Bab 45 Bersyukur Memiliki Mu

151 23 6
                                    

Pembicaraan ku dengan Asahi berjalan dengan lancar. Aku juga menyerahkan semua projek yang telah selesai aku kerjakan untuk klien. Bahkan Asahi tidak menanyakan alasan mengapa aku mengundurkan diri. Aneh.

Jika dihitung hari, kurang lebih 6 hari lagi aku kerja di kantor ini. Setelah itu aku akan menjadi Park Yeri seutuhnya. Entahlah aku bisa menjalankan dengan baik atau tidak. Karena selama ini aku adalah wanita karir. Waktuku lebih banyak di tempat kerja daripada di rumah.

Aku pikir Asahi akan mencecar ku dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Terutama soal foto. Tapi, sepertinya Asahi terlihat banyak pikiran, jadi usai bicara denganku, dia langsung mengambil tas dan keluar kantor. Hingga waktu pulang kantor pun, aku tidak melihat lagi batang hidungnya.

"Jadi, kamu akan resign?"

Aku mengangguk.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Ini sebenarnya bukan tiba-tiba. Aku sudah jauh-jauh hari memikirkannya," jelasku pada teman-teman ku di kantor.

"Semuanya tidak berkaitan dengan Mashiho kemarin kan?"

Aku terkekeh, "Tidak. Sebenarnya aku sudah menikah. Sekarang aku sedang mengandung. Butuh banyak istirahat dan tidak boleh stress. Itu sebabnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri." Akhirnya aku jujur juga pada teman-teman kantor.

"Hah! Serius? Kapan kamu menikah? Kenapa tidak undang-undang? Jahat betul kamu Yeri."

"Bukan begitu. Aku sudah menikah dicatatan sipil. Nanti kalau suamiku sudah ada waktu, baru kami akan menyelenggarakan resepsi pernikahannya." Sebenarnya aku agak takut menjelaskan ini. Aku bisa membayangkan apa yang ada dipikiran mereka. Mungkin mereka menganggap kalau aku hamil duluan.

"Oh begitu ya. Kamu ternyata enak ya bisa menikah dengan bos kaya raya. Aku jadi iri. CEO Aiurs corporation. Wajar sih, kamu cantik, cerdas dan elegan. Tapi, ya tetap saja kalau menikah tanpa ada gelar resepsi, harus dipertanyakan juga. Karena biasanya orang-orang menikah, resepsi baru mendaftarkan diri ke catatan sipil. Bukan mendaftarkan diri dulu baru menyelenggarakan resepsi. Aneh!"

"Huss! Kata Yeri tadi kan tunggu suaminya tidak sibuk."

"Itu alasan saja. Orang kaya suka seperti itu."

Mendengar ucapan temanku barusan membuat ku mengepalkan tangan. Aku ingin menjelaskan banyak bahwa semuanya tidak benar. Tapi, setelah aku pikir lagi ya memang ada benarnya juga. Harusnya aku dan Jihoon menggelar resepsi dulu baru ke catatan sipil.

"Kim Yeri!"

Syukurlah, Jihoon menyelamatkan ku dari teman-teman ku yang masih meributkan soal pernikahan ku. Harusnya tadi aku tidak memberitahu kan mereka saja, kalau akhirnya malah begini.

Aku berjalan ke arah Jihoon. Jihoon sudah menyiapkan jaket ditangannya dan melampirkannya ke bahu ku.

"Di luar anginnya kencang. Nanti kamu bisa flu. Kenapa wajahmu murung?" Jihoon sedikit membungkuk untuk menatapku.

"Teman-teman ku masih melihat ke arahku?"

Jihoon melirik ke arah belakang kepalaku. "Iya, masih. Ada apa? Kamu dirundung?"

Aku menghela napas panjang, "bukan begitu. Aku jujur sama mereka tentang pernikahan kita. Aku juga kelepasan tentang kehamilan ku, jadi mereka menganggap kalau aku hamil diluar nikah. Karena pernikahan kita tidak ada resepsi pernikahannya. Aku sedih sekali." Aku tidak bisa menahan air mata ku lagi. Kehamilan membuat ku lebih sensitif dan mudah menangis.

Jihoon menatap ke arahku dan mengusap air mataku lembut. "Maafkan aku, Yeri. Biar Aku yang akan menjelaskan pada mereka." Jihoon sudah mau melangkah tapi aku menahannya.

My Healer // 💎 Park Jihoon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang