Waktu berlalu begitu cepat, hari ini Nadlyne berangkat ke Amsterdam, Belanda. Ia berangkat untuk melangsungkan pernikahan tak terduganya dengan Arsenio. Setelah 15 jam perjalanan, akhirnya ia sudah landing di schiphol airport pukul 22.30.
Arsenio sudah berada di Amsterdam satu hari yang lalu karena ada beberapa urusan. Itu membuat Nadlyne berangkat seorang diri.Ketika sudah berada di luar airport, Nadlyne langsung dihampiri oleh orang suruhannya yang diperintahkan untuk membawa mobil yang akan digunakan dirinya selama ia di sini. Setelahnya, Nadlyne segera melajukan mobilnya menuju alamat yang diberikan Arsenio. 30 menit perjalanan Nadlyne sampai disalah satu rumah mewah, lalu ia dihampiri oleh penjaga yang ada disana
"Goedenavond, wie wilt u ontmoeten? (Selamat malam, ingin bertemu siapa?)" ucap penjaga tersebut menggunakan bahasa Belanda
"Goedenavond, ik wil graag de heer Arsenio ontmoeten (Selamat malam, saya ingin bertemu dengan Bapak Arsenio)" jawab Nadlyne menggunakan bahasa Belanda juga, tidak sulit untuknya karena ia menguasai beberapa bahasa
"Ohya, spreek ik met mevrouw Nadlyne? (Ohya, apakah saya sedang berbicara dengan Ibu Nadlyne)" tanya penjaga
"Ja, ik ben Nadlyne. (Ya, saya Nadlyne)" jawab Nadlyne seraya tersenyum
"Sorry mevrouw Nadlyne, ik ken u nog niet. De heer Arsenio wacht. Kom dan binnen (Maaf Bu Nadlyne, saya belum mengenal anda. Pak Arsenio sedang menunggu. Kalau begitu masuklah)" ujar penjaga dengan hormat.
Kemudian Nadlyne mengendarai mobilnya masuk ke area halaman rumah tersebut, ternyata ada Arsenio yang sedang duduk di teras. Nadlyne segera keluar mobil dan Arsenio yang melihatnya segera mendekat ke arah Nadlyne
"Hi Nad, kamu nyetir sendiri?" tanya Arsenio yang melihat Nadlyne keluar dari pintu kemudi
"Iya." jawab Nadlyne singkat
"Yaudah masuk dulu, kamu pasti butuh istirahat. Nanti barang kamu biar dibawa pelayan," Arsenio ingin melangkah masuk tetapi tertahan
"Sen, ini rumah kamu?" tanya Nadlyne dengan tetap pada tempatnya
"Iya, kenapa?"
"Kan disurat perjanjian tertulis kita ga tinggal satu rumah, saya bisa tinggal di hotel at—"
"Selama di sini aja, di Indonesia kita tinggal di rumah masing-masing. Lagi pula di sini juga banyak kamar, ga cuma satu kamar doang, saya ga mau ribet untuk urus pernikahan kita nanti." jelas Arsenio. Mau tidak mau Nadlyne menyetujuinya, toh ia sudah sangat lelah hari ini.
Aresenio akhirnya membawa langkah masuk ke dalam rumah, diikuti Nadlyne.
"Kamu mau langsung istirahat?" tanya Arsenio
"Iya, saya langsung istirahat aja. Saya pakai kamar yang mana ya?" Nadlyne memindai sekeliling
"Di lantai dua samping kamar saya, ayo saya antar sekalian saya ke kamar"
"Di bawah ga ada kamar?" tanya Nadlyne
"Ada, tapi ga sebesar kamar atas, emang kamu mau? lebih nyaman di atas." ucap Arsenio. Nadlyne terus menatap ke arahnya, "Kenapa kamu tatap saya gitu? tenang aja, saya ga akan macam-macam, Nadlyne." lanjutnya sambil berjalan ke arah tangga, Nadlyne menghela nafas lalu ia ikut melangkah.
Mereka berdua pun akhirnya masuk ke kamar masing-masing untuk mengisyirahatkan tubuh. Beberapa saat kemudian, notifikasi chat muncul dari handphone Nadlyne
***
(Room chat Nadlyne — Arsenio)
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Do I Begin
Roman d'amour[NARASI SEDANG DI PERBAIKI, MASIH BERANTAKAN!] Kisah dua orang yang dipertemukan karena keadaan, dua orang yang terpaksa memulai ikatan demi kesepakatan orang tua. Keadaan ini memaksa mereka untuk menerima takdir dan membawa mereka ke ambang takdir...