13

97 12 2
                                    

Kejadian semalam benar-benar tidak terjadi sesuatu, yang ada Heewoon malah langsung menjauh dari laki-laki itu. Jongho juga tidak sadar sudah bertingkah agresif.

Hingga keesokan harinya sampai beberapa hari ke depan, Heewoon tidak berani bertatap muka. Ia tidak ingin terlanjur senang sebelum Jongho sendiri yang menyatakan bahwa ia menerima Heewoon sebagai pacar with feeling.

Namun..

Drrtt
Jongho💋 is calling..

"Halo?"

"Boleh minta tolong ga?"

Bola mata Heewoon bergerak gugup, "minta tolong apa?"

"Kode apart gue belum diganti, tolong bawain maket ke kampus. Imbalannya nanti kelar gue bimbingan, dosen gue nyuruh bawa sama maketnya juga ternyata buat bimbingan terakhir."

..

"Heewoon, lo ga sibuk kan? Atau gue suruh kak San ke apart nanti tolong buka-"

"Gue berangkat sekarang!"

Heewoon langsung mematikan panggilan, merapikan penampilannya yang masih terbilang sopan, memakai masker, mengambil kunci mobil lalu mengambil maket dari unit sebrang.

Sesampainya di kampus, lebih tepatnya di koridor perbatasan jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil. Salah satu ruangan dipenuhi beberapa mahasiswa menunggu dengan antusias tak terkecuali Jongho. Laki-laki itu berlari kecil dengan ratusan lembar kertas yang belum dijilid.

"Tolong bawain skripsi gue," pintanya karena maket itu harus dibawa dengan dua tangan.

Heewoon ikut mengantar Jongho masuk barisan lagi.

"Ini cewe lo?" tanya perempuan di belakangnya.

"Hmm.. Heewoon, ini Haera. Haera ini Heewoon."

Heewoon tersenyum simpul, ternyata orang ini yang bersama Jongho di perpus waktu itu.

"Woo Heewoon."

"Nam Haera."

"Lo ada jadwal lain hari ini?" tanya Jongho.

"Tadi udah kuliah online, sekarang kosong."

"Gue mau traktir lo habis ini, lo mau nunggu?"

"Berdua?" tanya Heewoon melirik Haera.

"Gue ga diajak nih?"

Layaknya bom waktu, Haera langsung mengeluarkan ultimatum, "gue udah bantu lo ngeprint sama ngejilid tadi, ho."

"Bertiga," jawab Jongho pada Heewoon.

Sudut bibir gadis itu tertarik, "oke, gue tunggu."

-

Heewoon memasang wajah bosan, tangannya sedari tadi sibuk membalikkan daging dan menggunting daging yang telah matang sambil mendengar percakapan keduanya.

Gadis itu tidak paham, mereka datang bertiga tapi yang nyambung di sini cuma dua orang. Posisi Heewoon di sini seolah pelayan yang menyajikan makanan tanpa diajak bicara, Jongho malah tertawa ketika Haera menceritakan maketnya di cat salah warna.

Heewoon tidak peduli dengan ekspresi sinisnya sekarang. Bahkan saat Haera menoleh, Heewoon langsung melotot.

"Gue abisin ya,"

"Banyak juga lo makan ya, ga rugi ho?"

"Gapapa, makan yang banyak.."

Heewoon meneguk maekju dan makan dalam diam. Selesai dari itu, mereka kembali lagi ke kampus karena kedai tersebut tidak jauh dari kampus.

"Gue berhenti di sini deh sekalian nunggu adek gue dateng," ucap Haera ketika mereka berhenti di gerbang universitas.

Heewoon mulai membuka percakapan setelah jauh dari Haera, "dia bakal sidang bareng lo?"

"Ngga sih, lo liat tadi dia ga bawa maket kan?"

"Jadi gimana? Udah acc?"

"Makanya gue mau ke akademik habis ini, mau daftar sidang."

Heewoon tersenyum manis, "tips cepet lulus dong."

"Pikirin judul skripsi lo dari sekarang baru minta tips."

"Cih.. Lo ke sini naik apa?"

"Uber."

"Nebeng gue aja, biar ga susah bawa maketnya."

"Boleh?"

"Boleh lah.."

Mereka sampai di akademik, Jongho mengurus semua keperluan sidangnya termasuk formulir, tiga bundel skripsi yang katanya dibantu Haera, dan KTM.

"Jadwal sidangnya nanti diumumkan di website jurusan."

"Baik, terima kasih banyak, pak."


"Jongho.."

"Hm?"

"Duduk bentar boleh? Kaki gue agak nyeri."

Jongho menepuk dahinya, "jahitannya belum kering?"

Laki-laki itu menyesal, ia lupa kalau Heewoon punya cidera goresan paku tempo hari.

"Lagian lo make sepatu, emang gapapa?"

"Ya masa ke kampus pake sendal."

"Di mobil ada sendal ga?"

"Ada sih."

"Ke mobil aja langsung," suruhnya.
Jongho berjongkok membelakangi Heewoon, "naik.."

Heewoon langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher Jongho, diangkatnya tubuh kecil itu menuju parkiran. Sesampainya, pintu mobil dibuka dan Heewoon didudukkan di bangku depan penumpang.

"Ganti sendal aja."
"Gue yang nyetir ya."

"Iya.."

Tidak ada yang mereka bicarakan, semuanya serba silent treatment, mulai dari Jongho yang memapah tubuh Heewoon sampai naik lift menuju unit mereka. Bahkan Jongho membuka unit Heewoon dan mendudukkannya di sofa ruang tengah.

"Sorry, gue lupa kalo lo masih cidera.."

"Gapapa, gue juga lupa. Pas pergi tadi rasanya udah kayak sembuh."

"Oh iya, makasih buat hari ini."

Heewoon menggigit bibirnya, "hmm.. Jongho, kita putus aja ya..?"

"Putus?"

"Gue terlalu ngekang lo kayaknya," ucap Heewoon pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Lo happy banget sama Haera. Gue rasa udah cukup nemenin lo sampe daftar sidang."

"Makasih udah rawat gue, gue anggap sebagai bantuan sesama manusia jadi gue ga bisa baper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Makasih udah rawat gue, gue anggap sebagai bantuan sesama manusia jadi gue ga bisa baper. Gue takut beban ke lo nya."

"Harusnya gue sadar tingkah gue ini ga bakal bisa nyenengin lo, ga bakal bisa bikin lo suka balik ke gue, agak memajukan sebenarnya tapi gue seneng bisa jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tolong dimaklumi."

"Gue ga nemuin kejelasan dari semua respon ambigu lo, jadi gue anggep gue gagal jadi pacar yang sesuai keinginan lo. Sorry bikin lo rugi waktu."

Jongho sampai tidak bisa berkedip, tubuhnya mematung.

"Take your time, Choi Jongho."

take a chance - choi jongho✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang