"Heewoon cantik juga ya kalo mode kalem gitu," puji San."Pacarin mantan temen gapapa kali," goda Mingi.
Fokus Jongho awalnya pada bola putih namun nama Heewoon disebut membuatnya hilang fokus.
"Bakal gue treat like a princess, susah cok nyari cewe yang effortnya ngegas gitu."
Mengingat San adalah idaman dan terbukti sangat gentleman terhadap para wanita terutama ibu dan kakaknya.
Jongho pikir dirinya tidak sebanding dengan San."Dah jangan dibahas, nanti Jongho dapet cewe yang lebih dari Heewoon, ya gak?" bela Yunho.
"Pacarin aja Haera, diem diem demen ama lo tuh," sambung Mingi.
-
"Itu beneran cewe lo yang ikut kita makan tadi?" tanya Haera lewat telepon.
"Perasaan kita gaada bahas ke sini deh."
"Dia ga suka sama gue tuh, kesel ga diajak liburan kali ya haha.."
"Gue udah bilang, dia ada agenda lain di luar kota."
"Agenda lain? Luangin waktu buat lo aja gamau? Biasanya ngintilin, hati-hati ntar ada orang ketiga."
Rahang laki-laki itu mengeras, "ga usah bahas ini deh, ribet."
**
Jongho melepas dasi lalu dilempar sembarang di atas tumpukan buket dan hadiah dari teman-temannya. Ia duduk memandang sekitar, beberapa perabotan berat sudah dijual, barang yang tidak layak guna juga sudah dibuang.
"Urus kepindahanmu abis wisuda."
"Iya, ma."
"Dipaketin aja barang yang mau dibawa ke rumah, pokoknya pas di pesawat nanti kamu ga banyak bawa barang."
"Iya, paling koper satu."
"Oke, bawa yang perlu aja. Sisanya tinggalin."
Jongho menutup panggilan suara dari sang ibu. Hampa. Dia belum pergi dari apartemen itu tapi rasanya jiwanya sudah pergi meninggalkan banyak memori.
Dengan malas ia langsung merebahkan tubuhnya tanpa mengganti pakaian. Matanya sangat berat.
Kemudian dalam tidur panjangnya, ia merasakan kehadiran Heewoon. Layaknya alarm, meskipun berat matanya dipaksa terbuka. Langkahnya sempoyongan ke wastafel untuk mencuci muka lalu membuka pintu dan seketika jantungnya berdetak tak karuan.
Heewoon dalam balutan mantel biru juga sebuket bunga merah muda di tangan, darah Jongho langsung berdesir. Ia ingin sekali memuji penampilan gadis itu tapi mengingat mereka sudah lama tidak berkomunikasi langsung, ia pikir penampilan Heewoon ini buat seseorang.
"Lo dari luar?" Suaranya serak, lupa minum.
"Sorry banget gue lupa lo sidang hari ini. Gue ada janji di luar."
"Kencan buta?"
"Bukan, ketemu temen sekolah."
Entahlah, Jongho merasa pompa jantungnya kembali normal.
"Oh.. Masuk.."
"Lo tidur tadi?"
"Iya."
"Semalem ga tidur?"
Jongho menyembunyikan senyumannya, "Sejam doang."
"Ga bisa tidur?"
Perasaan tak karuan itu terus membuncah saat Heewoon menyodorkan buket bunga.
Jongho menerima dengan gemetar, "gue gugup."
Mereka melakukan kontak mata, "sekarang gimana perasaannya?"
Mata laki-laki itu kini fokus ke manik coklat di depannya, "lega."
"Congrats ya, semoga ilmunya berguna. Gue bangga sama lo."
Empat kata terakhir cukup meledakkan sesuatu dalam benak Jongho. Air matanya yang luluh ditambah linangan Heewoon, Jongho tidak bisa mengelak lagi.
Heewoon tersenyum canggung, "lo beneran lulus kan?"
"Gue lulus."
"Kenapa nangis?"
Saat Heewoon gagal mempertahankan air matanya, Jongho dengan yakin bilang, "karena lo bangga."
"Udah ah jangan nangis."
Perlakuan lembut Heewoon yang mengusap air mata yang terus jatuh itu membuat Jongho tidak tahan. Ia mencoba menahan isakan dengan cara mencium dahi gadis itu cukup lama meluapkan segala permintaan maaf tersirat atas perlakuannya yang tak sebanding dengan cinta yang Heewoon beri."Woo Heewoon, lo ga pernah gagal. Lo berhasil."
"Gue yang gagal," lanjutnya."Lo ngomong apa sih?" tanya Heewoon tak mengerti.
"Sorry, tapi kali ini gue ga mau kehilangan lo."
"Tapi lo ga suka gue?"
"Sekarang gue udah lebih dari suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
take a chance - choi jongho✔️
Fanfictiontake a chance or take your time? start : 14/01/24 finished : 21/01/24 ©joaapark