Heewoon mengenakan baju berkabung, ia terduduk sambil meneguk soju yang disediakan sepupunya. Gadis itu dibiarkan sendiri mengingat Heewoon adalah cucu kesayangan neneknya yang telah berpulang.
Pemakaman berlangsung bertepatan dengan minggu tenang sebelum UTS. Maka dari itu Heewoon tidak perlu repot mengirim surat izin ke akademik.
Gadis itu berniat tinggal beberapa hari di rumah neneknya yang tidak ada siapa-siapa karena kakeknya juga sudah berpulang saat Heewoon masih kecil sekali."Orangtua lo ga dateng?"
"Gatau.."
"Lo gapapa di sini sendiri? Gue sama yang lain mau pulang, besok pagi ke sini lagi."
"Gapapa, kalian pulang aja, ga usah diberesin biar gue aja."
Hari berganti hari, tenda mulai dibongkar karena acara pemakaman sudah selesai dan nenek Heewoon sudah dimakamkan. Rencananya besok malam Heewoon pulang dan hari ini seperti biasa ia mengambil beberapa barang neneknya sebagai kenangan untuk dibawa ke apart. Selebihnya Heewoon hanya bisa tidur dengan selimut nenek.
Keesokan hari Heewoon mampir ke rumah sepupunya untuk menyerahkan kunci rumah nenek sekalian pamit ke kota. Jam 7 barulah Heewoon berangkat.
Ia menempuh perjalanan selama 5 jam kurang lebih artinya Heewoon kemungkinan sampai tengah malam. Gadis itu menepikan mobilnya di pom bensin yang ada minimarket 24 jam, membeli satu botol kopi dan rokok agar matanya tetap terjaga.
Heewoon menghisap kuat filter rokok dan menghembuskan asap keluar jendela. Dashboard mobilnya menampilkan jam digital yang menunjukkan pukul 10 malam.
Mobil itu menepi lagi. Heewoon langsung menelepon Jongho. Rindu katanya..
Deringan ketiga baru diangkat.
"Jongho.."
"Napa?"
"Lo belum mau tidur kan?"
"Belom."
"Ajak gue ngobrol, gue lagi di jalan balik, takut ngantuk."
"Kalo ngantuk jangan nyetir."
Heewoon tersenyum tipis, "dua jam lagi gue nyampe, lo mau nungguin gue ngga?"
"Ngapain gue nungguin lo tengah malem njir?!"
Heewoon tertawa canggung, "yaudah.. gue nyetir lagi. Bye.."
"Hmm.. Hati-hati."
Garis bibir itu terangkat bersamaan turun bulir dari matanya.
Heewoon melanjutkan perjalanan panjangnya dengan hati-hati sesuai perintah Jongho.
Tibalah mobil Heewoon di basement apartemennya. Punggungnya tidak setegap tadi, ia juga menenteng dus berisi barang bawaan dari kampung.
Lorong lantai kamarnya tampak sepi, wajar sudah setengah satu tengah malam. Heewoon mengharapkan Jongho menunggunya seperti dirinya selalu menunggu Jongho pulang.
Heewoon menaruh dus di bawah kakinya sambil menekan kode unitnya.
"Heewoon.."
Telunjuk gadis itu belum sempat menekan 'oke' ketika suara Jongho memenuhi indera pendengarannya.
Bibir gadis itu bergetar ingin menangis, ia melepas ransel yang memberati punggungnya dan maju memeluk Jongho erat."Lo nungguin gue ya.."
"Idih?"
Jongho melepas pelukan Heewoon namun tangan gadis itu beralih memegang kedua pipi Jongho.
"Lo khawatir kan?!"
Jongho hanya diam menatap Heewoon malas, Heewoon mendekatkan wajah mereka.
"Nenek gue meninggal ho.."
Pandangan mata Heewoon dan Jongho berubah, keduanya sama-sama menatap nanar satu sama lain.
"Gue juga kangen lo, tapi gue harus ada di sisi nenek gue sebelum dimakamkan."
"Lo harus prioritasin keluarga daripada gue."
"Keluarga gue udah habis."
Tatapan Jongho semakin kosong, Heewoon hanya tersenyum miris. Lalu dengan cepat Heewoon mendaratkan kecupan di pipi laki-laki itu.
"Love you!" Perlahan Heewoon mundur dan masuk ke dalam sedangkan Jongho dibuat berdebar. Kemudian tersadar, "orang gila.."
KAMU SEDANG MEMBACA
take a chance - choi jongho✔️
Fanfictiontake a chance or take your time? start : 14/01/24 finished : 21/01/24 ©joaapark