Bab 37 Apa yang kamu Ketahui?

176 21 5
                                    

Izin dua hari kepada Asahi dengan alasan tidak penting, membuat ku menjadi tidak enak hati. Untuk menebus rasa bersalah ku, aku pun membelikan pizza waktu jam istirahat makan siang. Sebenarnya Sahi baik-baik saja dengan itu semua. Hanya saja aku yang tidak enak padanya.

"Jadi, bagaimana di Busan? Apa semua oke?" Aku menoleh pada Mashiho yang tiba-tiba duduk di sampingku.

"Bukan urusanmu!" Tukas Ku.

"Ya memang bukan urusanku sih. Tapi, pekerjaan disini jadi banyak karena mu." Mashiho menggerutu dengan wajah lucu.

Sebenarnya aku tidak ingin tersenyum, sejak awal kedatangan Mashiho membuat ku jengkel. Namun, mendengar gerutunya barusan, bibirku tertarik ke belakang.

"Yeri tersenyum?" Mashiho melongok wajahnya ke dekat wajahku. Hanya beberapa senti.

Refleks aku memundurkan kepalaku dan mendelik sebal padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Refleks aku memundurkan kepalaku dan mendelik sebal padanya. "Tolong jaga sikapmu, Mashi!"

"Tidak ada siapapun di sini," ucapnya lembut.

"Ada kita. Ada cctv dan ada—" seketika semua kalimat yang ingin aku katakan kembali tertelan. Bibirnya sudah menempel di bibirku. Lantas, aku mendorongnya sebelum bibirnya benar-benar melumat bibirku. "Mashi, jangan kurang ajar!"

Dia hanya tersenyum dan senyumannya itu membuatku takut. Aku berdiri dan ingin meninggalkannya. Namun, tanganku ditarik hingga aku duduk di pangkuannya.

"Mashiho, lepaskan! Apa yang kamu lakukan!" Aku memberontak tapi dia hanya tertawa seperti orang gila.

"Ayolah, Yeri. Dulu kita belum pernah melakukannya. Bukankah teman kita juga banyak yang melakukannya di kantor diam-diam meskipun mereka sudah memiliki pasangan? Janji deh aku akan tutup mulut."

Mendengar kalimat kotor itu keluar dari mulut Mashiho, membuat ku bergidik ngeri. Entah apa yang merasukinya. Sepertinya otaknya memang rusak.

"Lepaskan, Mashiho. Aku bukan perempuan seperti itu."

Tiba-tiba saja kepalanya bersandar di punggungku. "Jangan bergerak, Yeri. Biarkan aku begini saja untuk sesaat. Hmm, please."

Aku masih duduk di pangkuannya. Itu benar-benar tidak nyaman. Berbeda saat aku sedang duduk di pangkuan Jihoon.

"Mashiho, biarkan aku pergi," mohon ku.

"Kemana Yeri? Semua orang sebentar lagi akan kembali."

"Itu sebabnya, Mashiho. Aku tidak ingin orang lain salah paham dengan keadaan kita yang begini. Oh, ayolah." Pelukan tangannya begitu erat. Aku yang berusaha berdiri dan melepaskan tangannya pun kembali jatuh duduk di pangkuannya.

"Yeri!" Panggilnya lembut.

Aku mencoba mendengar.

"Jika suatu hari sesuatu terjadi padaku, apa kamu akan memaafkan aku?"

My Healer // 💎 Park Jihoon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang