Bab 16 Penjelasan

269 21 2
                                    

Akhir-akhir ini mood ku berantakan. Karena beberapa faktor menjadi pemicunya. Dari klien yang rese, membuat ku merevisi sketsa berulang kali, sampai aku melakukan Redefining¹ tetap saja kliennya rewel. Lantas membuat ku lembur bersama beberapa kawan lainnya termasuk Asahi.

Jihoon? Wah, pria itu memang menyebalkan. Terakhir kali aku menutup teleponnya karena wanita lain. Dia hingga saat ini terhitung sudah dua hari, belum ada sama sekali menghubungi ku lagi. Mengirim pesan singkat saja tidak.

Aku ingin menghubunginya lebih dulu, tapi aku takut malah mengganggunya dan berdebat tidak jelas. Jadi, lebih baik aku diam saja.

Sesampainya di halte dekat rumah, aku memutuskan untuk mampir dulu ke minimarket untuk membeli beberapa kaleng bir. Rencananya sih pengin aku minum di kamar sambil menghilangkan penat, mabuk terus tidur.

Aku membeli 5 kaleng dan beberapa cemilan untuk makanan pendampingnya. Beberapa kali aku meringis karena rasa nyeri di perut.

"Kenapa aku mual ya?"

Tidak mengambil banyak, aku langsung membayar apa yang aku butuhkan saja. Karena rasa nyeri dan mual yang datang, membuat ku berkeringat dingin. Setelah bayar aku berjalan cepat menuju ke rumah.

"Aku pulang!" Aku buru-buru masuk ke dalam sampai tidak memperhatikan banyak orang di ruang tamu yang sedang mengobrol. Yang aku lihat ada ibuku dan Hyunsuk.

"Yeri-ya, kamu sudah pulang." Suara ibuku terdengar lembut seperti biasa.

Aku tidak bisa menanggapinya saat ini, karena aku tidak tahan lagi untuk mengeluarkan isi dalam perut ku. Jadi, aku langsung berlari ke kamar mandi dan berjongkok di atas wastafel.

Semua yang aku makan siang ini keluar tanpa sisa. Aku gemetaran, dan memegang erat ujung kloset karena lemas.

"Yeri, kamu sakit?"

Entah karena tidak enak badan, sepertinya aku mendengar suara Jihoon.

"Huum, nggak enak badan. Perutnya — " aku tidak bisa bicara lagi karena aku kembali muntah.

Saat aku sedang menunduk, aku merasakan ada tangan yang menepuk punggung ku lembut. Aku melihat ke bawah dan melihat jari-jari kaki yang panjang. Sudah pasti bukan punya ibuku. Aku tau itu jari kaki seorang pria. Bisa saja Junkyu.

"Kamu salah makan?" katanya lagi.

Aku langsung menoleh cepat sambil menekan flash closet.

"Ji-jihoona!"

Matanya terlihat cemas ke arahku. Bahkan dia merapikan rambutku yang menutupi sebagian wajahku.

"Masih mual? Mau aku ambilkan sesuatu?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng pelan. Ibuku berdiri di depan kamar mandi memperhatikan ku.

"Kamu kenapa Yeri-ya? Salah makan atau masuk angin?" Suara ibuku tidak kalah cemasnya.

Aku hanya bisa menggeleng pelan dan berjalan keluar. Tangan Jihoon juga sudah siap menangkap ku kalau sewaktu waktu aku jatuh. Aku melihat Hyunsuk dan Junkyu juga menatap ke arahku.

Ibuku juga sudah kembali ke dapur entah membuat apa. Aku yakin membuat minuman racikan warisan nenek moyang.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Jihoon bicara dengan nada lembut sekali dan suaranya pelan.

"Aku hanya mual dan—" aku kembali ke kamar mandi kembali menunduk diatas closet. Kali ini hanya cairan yang keluar.

Jihoon juga tetap masuk dan menepuk punggung ku. Memegangi rambut ku juga mengelap keringat dingin yang membasahi kening ku.

My Healer // 💎 Park Jihoon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang