Tempat Berteduh

282 14 0
                                    

🩵🩵🩵

"Deal ya mba" ungkap pemilik rumah.

"Iya bu terimakasih" Jawab Aya

"Sekarang kamu cari ART agar kamu gak terlalu capek pulang kerja harus beberes rumah, masak dan lainnya" tutur Fio.

"Iya nanti aku cari, makasih ya Fio udah bantu aku"

—————————————————————

"Aya di panggil tuh ke ruangan pak Anton" ucap salah satu karyawan.

"Oh ya sebentar aku kesana, makasih ya" jawab Aya

Aya segera menyelesaikan kerjaannya agar bisa cepat cepat menemui boss nya di ruangan. Aya bekerja sebagai kepala QC (Quality Control) di salah satu maskapai penerbangan. Dan dia sangat akrab kepada pak Anton, pak Anton juga adalah salah satu kakak tingkat Aya semasa kuliah dan tentunya umurnya tidak jauh berbeda dari Aya.

"Permisi pak" sapa Aya

"Soraya kemari"

Aya melangkah mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan dengan pak Anton. Pak Anton tersenyum kemudian dia memberikan segepok uang. Aya terkejut dia langsung memohon pada pak Anton.

"Pak tolong, saya baru saja kredit rumah dan saat ini saya sedang mengandung. Kalau saya di PHK lalu nanti hidup saya akan bagaimana" ujar Aya

"Soraya siapa bilang kamu akan di PHK?" Tanya pak Anton

"Bapak sendiri kenapa memberikan uang PHK ke saya?"

"Ini bukan uang PHK Soraya, ini uang bonus untuk kamu. Karena pengawasan kamu di maskapai ini sangat baik. Dan kamu telah bekerja keras" jawab pak Anton.

Aya langsung berbinar ketika melihat uang yang jumlahnya sangat banyak itu.

"Terimakasih banyak pak" ucap Aya. Aya hendak bangun dari kursi namun pak Anton memanggilnya.

"Soraya"

Aya memalingkan wajahnya menghadap ke pak Anton. Aya mengernyitkan keningnya.

"Ada lagi pak?"

"Engga, saya mau bertanya sebentar"

"Oh iya pak bisa silahkan, saya pikir mau ngasi uang lagi" ujar Aya sambil terkekeh.

"Itu nanti kalau kerjamu semakin bagus" jawab pak Anton

"Aya tadi aku gak sengaja dengar perkataanmu, kamu kredit rumah dan mengandung. Memangnya rumahmu yang lama kemana? Atau mungkin kamu tinggal dengan suamimu di dekat sini?" Tanya pak Anton bertubi tubi.

"Rumah saya yang lama ada kok pak, saya cuman kredit rumah disekitar sini untuk istirahat sejenak sepulang kerja. Karna kan saya juga sedang mengandung pak. Apalagi kalau kerumah saya butuh waktu 2 jam perjalanan pak" ucap Aya.

"Iya juga sih, lagian mengandung anak itu juga gak gampang. Apa aku lebihkan saja bonusnya lagi ya? Anggap ini untuk membantunya kedepan" batin pak Anton.

"Aya ini saya ada tambahan bonus lagi"

"Wahhh pak, bapak baik sekalii" ucap Aya kagum.

"Iya Soraya anggap saja ini rejeki dari hadirnya anakmu itu" ucap pak Anton tersenyum.

"Terimakasih banyak ya pakkk, saya akan selalu mengingat kebaikan bapak" Aya tak henti hentinya mengucapkan terimakasih pada pak Anton.

——————————————————————
"Traktir kali say" ucap Beno

"Psstt... dia juga lagi kesusahan yang ada tuh kita yang traktir dia" bantah Fiona

"Nanti dateng ke rumah aku ya, kita nonton sambil makan makan oke?" Tanya Aya kemudian dua sahabatnya menjawab dengan mengacungkan jempol.

Aya merasa senang karena kini dia sudah mendapatkan tempat untuk berteduh. Rumah yang cukup untuk kehidupannya dengan anaknya nanti. Tanpa harus tanggung jawab dari suaminya.

"Niatku untuk menceraikan Deon adalah setelah anak ini lahir"

Prussstttt...

Air minum Beno muncrat.

"Are u sure?"

"Yahhh, aku ingin fokus pada anak yang ku kandung. Fuck lah tentang hubungan rumah tangga kami"

"Kenapa gak sekarang aja sih Ay?" Tanya Beno

"Untuk sekarang aku menunggu Deon yang menceraikanku, tapi kalau misalkan sampai anak ini sudah lahir dan Deon belum menceraikanku. Baru aku akan menceraikannya"

"Apa gak jadinya saling tunggu ya Ay? Itu akan berat sama kamu pastinya Aya. Kita gak tahu bagaimana kelakuan istri kedua Deon. Bisa jadi dia lebih barbar dan menyerang kamu untuk segera menceraikan Deon. Kita tahulah siapa coba yang mau jadi orang kedua?" Ucap Fiona. Karena dulunya Fiona juga merasakan ini. Dia diteror habis-habisan oleh istri kedua mantan suaminya itu hingga akhirnya dia memilih bercerai di tengah hamil tua.

"Uuhuyyy betcul betcul banget tuh. Kata kata Fiona memang paling benar sejagat raya. Mumpung perutmu masih rata dan tidak terlihat ceraikan saja, dan cari pengganti yang jauh lebih baik" ujar Beno.

"Aku belum memikirkan untuk secepat itu Ben, diamlah. Ini rumah tanggaku" ucapku menyanggah perkataan Beno.

"Bagaimanapun yang terbaik adalah keputusanmu sendiri Aya, aku akan selalu mendukung dan membantumu Aya" ucap Fio dan memeluk Aya.

🩵🩵🩵
Bersambung

Surat dalam Lemari Istriku (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang