Hari berikutnya tiba lebih cepat dari yang diinginkan Jaemin. Tidak seperti hari hari lainnya, dia tidak merasa segar dan bersemangat, hari ini yang dia rasakan hanyalah rasa takut yang mengendap di dalam perutnya karena mengingat hukuman yang akan datang.
Hyunjin duduk di tempat tidurnya. Dia juga memiliki kantung mata hitam yang sama dengan Jaemin, tetapi dibandingkan dengan si pirang, pangeran jangkung ini terlihat tampak tenang.
“Apakah kamu tidak khawatir?" tanya Jaemin pada temannya, mengangkat alis karena heran.
Yang satunya menjawab sembari mengangkat bahu. “Tidak mungkin dia bisa membunuh kita."
Secara bertahap, keheningan di asrama diambil alih oleh suara-suara pangeran lainnya. Yang Yang menguap keras, lalu melompat keluar dari ranjangnya. Jeno masih bersandar di tempat tidurnya, matanya masih enggan terbuka dan lebih memilih untuk tertidur kembali, tipikal Jeno sekali.
Dilanjut dengan sang pemeran utama kita yang terbangun, Donghyuck mengerang dan perlahan membuka matanya. Dia menegakkan tubuhnya, menekan telapak tangannya ke sisi kanan kepalanya sembari meringis kesakitan. "Sialan, kepalaku sakit sekali."
"Mestinya begitu," kata Hyunjin, tersenyum kecil memperhatikan Donghyuck kini yang menatapnya penasaran. "Kenapa?"
"Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi tadi malam?" tanya Jaemin, mengangkat alisnya.
Donghyuck terdiam sejenak, mencoba mengembalikan ingatannya yang sedikit samar. Sesaat kemudian, dia menggeram kesal, matanya mengembara ke arah tempat tidur di sampingnya yang masih tertutup oleh semua tirai di sekitarnya. Semua orang bisa melihat perbuhan emosi Donghyuck saat ini, dia tampak sangat marah. Donghyuck bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju tempat tidur Renjun. Dia dengan agresif membuka tirai yang menghalangi hingga memperlihatkan Renjun yang masih dengan nyaman memeluk bantalnya. Si albino mengerang dan berbalik dari sinar matahari yang langsung mengenai wajahnya.
"Oi," teriak Donghyuck. "Bangun! Kau membuatku menderita dan sekarang kau tidur nyenyak?"
Yang Yang memiringkan kepalanya dengan bingung. "Apa-apaan ini?"
Jeno mendecak pelan dengan mata yang masih tertutp, "Asrama ini menyebalkan."
Renjun membuka salah satu matanya dan melihat bocah berambut biru itu berdiri di samping ranjangnya dengan wajah yang benar-benar kesal. Dengan kesal, dia menegakkan tubuhnya, membalas tatapan Donghyuck. "Kenapa? Kau menganggu tidurku tau." Ucapnya dan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Dasar maniak pedas, kau membuatku makan makanan yang sangat pedas hingga kepalaku jadi sakit- ughh." Donghyuck kembali mengerang, berbicara keras seperti ini hanya membuat sakit di kepalanya semakin parah.
"Jangan dipaksakan," saran Jaemin, dia berjalan ke arah si biru dengan membawa segelas air di tangannya. "Duduk dan minumlah." Jaemin mengambil kursi yang tak jauh darinya dan mendekatkannya pada Donghyuck. Tangannya meraih bahu Donghyuk dan menuntunnya untuk duduk. "Kamu sedang mabuk, itu saja.”
Mendengar pernyataan dari Jaemin, seluruh asrama terdiam membisu. Donghyuck juga ikut terdiam di tempatnya, satu tangannya terhenti di udara ketika mencoba meraih gelas dari Jaemin.
"Kurasa aku tidak mendengarnya dengan benar," Yang Yang berteriak dari seberang, berkedip bingung. "Kau bilang Donghyuck mabuk tadi malam?"
Akhirnya, Jeno membuka mata dan menatap mereka semua dengan pandangan malas. "Walaupun aku sudah menebak hal ini, tapi upikir kalian semua berkata bahwa kalian akan baik-baik saja. Namun tetap saja kalian berhasil menangkapnya," katanya, mengalihkan pandangannya ke si tiran putih. "Orang yang bahkan tidak pernah mencicipi alkohol sepersen pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
You'll Never Walk Alone Again ; hyuckren
Romance"Apakah kamu akan meninggalkanku?" Dia bertanya, wajahnya yang pucat bersinar di bawah sinar bulan saat dia mencari jawaban di wajah kekasihnya. Anak laki-laki lainnya tersenyum. "Tidak akan pernah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu meski seluruh...