Bab 33 Keasinan

238 23 2
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian serangga di kamarku. Hari ini aku akan ke Busan tentu saja bersama pacarku, ah, sekarang suamiku Park Jihoon. Entahlah, terkadang aku masih sulit menerima kalau kami saat ini sudah bukan lagi sepasang kekasih, melainkan suami dan istri.

Dan, kalian harus tahu, sejak Jihoon resmi menjadi suamiku. Pekerjaanku bertambah saat malam hari. Terkadang bukan malam hari saja, kalau kami sedang berada di rumah atau dalam suatu perjalanan, Jihoon seperti tidak bisa menahan diri untuk tidak bercinta. Sepertinya memang selama ini dia menahannya. Sekarang setelah resmi aku menjadi istrinya, dia tidak perlu menahannya lagi. Kecuali ketika aku sedang datang bulan dan kerja di kantor.

"Sayang, hmm—" aku tidak bisa menahannya lagi. Sesuatu yang akan meledak dibawah sana, membuat ku meremas lengan Jihoon.

"Aku keluar!" Jihoon mempercepat gerakan pinggulnya. Detik berikutnya dia ambruk diatas tubuhku. Napasnya tersengal di sela ceruk leherku.

Aku memeluk nya erat. Mengusap punggungnya yang berkeringat. Mungkin dia tegang karena hari ini akan membawa ku ke rumah orangtuanya dan menemui ayah dan ibunya.

"Kamu jangan takut ketika bertemu ayahku ya," ucapnya sambil mengangkat wajahnya yang sebelumnya tersembunyi di leherku.

Aku melihat ada getaran di dalam matanya. Namun, tertutupi dengan senyumannya. Aku tahu dia juga gugup dan takut. Hanya saja dia memilih untuk kuat dihadapan ku.

"Aku tidak takut, Sayang. Asal bersamamu, aku tidak takut apapun," ucapku untuk meyakinkannya.

"Ya, aku tahu kamu berani. Itu salah satu yang aku kagumi dari dirimu. Kamu tahu, aku bahagia bisa menikahimu. Aku bersyukur bisa memilikimu. Tapi, aku mohon bersabar untuk sedikit lagi ya. Setelah mendapatkan restu ayahku, kita akan menyelenggarakan pernikahan yang mewah. Aku ingin seluruh dunia tahu, kamu adalah istri ku. Setelah itu, kita akan bahagia selamanya. Meskipun aku tahu akan ada banyak kerikil di dalam perjalanannya." Jihoon mengecupku untuk beberapa detik lamanya.

"Iya Sayang, aku akan bersabar. Bisakah kamu memeluk ku lagi?" Pintaku. Rasanya aku tidak ingin melepaskannya. Setiap kalimat hangat yang terucap dari bibirnya, rasanya bagiku seperti tidak ada lagi hari esok. Itu sebabnya, setiap hari aku memintanya untuk memelukku. Aku tidak ingin sedetik saja kehilangan momen kecil yang berharga dengannya.

Jihoon memelukku dengan erat dan gemas. Sesekali dia mengecup ku, baik di kening, pipi atau bibir. Benar-benar kehangatan yang sulit diungkapkan.

"Mau mandi bersama?" tanyanya.

Buru-buru aku menggelengkan kepalaku. "Tidak mau."

Aku melepaskan pelukan dan segera bangkit dari tempat tidur. Jihoon cekikikan melihat tingkahku. Mandi bersama adalah kegiatan yang akan memakan waktu lebih lama daripada mandi sendiri. Jadi jelas aku akan menolaknya.

Saat aku mandi, sepertinya aku mendengar Jihoon bicara dengan seseorang. Mungkin dia sedang melakukan panggilan telepon. Dengan siapa? Entahlah. Akhir-akhir ini dia sibuk sekali dengan banyak nama yang tidak aku kenal. Tapi, aku juga sering mendengar Jihoon bicara dengan Hyunsuk juga Jeongwoo.

Setelah aku mandi, gantian Jihoon yang mandi. Saat dia mandi, aku menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya. Banyak hal yang membuat ku terkejut setelah menjadi istrinya dan tinggal bersamanya. Tapi, mungkin lama-lama aku akan terbiasa. Semua hanya soal waktu saja. Dan aku sangat menikmatinya.

Tidak lupa aku menyiapkan sarapan simpel. Tentu saja nasi goreng kimchi. Memang apa lagi? Semua bahan yang ada aku olah menjadi satu. Kata ibuku, yang penting sarapan. Jangan sampai perut kosong.

"Maaf aku menyediakan ini lagi," ucapku lesu ketika Jihoon datang untuk sarapan dengan memakai pakaian lengkap.

"Tidak masalah. Apapun yang kamu buat, aku akan memakannya. Bukankah kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki hari ini? Rasa bosan itu relatif kok. Intinya harus bersyukur. Sini duduk." Jihoon menggeser kursi untukku.

My Healer // 💎 Park Jihoon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang