024

2.2K 169 5
                                    






—Happy Reading—













Suasana ruangan bercat putih itu serasa mencekam untuk Karina, bagaimana tidak? Irene terus saja menatapnya tajam karna Karina tidak memanggil dokter tapi malah mengunci pintu setelah Winter sadar

"Bundaaa, jangan gitulah ngeliatin Karin nya. Karin jadi takut mata Bunda lepas. He hee" ucapnya terkekeh diakhir

"Ha he ha he, lucu emangnya?!. Suami bukannya baru sadar dipanggilin dokter malah kunci pintu kamu!"

"Orang Winter tadi ngga mau kok Bun Karin panggilkan dokter"

"Harus inisiatif dong kamunya, kalau Winter pas bangun tadi ada yang sakit gimana?!. Kamu juga kenapa pake kunci-kunci pintu segala"

"Winter-nya ngga mau kok! kalau masalah tutup pintu, tadi Karin tuh lepasin baju. Soalnya Winter mau pegang terus elus-elus perut Karin" ucapnya ceplas-ceplos

Winter menaikkan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Malu dengan penuturan istrinya barusan

"Kamu nih tahu ngga sih? kelakuan kamu yang buka baju itu bisa bikin nafsu Winter naik, Ayah juga gitu soalnya"

Seulgi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu menarik pelan selimut Winter "Win, anggap mereka radio rusak yaa. Jangan didengerin____"

"____Emmm, Ayah mau minta maaf sama kamu. Udah pukul kamu malam itu, terus Ayah juga nyuruh kamu buat pergi dari hidup Karina"

"Winter yang salah Yah, maaf ya Winter udah nyakitin putri kesayangan Ayah. Winter seharusnya malu masih menampakkan muka Winter didepan Ayah, harusnya Winter pergi jauh dari hidup Kak Karina sesuai dengan perintah Ayah dan yang lainnya juga"

Seulgi menarik nafas dalam-dalam, ucapannya pada Winter begitu membekas "Ayah tarik ucapan Ayah, mulai sekarang dan seterusnya. Ayah mau kamu selalu ada buat Karina, selalu lindungin dan jaga dia. Jadi kepala keluarga yang baik buat anak Ayah____, kamu bisa kan?"

Winter mengangguk mantap "Winter akan buktikan semuanya sama Ayah. Terimakasih ya Yah____, Ayah udah ngasih kesempatan kedua buat Winter agar bisa jadi lebih baik kedepannya"

"Ayah juga berterima kasih sama kamu, kamu udah nolongin Karina. Ayah ngga tahu bagaimana jadinya kalau kamu telat nolongin anak Ayah"

"Minjeong!!!" Tiffany datang bersama Taeyeon dan Minju, mereka sangat senang ketika mendengar kabar Winter telah siuman

"Mommy"

Tiffany berlari memeluk Winter yang sudah berderai air mata

"Syukurlah kamu udah sadar, Mommy kangen banget sama anak Mommy yang satu ini. Selama kamu koma dua bulan Mommy takut Jeong____, hikss takut kamu bakal pergi ninggalin Mommy"

"Minjeong bakalan tetep disini sama Mommy, karena Mommy itu wanita nomor satu dihati Minjeong. Minjeong ngga akan pernah ninggalin Mommy, Minjeong bisa bangun dan bertahan sampai sekarang juga pasti karena Mommy selalu berdoa buat Minjeong kan??"

Tiffany mengangguk dalam pelukan, sesekali ia mengusap lembut surai Winter "Minjeong sama Minju tuh udah kaya separuh hidup Mommy, kalau salah satu dari kalian terluka. Mommy juga ikut ngerasain, Mommy pasti selalu berdoa buat kesembuhan Minjeong. Kalaupun harus pergi, biar Mommy yang pergi dulu ninggalin kalian____. Karena di akhir hidup Mommy nanti, Mommy ingin kalian selalu ada disamping Mommy"

Taeyeon yang mendengar merasa tersindir, benar juga apa kata Tiffany. Kenapa ia begitu tega melukai perasaan anaknya sendiri, sebagai Ayah. Taeyeon seharusnya lebih bijak dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi, bukan terus menyalahkan Minjeong dan menyuruh anaknya untuk pergi. Taeyeon harusnya ingat bagaimana susahnya ia mendapat keturunan dulu, dan dengan akal bodohnya ia malah memaki-maki Minjeong tidak berguna lalu mengusirnya seperti anak yang tidak diinginkan

With Y O U: Akankah selalu bersamamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang