Ke-dua

189 28 2
                                    

Happy weekend!

Jangan lupa VOTE!

***

Sebuah mobil sedan mewah memasuki area pekarangan luas yang di tumbuhi banyak tanaman hijau. Tak lama mobil itu berhenti di area parkir mobil rumah itu dan seorang perempuan berseragam SMA keluar dari sana dengan tas ransel di bahunya dan beberapa tumpuk buku di tangannya, Do Do Hee.

Rambut gadis itu sudah tidak serapi saat berangkat sekolah tadi pagi, wajahnya pun sudah tidak sesegar tadi pagi. Ia nampak lelah dan harus segera beristirahat.

"Selamat datang, Nona," ujar Yera sebelum mengambil alih buku-buku yang ada di tangan Do Hee. "Apa kau mau langsung makan malam?"

Do Hee menggeleng. "Aku ingin langsung mandi dan beristirahat," jawab Do Hee. "Lagipula aku sudah makan dengan Yeon Du."

"Baik, kalau begitu aku akan membantumu menyiapkan air hangat untuk berendam."

Yera kemudian pergi mengikuti nona mudanya yang berjalan menuju lift. Rumah mewah itu memang memiliki sebuah lift yang membawa setiap penghuni rumah atau pun tamu mereka ke setiap lantai yang ada di rumah itu.

"Apa Kyung Hee-oppa sudah pulang?"

Yera membenarkan sambil menekan tombol tiga yang merupakan lantai di mana kamar Do Hee berada. Tak lama mereka telah sampai di lantai tiga, Do Hee bergegas pergi ke kamarnya dengan diikuti Yera di belakang.

Sesampainya di kamar Do Hee tidak langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, ia memilih langsung masuk ke walk in closet dan duduk di kursi meja rias yang ada di sana untuk membersihkan wajahnya, sementara Yera yang sudah merapikan buku-buku Do Hee segera masuk kamar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk Do Hee.

Setelah beberapa saat, Yera keluar dari kamar mandi. "Air hangatnya sudah siap, Nona. Apa kau mau teh chamomile?"

"Terima kasih, Eonnie, tapi aku benar-benar ingin langsung beristirahat," jawab Do Hee. "Kau juga perlu istirahat, sampai jumpa besok."

Yere membungkuk dengan sopan sebelum pamit undur diri, sedangkan Do Hee bergegas masuk ke kamar mandi untuk berendam. Ia merasa benar-benar lelah hari ini karena kegiatannya yang sangat padat hingga membuatnya pulang lebih malam dari biasanya. Ditambah ia harus mendengarkan berbagai keluh kesah Yeon Du yang baru bertengkar dengan kekasihnya, si aneh Baek Hyun Jin, itu.

Tak lama Do Hee segera membasuh tubuhnya dengan air dan sabun sebelum menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Kini Do Hee merasa sudah benar-benar bersih. Ia bergegas kembali ke walk in closet untuk melakukan ritual sebelum tidur—memakai produk perawatan wajah dan tubuh. Setelah selesai, Do Hee kembali ke kamar, ia mengganti lampu kamar menjadi lampu tidur dan segera merebahkan tubuhnya di ranjang yang begitu ia rindukan.

Do Hee menghela napas lega dan menatap langit-langit kamar yang disinari dengan remang lampu kamar. Perlahan ia memejamkan matanya dan mengatur napas hingga akhirnya ia terbuai dalam mimpi indahnya. Tapi, tak lama Do Hee melihat dua mobil bertabrakan kemudian tidak lama ia melihat kobaran api yang membuat dirinya terbangun dengan keringat di dahinya. Napasnya pun tidak teratur. Do Hee menatap jam dinding, pukul satu dini hari. Perlahan ia turun dari ranjang dan mengambil segelas air mineral yang disiapkan di sebuah teko kaca sebelum meminumnya.

Do Hee kemudian duduk di sebuah sofa yang ada di kamarnya dan melakukan relaksasi napas yang pernah psikolognya ajarkan padanya. Ia terus melakukan relaksasi pernapasan hingga merasa dirinya menjadi jauh lebih tenang. Do Hee menghela napas berat sebelum memutuskan untuk meninggalkan kamarnya karena ia tahu jika ia tidak akan bisa kembali tidur jika sudah seperti ini.

Do Hee menyusuri lorong rumhanya yang remang-remang dan begitu sepi, Do Hee berasumsi jika semua orang sudah tidur pada saat ini. Tapi, meski begitu, ia terus melangkah menuju sebuah pintu besar di ujung lorong. Sayup-sayup Do Hee mendengar sebuah lantunan lagu yang dimainkan dengan piano dari dalam ruangan itu.

Siapa yang bermain piano di waktu selarut ini?

Di dorong rasa penasarannya, Do Hee bergegas memasuki ruangan itu dengan perlahan dan menemukan seorang laki-laki memainkan grand piano yang ada di perpustakaan itu dengan lihai. Do Hee terdiam melihat pria itu yang nampak begitu menikmati permainannya dan belum menyadari keberadaan Do Hee. Hingga tak lama pria itu menyelesaikan lagunya yang membuat Do Hee bertepuk tangan dengan pelan.

"Aku tidak tahu jika ada seseorang yang lebih mahir bermain piano dari Kyung Hee-oppa," ujar Do Hee sambil mendekati pria itu. "Kau bahkan seperti menyatu dengan piano itu."

"Aku tidak menjadi mahir dalam bermain piano untuk dipuji seseorang."

Do Hee mengernyitkan keningnya. Bukankah di saat seperti ini yang perlu orang itu lakukan hanya mengucapkan terima kasih?

"Apa kau mau bermain piano bersamaku?" tanya Do Hee yang mengesampingkan sikap arogan pria itu karena ia sedang malas berdebat. "Mungkin tidak sebanding denganmu, tapi aku cukup mahir bermain piano."

Pria itu terdiam sejenak. "Apa lagu yang bisa kau mainkan?"

Do Hee tidak menjawab, ia bergegas mengambil kursi dan membawanya ke sebelah kursi tempat pria itu duduk. "Bagaimana jika aku memulainya lebih dulu dan kau mengikuti setelahnya? Bukankah kau mahir dalam bermain piano?"

Kemudian Do Hee mulai menekan tuts-tuts putih dan hitam pada piano itu, memainkan salah satu lagu favoritnya hingga tak lama pria itu mulai ikut menekan tuts piano yang membuat Do Hee menyunggingkan senyumnya karena menyadari jika pria itu benar-benar mahir dalam bermain piano.

"Namaku Do Do Hee, jika kau ingin tahu." ujar Do Hee di sela-sela permainan pianonya.

Pria itu tidak menjawab dan memilih terus mengikuti jari-jari Do Hee yang menari-nari di atas tuts piano itu dengan lihai.

Mereka terus bermain piano tanpa mengucapkan sepatah kata hingga tak lama lagu yang mereka mainkan selesai. Do Hee menghela napas pelan setelah menyelesaikan permainannya.

"Kau merendahkanku jika mengatakan aku mahir bermain piano," ujar pria itu yang membuat Do Hee menatapnya tidak mengerti. Pria itu bergegas bangkit dari duduknya. "Karena kau jelas lebih mahir dari aku."

Do Hee terdiam dan melihat pria itu yang melangkah menjauh darinya hingga tak lama berhenti untuk kembali melihat Do Hee.

"Namaku Gu Won, Jung Gu Won."

Do Hee mengerjapkan matanya karena terkejut dengan apa yang pria tu baru saja lakukan. Tapi, belum sempat Do Hee menanggapi, pria itu sudah hilang di balik pintu.

***

KENALANNYA UNIK GA SIH? WKWKWKWK

Omong-omong ini chapter ini ceritanya kilas balik waktu mereka remaja, nanti bakal ada chapter lain yang nyeritain waktu mereka remajaa

Jadii, MOHON DUKUNGANNYA <3

VOTE FOR MORE!

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang