Chapter 6: Perpustakaan

32 19 20
                                    

Happy Reading
.
.

"Matanya yang indah membuat ku selalu mengingatnya."

✿✿✿

Di pagi yang cerah dan hari weekend yang seharusnya di mulai dengan kedamaian dan ketenangan itu. Kini di rumah Nara terdengar suara teriakan kakaknya —Sera. Nara menghampiri arah suara kakaknya itu, ia takut terjadi sesuatu yang bahaya. Namun setelah Nara melihatnya, Sera hanya sedang teriak ketakutan saat memasak ikan yang minyaknya nyiprat-nyiprat padanya. Nara yang tidak heran dengan kakaknya saat memasak pun hanya menghela napasnya. Sera bukan tidak bisa memasak, namun ia selalu heboh ketika sedang memasak yang menggunakan minyak seperti itu.

"Kak.. ayah sama bunda kemana, kok pagi-pagi gini udah ga ada di rumah?."

Nara bertanya namun tidak dijawab oleh kakaknya yang sedang sibuk dengan penggorengannya itu. Nara pun pergi kembali ke kamarnya.
..

Di rumah Areksa, ia sedang di studio miliknya, yang berada di dalam kamarnya. Di studio nya banyak alat musik, yaitu ada beberapa gitar, dram, dan piona. Namun saat ini Areksa sedang memandangi gambar yang diberi bingkai olehnya dan di taruh di atas meja, digambar itu terdapat seorang anak perempuan dan laki-laki yang sedang bergandengan tangan.  Gambar  itu pun seperti di gambar oleh anak-anak.

Disaat ia terus memandangi, Areksa dihubungi oleh gurunya untuk pergi ke sekolah sebentar. Ia menghela napas berat saat telpon itu sudah terputus, ia pun keluar dari studionya. Dan yang ternyata Altheo menginap di rumah Areksa. Cowok itu seperti masih di dalam mimpi, jadi Areksa tidak membangunkannya dan langsung pergi ke sekolah sendiri.
..

"Kamu tuh di buatnya pas tanggal, bulan, dan tahun berapa ya kira-kira."

Gadis yang bernama Nara itu sedang mengajak ngobrol benda mati, yaitu boneka kelinci miliknya. Ia terus mengajak ngobrol dan bertanya boneka itu dibuat kapan. Boneka itu yang ia tahu tak bisa menjawab, tapi ia terus berbicara random dengan menjawabnya sendiri. Apakah ini gila? Hahh yasudah lahh.

Sera yang berada di dapur memanggil Nara, untuk sarapan bersama.

"Kak bunda sama ayah kemana?"

"Kerumah Tante, beliau sakit."

Di saat mereka sudah selesai sarapan, ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Nara yang sepertinya sudah tahu itu siapa, namun ia sedang mencuci piring. Jadi Ia memanggil kakaknya untuk membukakan pintu. Sera pun beranjak dari sofa yang ia duduki, lalu membukakan pintu rumah.

"Loh.. ini Alvin kan? Kok kamu bisa di sini?." Sera terkejut melihat Alvin, yang ia kenal teman dekat Nara di SMP. Ia tidak tahu saja jika Alvin memang tinggal di daerah situ juga, malahan rumahnya hampir berdekatan.

"Iya kak aku Alvin, aku emang tinggal disini sekarang."

"Oh.., bisa kebetulan gitu ya," sahutnya dengan mengajak Alvin masuk ke rumah mereka.

Nara yang sudah menyelesaikan pekerjaannya pun ia menghampiri Alvin yang ada di ruang tamu dengan kakaknya.

"Jadi Vin? Ayo."

"Jadilah Yo."

"Kalian mau kemana?" tanya Sera, seraya memakan sisa bubuk keripik, di toples yang ia peluk.

"Mau ke perpustakaan umum, kata Alvin di daerah sini ada.. iya kan Vin?" tanya Nara, dan di angguki oleh Alvin.

"Oh yaudah hati-hati ya."

Cahaya Rona BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang