Selina menatap Hansel. “Hansel, aku mau resign jadi sekretaris di kantor.” Sudah cukup lama ia memikirkan ini hingga saatnya malam ini ia bisa mengungkapkan hal ini.
Hansel menatap Selina dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan kebingungan. "Resign?" ulangnya pelan.
Selina mengangguk. "Iya, Hansel. Aku pikir, mungkin sudah waktunya untuk fokus pada hal lain, terutama aku sepertinya mau mencoba usaha sendiri."
Hansel memicingkan matanya, mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. "Usaha sendiri?” Selina mengangguk. “Usaha apa?” Tanya Hansel lagi.
Selina tersenyum tipis. "Itu masalah nanti. Aku masih pikir-pikir lagi. Yang pasti, aku ingin mencoba sesuatu yang bisa aku bangun sendiri."
Hansel merasa seperti ada yang tak beres. "Kenapa tiba-tiba kamu ingin resign? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Selina terdiam sejenak sebelum menjawab, “Sebenarnya, ini juga sebagai jaga-jaga aja."
Hansel memandang Selina dengan tatapan tidak mengerti. "Jaga-jaga maksudmu?"
"Jaga-jaga dari kemungkinan kita berdua gak bersama lagi. Aku ingin memiliki pekerjaan yang gak ada sangkut pautnya denganmu. Sesuatu yang tetap bisa kumiliki meskipun hubungan kita berakhir."
Hansel merasa terkejut dan kecewa. "Selina, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Aku bahkan gak pernah memikirkan kemungkinan berpisah."
Selina mengangkat bahunya. "Aku hanya ingin berjaga-jaga, Hansel. Dunia ini gak selamanya berjalan sesuai rencana kita."
Hansel meraih tangan Selina dengan lembut. "Apa ini karena aku yang gak bisa membuatmu nyaman?”
Selina menggelengkan kepalanya. “Gak, kok. Aku merasa kamu sudah mulai lebih terbuka dibanding sejak kita awal menikah.”
“Tapi, aku bisa memberimu kehidupan yang lebih baik, tanpa bekerja terlalu keras. Meskipun pada akhirnya kita tidak bisa bersama.” Jelas Hansel.
Selina tersenyum pahit. "Hansel, ini bukan soal hidup yang lebih baik atau nggak. Aku hanya ingin mengejar impianku, itu aja. Impian untuk meraih kesuksesan dengan usaha sendiri. Dan aku merasa, untuk itu, aku perlu melepaskan pekerjaan ini."
Hansel mencoba meredakan kekesalannya. "Kenapa kamu harus memutuskan hal ini sekarang?”
"Aku ingin mulai sekarang, Hansel. Aku ingin tau sejauh mana aku bisa pergi dengan usaha sendiri."
Hansel merasa terpukul. "Maksud kamu, bukan berarti kita akan berpisah, kan?”
Selina menarik nafas dalam. "Aku gak tau, Hansel.”
Hansel menghela nafasnya. Ia menunduk sejenak menenangkan pikirannya. Cukup membuat kepalanya terasa pusing kembali. Tetapi, Hansel menahannya.
“Aku akan berusaha untuk menjadi seperti yang kamu mau.”
“Maksudnya?” Selina menatap Hansel.
“Aku ingin hubungan kita ada kemajuan. Aku akan berusaha untuk mempertahankannya dengan membuat kamu nyaman.” Jelasnya.
Selina tersenyum, mencoba memberikan kelegaan. "Kamu sudah pernah mengatakan yang seperti itu.”
“Selina, ini berat untukku. Aku harap kamu bisa bertahan selama aku berusaha.” Selina memeluk Hansel dan mengangguk.
Dengan perasaan campur aduk, mereka kembali ke dalam. Meski Hansel mencoba mempertahankan hubungannya dan memperbaiki sikapnya yang mungkin membuat Selina tidak nyaman, dia merasa ada sesuatu yang berubah, dan masa depan mereka menjadi semakin tidak pasti.
Pagi itu, Selina bangun dengan hati yang penuh kekhawatiran. Dia ingin memastikan Hansel baik-baik saja setelah semalam ia mengungkapkan keinginannya untuk resign sebagai sekretarisnya. Dengan hati yang berdebar, Selina membuka pintu kamar Hansel perlahan.
Ternyata, kamar itu kosong. Selina merasakan kecemasan yang menghantui dirinya. Dia mencoba membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Yang ternyata kosong juga. Dia keluar dari kamar dan mencoba mencari Hansel. Selina mencoba ke ruang tengah. Tapi suara percikan minyak panas dan bau harum dari dapur membuatnya berhenti. Selina bergegas menuju ke dapur dan melihat Hansel dengan apron yang menghiasi tubuhnya, sibuk menumis sesuatu di penggorengan.
Hansel merasa kehadiran Selina. Ia menoleh dan tersenyum hangat. "Selamat pagi." sapanya dengan lembut.
Selina menumpahkan perasaannya dengan menumpu wajahnya di meja oleh tangannya. Dia mengamati dengan penuh kagum bagaimana Hansel dengan lihai mengolah bahan-bahan di dapur. Dia mencium aroma makanan yang lezat menguar, menciptakan suasana yang hangat di pagi itu.
Hansel menghampiri Selina dan duduk di sampingnya. "Bagaimana tidurmu?" tanyanya sambil menyeka rambut Selina dengan lembut.
Selina tersenyum. "Aku nyenyak sekali. Tapi, kenapa tiba-tiba kamu masak pagi-pagi begini?"
Hansel tersenyum penuh kebahagiaan. "Aku pikir, setelah semalam kita bicara, kita butuh sesuatu yang spesial hari ini."
Selina memandang Hansel dengan tanda tanya besar di matanya. "Apa yang spesial?"
Hansel menunjuk ke atas, mengarah ke langit yang bercahaya oleh sinar matahari pagi yang mulai menembus jendela. "Kita berdua. Pagi ini adalah sesuatu yang spesial karena kita bersama."
Selina tersenyum terharu. Hansel kemudian menghidangkan sarapan yang penuh rasa niat di meja makan mereka. Ada panggangan, telur mata sapi, sayur dan segelas jus jeruk segar. Hansel duduk di depan Selina, menggenggam tangan wanita itu dengan lembut.
"Makanlah." ucap Hansel lembut. "Aku ingin hari ini menjadi istimewa untuk kita berdua."
Selina menatap Hansel dengan mata yang penuh kagum. Mereka mulai menyantap sarapan bersama, suasana hangat dan romantis mewarnai pagi mereka.
"Hansel." panggil Selina dengan lembut.
"Hmm?" Hansel menatap Selina dengan penuh perhatian.
"Aku tau kamu gak suka ideku untuk resign, tapi aku ingin kamu tau kalau aku masih akan selalu ada untukmu disini." ucap Selina dengan tulus.
Hansel membalas senyumnya. "Aku tau. Mulai hari ini, kita coba hadapi semua perubahan bersama-sama."
Seiring kata-kata penuh keseriusan itu terucap, Hansel dan Selina merasakan kedekatan yang tak tergantikan. Pagi itu menjadi saksi sebuah hubungan yang munculnya kemajuan, dan mereka bersiap menyambut semua perubahan yang akan datang dalam pelukan satu sama lain.
Bersambung…
❤️🩹❤️🩹
Hai, semuaa...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yap, vote dan commentnya agar aku makin semangat untuk up, okkey❤️🩹
See u di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined Hearts
Любовные романы"Mungkin kita terlalu keras mencoba menjaga yang seharusnya sudah hilang, Selina." - Hansel "Aku juga merasakannya, tapi aku tidak ingin kehilanganmu." - Selina Pertemuan mereka yang dikarenakan sebuah alasan, hingga akhirnya berbunga namun sekara...