum selesai. Ayo kita lanjut ke tahap kedua. Untuk ujian kedua ini adalah menuju pikiran satu sama lain."

Donghyuck hampir tersedak, "Apa yang tadi kamu katakan?"

Kurtz membawa mereka kembali ke tenda tanpa menjawab pertanyaan anak laki laki berambut ungu itu. Dia menyuruh mereka duduk saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Donghyuck memiringkan kepalanya melihat ke arah si albino di hadapannya.

"Wajahmu jelek sekali."

Renjun mengerutkan keningnya, "Maaf, tapi aku bukan cermin."

"Oooh." Jaemin bersiul dari sudutnya, terkekeh karena jawaban sarkas Renjun.

Kurtz bertepuk tangan, menarik perhatian mereka kembali padanya. Semua orang memandangnya, kali ini dia masuk dengan orang lain. Dibandingkan dengan Kurtz, pria ini berukuran lebih kecil, bahkan mungkin lebih kecil dari Renjun. Dia memakai riasan yang memberikan kesan seorang pelawak. Dia tersenyum lebar saat Kurtz memperkenalkannya sebagai 'Niel: The Mind Walker'.

Donghyuck mendecakkan lidahnya merasa nama itu tidak masuk akal. Sedangkan Renjun mengamati pria itu dengan cermat saat dia berjalan lurus ke arahnya. Renjun menjauh darinya secara naluriah, membuat pria itu memiringkan kepalanya. "Ya ampun, memang pemikiran yang rumit."

Renjun mengerutkan kening, Niel berbalik sambil mengatupkan kedua tangannya. "Sekarang pejamkan matamu, aku akan mengajakmu berpetualang ke dalam pikiran partnermu."

Beberapa orang saling melirik dengan ragu namun tetap mengikuti arahannya dan menutup mata mereka. Setelah semua orang tenang, Niel mulai melantunkan salah satu mantra yang dia pelajari dari ayahnya yang merupakan seorang penyihir di timur. Setelahnya, beberapa dari mereka terjatuh ke tanah, tertidur lelap sementara beberapa lainnya bersandar satu sama lain untuk mendapatkan dukungan.

Tanpa sadar, Renjun meletakkan kepalanya di bahu Donghyuck, si albino bersandar pada laki-laki itu sepenuhnya. Dan Donghyuck meletakkan kepalanya di atas mahkota Renjun.

Tidak ada suara terdengar di dalam ruangan itu, yang ada hanyalah kesunyian juga keheningan yang berkepanjangan dan menakutkan.

Disaat Renjun membuka mata, dia bertemu dengan kehampaan. Tidak ada tanah untuk menapakkan kakinya, tidak ada cahaya, semuanya gelap. Sepertinya dia terjebak dalam kehampaan. Renjun mengerutkan kening, merasakan kehadiran orang lain di belakangnya. Dia berbalik dan melihat Lee Donghyuck yang balas menatapnya dengan tatapan malas

Renjun melihat sekeliling. "Di mana kita?"

"Di dalam pikiranku, jelas." Kata Donghyuck, "Pikiranmu seharusnya dipenuhi dengan semacam pelangi dan unicorn."

Shu mendesis, ingin sekali menyerang tiran putih menyebalkan itu. Namun hal tersebut dia urungkan begitu melihat sesuatu yang aneh, hanya beberapa langkah di belakang mereka. Dia memiringkan kepalanya. "Apakah itu . . . sebuah pintu?"

Donghyuck berbalik, melihat kearah pintu berwarna putih yang terukir sempurna. Simbol kerajaan Lothroien tertanam di pintu kayu tersebut. Donghyuck menyipitkan matanya dengan intens ketika menyadari sesuatu, itu adalah kamarnya. Mungkin sesuatu di balik pintu itu menunggu untuk menampilkan salah satu kenangan paling berbahaya dari tiran putih tersebut.

You'll Never Walk Alone Again ; hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang