Bab 29 Malam Panas

665 24 2
                                    

* Tolong banget ini mah ya, bacanya malem aja pas udah nggak puasa. ✌️

Jangan lupa vote dan komennya ya gaes 🎸

-
-

[]

Setelah makan malam, aku dan Jihoon berbelanja perlengkapan untuk di unitnya. Sampai akhirnya aku benar-benar menginjakkan kakiku di apartemen tidak jauh dari kantor ku dan rumah ku. Apartemennya berada di tengah. Sepertinya Jihoon sengaja mencari unit yang letaknya strategis.

"Masuklah," Jihoon membuka pintu unit lebar-lebar supaya memudahkan aku masuk ke dalamnya.

Saat aku masuk, hal pertama yang aku lihat adalah sandal wanita yang sudah pasti untukku. Ada sofa merah, juga gitar. Entah itu gitar merah yang sama yang ada di Busan, atau hanya mirip saja.

"Password-nya tanggal jadi kita," bisik Jihoon di telingaku, dengan pelukan hangatnya dari belakang tubuhku.

"Tanggal jadi kita?" Keningku berkerut.

"Hmm. Kamu tidak ingat?" Tangan Jihoon terlepas dan membalik tubuhku untuk menghadap kearahnya. Keningnya ikut berkerut penuh telisik.

Aku tidak ingat, bahkan bingung. Sebenarnya yang mana? Yang di apartemen saat aku menerimanya atau saat malam dimana aku menyerahkan kesucian ku? Entahlah.

"Yang mana?"

Jihoon menghela napas, "sudahlah. Nanti aku ganti saja sama ulang tahunmu." Raut dan nada bicara kecewa benar-benar terlihat dari wajahnya dan suaranya. Jihoon juga langsung berpaling dariku mengarah ke arah dapur mini.

"Jihoona, kamu marah? Maaf, maksudnya tanggal saat malam aku menerima mu atau saat pertama kali kita bercinta? Aku masih ingat kok," jelasku meyakinkannya.

Jihoon mengabaikan ku, sepertinya moodnya sedang tidak bagus. Mungkin ada sesuatu yang mengganggunya. Tidak hanya saat ini, saat belanja dan makan saja Jihoon lebih banyak diam dan mengecek ponselnya. Saat aku tanya, dia hanya bilang menunggu email penting soal pekerjaan. Jadi, aku tidak bertanya lagi.

"Maaf, Sayang," ucapku lagi sambil merengek manja pada lengan kekarnya.

Seketika aktivitas yang dilakukan Jihoon terhenti. Barang belanjaannya yang sebelumnya dia ambil, kini diletakkan di atas kabinet dapur. Helaan napas berat bisa kudengar dengan jelas. Bahunya luruh lemas.

"Ada apa Jihoona?" Aku menarik kursi kayu di dekatku dan memberikan padanya supaya dia duduk.

Wajahnya cemberut, lesu dan seperti banyak pikiran. Matanya tidak berani menatapku, terus menatap ke arah meja kosong.

"Sini duduk," lirihnya sembari menepuk pahanya.

Aku menurut dan duduk diatas pangkuannya. Tangannya kembali melingkari pinggang ku, kepalanya menyandar di bahuku.

"Biarkan aku begini untuk beberapa saat, Yeri."

Aku membiarkannya bersandar di bahuku, tangan yang memeluk ku, ku remas-remas untuk menyalurkan ketenangan. Kepalaku ikut bersandar di kepalanya.

"Aku akan memulai semuanya dari nol di Seoul. Ayah tidak memecat atau membuang ku sih. Hanya saja aku akan bertukar posisi dengan sepupu ku." Jihoon kembali menghela napas panjang.

"Sepupu?"

Aku merasakan gerakan mengangguk di bahuku.

"Jeongwoo. Selama ini dia dipercaya memegang bisnis yang ada di Seoul. Aku minta bantuan padanya untuk tukar posisi saja. Jadi untuk sementara aku akan menggantikan posisi dia di Seoul dan dia akan ke Busan membantu ayah langsung."

My Healer // 💎 Park Jihoon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang