13- Penjelasan

424 20 1
                                    

Keputusan dari pihak sekolah sudah keluar, hukuman untuk Anderon skor tiga hari dan Sagara yang turun jabatan dari ketua kelas. Banyak yang tidak terima dengan hukuman untuk Sagara, karena menurut sudut pandang mereka, Sagara hanyalah korban.

Pihak sekolah sudah memberitahu bahwa keduanya sama-sama salah disini, Sagara yang menukar buku tugas Deron. Dan Anderon yang emosian, berakhir dengan adu tonjok. Namun, entah kenapa mereka masih tidak menerima hukuman tersebut. Padahal kan yang jalani bukan mereka?

Hari ini, kelas XI IPS II rusuh. Sedang beradu mulut antara pihak Anderon dan pihak Sagara. Tidak terkecuali Dasha dan lain-lainnya, gadis itu ikut andil dalam perdebatan itu.

Viara masih belum masuk, ia belum sembuh dari sakitnya, mengingat gadis itu hampir saja pingsan dikelas kemarin. Untung saja Dasha tidak benar-benar meninggalkannya. Sebagai sahabat setia, walaupun kesal tentu saja ia enggan meninggalkan sahabatnya sendirian dikelas. Yang ada nyokap bokap Viara mengamuk padanya.

Guru jam pertama baru saja mengabarkan tidak masuk dengan alasan sakit. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan jamkos, mereka memilih untuk berdebat.

"Kalau Sagara nggak jadi ketua kelas lagi, terus siapa nanti yang urus kita?" ungkap jelly mencemaskan jabatan cowok itu. Menurutnya, hanya Sagara yang pantas jadi ketua kelas.

Tim Anderon, Pandi, Bram, Diva. Ketiganya memutar bola mata jengah, sejak tadi cewek itu mesem-mesem nggak jelas, terlalu alay! Padahal hanya jabatan biasa saja tapi sudah seperti turun jabatan presiden.

"Otak lo dimana sih jell, Sagara tuh salah, masih aja lo bela. Suka kan lo?" sinis Diva sembari memainkan poni panjangnya.

Jelly melotot tak terima, "Enak aja lo! Tapi emang sih, gue kalau Sagara tembak gue juga bakal terima. Hehe.." cengirnya. Ia mengambil sapu ditangan Bram lalu naik diatas meja. Entah apa yang hendak ia perbuat.

"Tes, tes, tes.."

"Woi, gua ikut!" Ayaa, gadis bar-bar itu kalau di satukan sama Jelly ya begitulah. Sangat sefrekuensi. Lihat saja, kedua gadis itu sudah teriak-teriak bak orang gila diatas meja dengan sapu yang dijadikan mic dan sendok sampah sebagai gitar.

Dasha meringis melihat kegilaan temannya, sudah tak tertong. Hal ini bukan yang pertama kalinya terjadi dikelas, bahkan sudah tak terhitung berapa kali mereka heboh begini saat jamkos. Dan pelakunya pasti jelly dan Ayaa, diikuti dengan yang lainnya.

"Mari kita menghibur kesedihan Sagara." ucap Ayaa hendak mengambil ancang-ancang, membuat pesan galau untuk mantan ketua kelasnya.

"Lebay!" seru Dasha kemudian berlalu keluar kelas, tak peduli kelakuan temannya kemudian.

Sehabis kepergiannya dari kelas, kini Dasha tengah Berjalan santai di Koridoor yang keliatan sepi, dengan Headpone yang terletak ditelinganya. Menatap lurus sembari sesekali menyusuri lorong. Sudah berapa kelas ia lewati. Dan kini perempuan itu tengah berdiri disamping kelas sepuluh yang berada ditingkat bawah.

Suara panggilan masuk dari Handpone nya lah yang berhasil menghentikan langkahnya.

Tertera dilayar benda bermerk Apple itu, nama Nyokap Viara. Sejenak, jantungnya berdetak kencang, apa ada kesalahan lagi yang ia buat? Mengingat orang tua sahabatnya itu tidak akan menelfonnya kecuali ada kesalahan yang ia buat.

Setelah merasa yakin, Dasha mencoba menerima telfon itu dan berfikir kalau semua baik-baik saja.

"Viara masuk rumah sakit, kamu bisa kesini?"

Bibirnya sontak membungkam saat hendak menyapa orang dibalik telfon tersebut.

"Iya, Tante." jawabnya cepat-cepat. Lalu telfon itu mati.

𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang