Penantian yang di Tunggu

446 24 1
                                    

🩵🩵🩵
"Aku gak sabaran ingin memberitahukan kabar baik ini dokter" ujar Aya pada dokter kandungan.

"Iya mba Aya selamat ya, semoga juga seluruh keluarga mba bahagia mendengarnya"

"Pasti dong dok, masak istri dan menantunya ini membawa kabar bahagia mereka tidak senang. Hahahaa" tawa Aya yang sangat bahagia.

——————————————————————
Aya memilih untuk ke kantornya terlebih dulu. Karena ada banyak tugas yang harus diselesaikan. Dia melipat dengan memberikan pita sedemikian mungkin pada secarik kertas itu. Matanya meneteskan air mata. Air mata bahagia, sebentar lagi dirinya akan menggendong seorang anak.

(Sore tiba)

Aya melajukan mobilnya untuk segera cepat pulang. Sampainya di depan rumah, terlihat motor suaminya sudah ada di rumah. Deon bilang kalau dia hari ini akan mancing sore dan pastinya pulang larut malam, akan tetapi motornya jam enam sore sudah ada dirumah.

Rumah terasa seperti ramai, terdengar suara ibuk yang menangis. Aya semakin merasa takut dia segera berjalan cepat kedalam rumah. Dilihatnya rumah sudah berkumpul keluarga. Ada ibuk yang menangis di depan dapur, ada adik-adik Deon yang terduduk diam kaku di kursi sedangkan bapak yang menunduk.

Tatapan Aya kembali beralih dan ada satu objek yang menjadi sumber perhatiannya saat ini. Yaitu wanita menggunakan baju tanktop pink dengan celana jeans dan tas selempang putih duduk disebelah Deon. Sedangkan Deon duduk sambil wajah tekejut seperti melihat hantu.

"Soraya" Ucap Deon pelan

"Kenapa ini?" Tanyaku bingung.

"Aya duduk dulu aku bisa jelasin" ucap Deon terbata bata

"Jelasin apa sayang?" Tanyaku tegas

"Kenapa ibuk nangis? KENAPAAA!!?"

Ibu bangun dan berjalan ke arah wanita itu. Ibuk langsung menampar pipinya.

Plakk!

"Ibuuuuuu!!!" Teriak Deon menjauhkan tangan ibuk.

"Bukk, Lia lagi hamil kenapa ibuk giniin!!"

"Lia hamil? Wanita itu siapa?" Tanyaku dalam hati.

"Siapa dia?" Tanyaku

"Jelaskan Deon! Ibuk sudah kecewa denganmu. Mau taruh dimana muka ibu hah?"

"Menjaga martabat ibuk dan istrimu saja kamu tidak becus!" Kata ibuk di sela-sela tangisnya

DEG!

Jantungku berdetak kencang, apa maksudnya ini. Martabatku?
Aku mulai menatap tajam pada wanita disebelah Deon. Aku mendekat dan menarik tangannya.

"Kenapa kamu dekat dekat dengan suamiku?" Tanyaku

"Cukup Aya! Jangan sakiti Lia dia sedang mengandung anakku!"

Plak!!!

Tamparan itu mengenai pipiku ketika aku menarik dengan keras Lia itu. Dan ibu berteriak langsung memelukku. Ibu menangis memelukku. Sedangkan aku, terbeku. Napasku naik turun melihat tajam mereka berdua. Kejutan macam apa ini?

"Hamil? Jadi dia pelakor?" Tanyaku

"Dia bukan pelakor!" Tegas Deon

"Lalu kalau bukan pelakor apa Deon, kamu tega Deon! Aku kurang apa" air mataku mulai jatuh. Aku tak henti hentinya menunjuk kedua orang menjijikkan dihadapanku ini.

"Hei wanita, kamu lihat menantuku ini? Pakaiannya, karirnya sangat bagus tidak seperti dirimu! Kenapa kamu mau sama anakku yang sampai saat ini masih pengangguran!!!" Marah ibuk, Deon hendak melindungi Lia dari ibuk tetapi bapak datang memukul rahang Deon.

BUGGG!!

"Pakk bapak!!" Teriak adik iparku yang saat itu masih duduk di bangku SMA dan SD

"Pak jangan gini!" Adik ipar mencoba menarik bapak untuk menjauh karena Deon sudah babak belur dibuatnya.

"Anak gak tau malu! Malu maluin keluarga!"

"Bacot! Bangsat!!!"

"Apa yang kamu punya sampai bisa menafkahi dua istri hah?" Tanya bapak bertubi-tubi.

Sedangkan aku masih menangis dengan sangat keras. Aku gak kuat melihat semua ini, aku memegangi perutku yang mulai sakit. Ku pelankan nangisku dan berjalan mendekati Deon.

Deon tampak menunduk dihadapanku, luka luka diwajah akibat pukulan bapaknya.

"Aku pikir 15 tahun hubungan kita sudah menjadikan kita dewasa"

"Kenapa Deon?"

"Maaf Ay" Deon hendak meraih tanganku tapi aku menepisnya.

"Tanganmu kotor! Wanita itu wanita kotor!"

"Mba maaf, aku bukan wanita kotor! Aku tau kalau Deon sudah beristri dan suamimu yang mendekatiku lebih dulu"

"Lalu apa wajar sampai bersetubuh dengan suami orang? Sampai kamu mengandung anaknya? Apa nanti kata orang orang ke anakmu kalau ternyata ibunya adalah pelacur?"

Plakk!!!

Wanita itu manamparku.

Plakk!!

Ibuk balik menamparnya.

"Kamu tidak mempunyai hak untuk menyakiti menantuku! Ingat kamu hanya pelacur yang menjadi uji coba anakku!" Marah Ibuk

"Deon, sekarang aku mau kamu pilih!"

Deon mendongak melihatku. Deon menangis dia terus memohon agar aku tidak meninggalkannya. Tetapi aku bersikeras untuk menyatakan pilihan ini.

"Pilih aku atau perempuan itu?" Aku menunjuk Lia.

"Lia sedang hamil aku gak mungkin meninggalkannya. Dia tanggung jawabku"

"Kenapa disaat seperti ini kamu bisa berkata ini mas?"

"Apa aku bukan tanggung jawabmu?"

"Apa kurangku ma-"

"Kurangmu adalah.... Kamu gak bisa berikan aku anak!"

BUGGG!!!

Bogeman mentah dari bapak

"Bapak memang selalu menginginkan cucu darimu. Tapi bukan dari wanita lain, bapak hanya ingin dari Aya!"

Aku menarik napas dalam dalam

"Baiklah mas, berarti pilihanmu adalah dia"

"Gak Aya! Aku akan bertanggung jawab sampai dia melahirkan anakku setelah itu kita bisa hidup normal lagi Ay"

"Cukup mas! Aku tidak tahu seberapa cintamu ke aku. Tapi rasanya aku sudah jijik melihatmu!"

"Aku pergi mas, dan jangan pernah temui atau cari aku mas!"

Aku langsunh memasuki kamar kami, aku melihat kamar yang adem ini sekarang sungguh sakit hati ini. Aku mengkemasi semua barangku, bajuku dan lainnya. Perhiasan beserta juga surat surat kendaraan kepemilikanku.

Aku masih menggenggam surat ini, ku taruh di dalam lemari dan lalu ku meninggalkan tempat ini.

Deon terus ingin meraih tanganku tapi aku menutup telinga. Deon meminta maaf dan aku tetap tutup telinga.

Bug!

Suara seseorang jatuh, yaitu ibuk. Ibuk pingsan saat itu juga suara jeritan dari adik iparku sangat terdengar jelas. Aku menangis dan mendengarnya. Mereka sudah berbalik arah menangani ibuk dan tidak memperdulikan kepergianku. Aku berjalan ke mobil dan melajukan mobil.

"Ee-eh mas itu kok mobil kita dibawa perempuan itu?"

"Aduh dasar tante bodoh, itu kan memang mobil milik mbak Aya lah" jawab adik ipar yang saat ini duduk di bangku SD (Satria)

"Hah?"

🩵🩵🩵
Bersambung

Surat dalam Lemari Istriku (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang