; another side of you

326 32 2
                                    

Orang-orang di sekitar mereka mulai mengobrol lebih keras. Keduanya mematahkan pandangan mereka sembari berdehem dengan canggung. Renjun mendongakkan kepalanya kembali menatap langit, tempat dimana bulan berdiri. Alih-alih bersinar putih suci, dia bersinar dalam warna oranye kemerahan. Desahan sederhana keluar dari bibirnya.

Donghyuck mengalihkan pandangannya ke arah si albino dan kembali ke bulan. Dia beringsut mendekati Renjun. "Mungkin," katanya. "Saat ayam itu melemparnya kembali, darahnya pasti tersangkut di dalam bulannya."

Senyum tipis muncul dari bibir Renjun. "Mungkin."

Setelah menatap bulan beberapa saat, kerumunan itu mulai mundur dari tepian sungai. Mereka menempuh jalannya masing-masing, ada yang pulang ke rumah, ada yang pergi ke toko untuk membeli minuman hingga larut malam, ada pula yang berdiam diri untuk bermain game dan menyantap jajanan lezat. Kedua pangeran itu telah kehilangan Jaemin dan Hyunjin di tengah kerumunan lagi, walaupun Renjun sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan itu. Selama setidaknya salah satu teman bersamanya, dia akan baik-baik saja.

Renjun dan Donghyuck berjalan dalam keheningan. Mata Renjun menatap kearah poster yang terpajang di depan restoran. Restoran itu cukup besar dibandingkan dengan restoran lain di daerah itu. Orang-orang di dalam bersorak sementara beberapa duduk sendirian berpasangan melakukan semacam permainan. Wajah mereka merah dan para lelaki disana menenggak air dan alkohol secara tergesa.

"Apa yang sedang terjadi?” Renjun bertanya pada seorang wanita yang kebetulan keluar dari restoran.

Dia berhenti dan menoleh ke arah mereka berdua. Senyuman lembut di bibirnya, simbol kerajaan Vandronia, senyuman ramahnya yang santai setara untuk orang asing ataupun keluarga. "Ini adalah permainan abadi yang menggunakan makanan pedas. Jika kamu masuk ke dalam, kamu bisa mencobanya dengan seseorang."

Renjun tersenyum, dia menyukainya. Di belakangnya, Donghyuck hanya menatap dengan bingung. Renjun menoleh ke arah Donghyuck dan menepuk kedua tangannya didepan dada. “Ayo pergi dan mencobanya. Pemenangnya akan memerintah yang lain sepanjang hari besok.”

Donghyuck menelan ludahnya dengan susah payah. Hasilnya sudah jelas. Dia tidak pandai menangani rasa pedas, dia lebih memilih menenggelamkan dirinya sendiri daripada memasukkan makanan pedas ke tenggorokannya.

"Tidak." Ucap Donghyuck langsung menolak tawaran itu.

Renjun memiringkan kepalanya. "Oh, aku tidak menyangka kalau pangeran es yang terkenal keren ini ternyata takut makanan pedas."

Donghyuck mendengus sembari melipat tangannya. Dia tidak ingin mundur dari sebuah tantangan, terutama jika Huang Remjun adalah penantangnya.

Donghyuck menghela nafas gusar, dia tahu dia akan menyesali ini, tetapi dia tidak akan kalah dari bocah albino didepannya. Donghyuck menatap lurus ke arah Renjun. "Aku terima.”

Senyuman cerah terpatri di bibir Renjun, dia langsung memimpin masuk kedalam restoran. Mereka duduk jauh dari kerumunan, tidak ingin menarik banyak perhatian saat mereka berada di sana. Jika seseorang mengenali bahwa mereka adalah pangeran dari sekolah, segalanya tidak akan berjalan baik.

Salah satu pelayan datang membawa dua mangkuk mie. Keduanya mengepul begitu dia meletakkan dua mangkuk di depan mereka. Donghyuck berkedip, baunya, baunya membakar lubang hidungnya dan bumbunya luar biasa hingga bisa merobek seseorang hanya melalui uapnya. Donghyuck mengalihkan pandangan, berkedip liar mencoba mengabaikan rasa perih di matanya. Tuhan, tolong selamatkan aku. Dia memohon pada dirinya sendiri dan melihat ke seberang meja untuk melihat reaksi orang lain.

Renjun terlihat berbinar menatap makanan didepannya, bahkan dia tanpa ragu mendekatkan wajahnya hanya untuk menghirup aroma yang menguar. Donghyuck menatap ngeri kearah anak itu, apa dia benar-benar manusia?

You'll Never Walk Alone Again ; hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang