Setelah makan siang di Bogor, Selina dan Hansel kembali ke rumah dengan perasaan yang sedikit lebih dekat satu sama lain. Meskipun Hansel masih terlihat serius, ada kehangatan yang terasa dalam momen mereka bersama.
Beberapa hari berlalu dan Selina merasa semakin nyaman dengan Hansel. Mereka mulai menyempatkan waktu bersama, meskipun hanya dalam keheningan saat mereka berdua di rumah. Hansel masih terlihat tertutup, namun kehadirannya menjadi cukup untuk memberikan rasa nyaman bagi Selina.
Suatu malam, saat mereka duduk di halaman belakang rumah, Selina merasa ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan masa lalu Hansel. Dia dengan hati-hati memulai percakapan, "Hansel, kamu mau berbagi cerita tentang masa kecilmu?"
Hansel mengangguk singkat, "Gak ada yang istimewa."
Selina mencoba lagi, "Apa kamu punya kenangan khusus yang bisa kamu ceritain?"
Hansel terdiam sejenak sebelum menjawab, "Gak ada yang perlu diceritakan. Biarkan masa lalu menjadi masa lalu."
Meskipun jawaban Hansel cukup singkat, Selina bisa merasakan bahwa Hansel masih merasa tertutup tentang masa lalunya. Dia tidak ingin mendorong lebih jauh dan memutuskan untuk menghormati privasi Hansel.
Hari-hari berikutnya, hubungan mereka terus berkembang dengan perlahan. Meskipun komunikasi mereka masih terasa kurang, Selina merasa bahwa Hansel sedikit demi sedikit mulai membuka diri. Mereka masih menjalani kehidupan sehari-hari, di mana Hansel sibuk dengan pekerjaannya dan Selina menikmati waktu luangnya dengan melakukan kegiatan yang dia sukai.
Namun, dalam diamnya, Selina masih merasa penasaran dengan Hansel. Dia ingin tahu lebih banyak tentang suaminya, ingin memahami apa yang membuat Hansel menjadi pribadi yang tertutup seperti sekarang.
Suatu hari, ketika mereka duduk bersama di ruang tamu, Selina merasa perlu mengungkapkan perasaannya. "Hansel, aku mau kamu tau kalau aku peduli denganmu. Aku mau kita bisa saling mengenal lebih baik. Tapi aku juga menghargai privasimu kalau kamu gak mau membuka diri."
Hansel mengangguk, "Terima kasih, Selina. Saya juga peduli padamu. Tapi, ada beberapa hal yang lebih baik disimpan sendiri."
Meskipun masih ada batasan dalam komunikasi mereka, kata-kata Hansel memberikan ketenangan pada Selina. Dia tahu bahwa perlahan-lahan, mereka akan menemukan cara untuk saling mengerti.
Hari-hari berlalu, dan Selina dan Hansel terus menjalani kehidupan mereka. Meskipun komunikasi mereka belum sepenuhnya terbuka, Selina merasa bahwa hubungan mereka semakin kokoh. Mereka belajar untuk menerima satu sama lain apa adanya, dan perlahan-lahan, Hansel mulai membiarkan Selina melihat sisi-sisi lain dari dirinya yang tersembunyi.
Selina merasa bersyukur memiliki Hansel di hidupnya, meskipun terkadang misteri yang menyelimutinya masih menimbulkan kegelisahan. Namun, ia percaya bahwa dengan waktu dan kesabaran, Hansel akan semakin terbuka padanya.
Sore tadi Hansel mengirimi Selina pesan kalau mereka bisa pulang bersama untuk hari ini. Sebelum pulang Hansel mengajak Selina untuk berkunjung ke mall. Selina merasa senang karena ini merupakan kesempatan langka untuk mereka berdua bersama di luar rutinitas sehari-hari.
Saat mereka berjalan-jalan di mall, tak disangka, mata Selina tertuju pada satu resto yang sedang viral karena menyajikan pastry spesial bernama cromboloni. Selina bersemangat menceritakannya pada Hansel, "Hansel, liat, itu resto yang jual cromboloni yang lagi viral! Aku mau coba itu."
Hansel melirik resto itu, "Antrinya panjang, Sel. Saya gak yakin kita punya waktu untuk itu."
Namun, keinginan Selina sudah begitu besar. "Gapapa, aku akan antre sebentar aja. Kamu bisa duduk di sana tunggu aku. Pasti sebentar kok."
Hansel mengangguk, "Baiklah, saya akan tunggu di sana."
Selina bergegas menuju antrian yang panjang. Dia sibuk menatap papan menu dan berusaha mengatur pesanannya agar segera tiba gilirannya. Sementara itu, Hansel tampaknya sedang duduk menunggu di tempat yang telah disepakati.
Namun, ketika giliran Selina tiba, dia sangat kecewa karena cromboloni yang diinginkannya sudah habis terjual. Dengan langkah sedih, dia kembali ke tempat duduk yang seharusnya diisi oleh Hansel. Namun, dia terkejut karena Hansel tidak ada di sana.
Setelah Selina kembali ke tempat duduk, dia merasa sedikit kecewa karena tidak menemukan Hansel di sana. Tapi tiba-tiba, dari arah belakangnya, terdengar suara lembut, "Selina."
Selina langsung membalikkan badannya dan di depannya ternyata ada Hansel sambil memegang sebungkus cromboloni yang diinginkannya. Selina merasa campur aduk antara kebingungan dan kebahagiaan.
"Hansel! Tapi, tadi kan kamu gak di sini," ujar Selina dengan sedikit rasa heran.
"Iya, saya tau. Saya lihat kamu kecewa waktu cromboloni yang kamu mau sudah habis. Jadi saya coba untuk cari di tempat lain, dan untungnya saya berhasil dapat satu box." jawab Hansel sambil memberikan paket cromboloni pada Selina.
Selina terkejut dan bersyukur atas kebaikan hati Hansel. Dia merasa begitu senang dan terharu hingga tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Hansel sebagai tanda terima kasih. Hansel terkejut sejenak, namun kemudian muncul senyuman kecil di wajahnya. Hansel membalas pelukan Selina dengan kehangatan.
"Terima kasih, Hansel. Ternyata kamu cukup perhatian," ucap Selina dengan rasa syukur yang mendalam.
"Kamu senang?" Tanya Hansel sambil tersenyum lembut. “Banget…” Selina mengangguk senang.
Mereka berdua duduk bersama sambil menikmati cromboloni yang begitu diinginkan oleh Selina. Meskipun tidak banyak kata yang terucap, momen kecil itu menjadi bagian yang berharga dalam hubungan mereka. Kebersamaan itu memberikan kedekatan baru yang membuat mereka semakin merasa saling menghargai.
Setelah menikmati camilan mereka, Selina dan Hansel berjalan-jalan di sekitar mall. Mereka tertawa dan berbicara tentang hal-hal yang tidak terlalu penting, namun momen itu membuat keduanya merasa lebih dekat satu sama lain.
Saat akhirnya tiba waktunya untuk pulang, Selina merasa sangat bahagia. Hari itu telah menjadi bukti betapa kecilnya momen yang bisa mengubah hari menjadi lebih cerah.
Ketika mereka sampai di rumah, Selina merenung sejenak tentang hari yang baru saja mereka lalui. Meskipun kecil, momen-momen seperti itu memberinya keyakinan bahwa hubungan mereka sedang bergerak ke arah yang lebih intim dan erat.
Hansel juga tampaknya merasakan hal yang sama. Dia melihat Selina dengan senyum di wajahnya, "Terima kasih untuk hari ini."
Senyum merekah di wajah Selina, "Sama-sama, Hansel. Aku juga sangat menikmati hari ini. Terima kasih udah begitu perhatian."
Momen itu menjadi sebuah memorabilia yang indah bagi keduanya. Dalam keheningan, mereka merasakan kehangatan yang tercipta dari hari yang penuh kebaikan dan kebersamaan. Dari hari itu, Selina merasa semakin yakin bahwa hubungannya dengan Hansel sedang bergerak ke arah yang lebih baik dan intim.
Hansel dan Selina menuju kamar mereka masing-masing di Apartemen mewah yang menjadi tempat tinggal mereka setelah menikah. Mereka tidak tidur di ranjang yang sama. Karena masih ada penghalang yang cukup tinggi diantara mereka dan mereka pun sama-sama belum siap sehingga masih mencoba untuk belajar menerima.
Bersambung…
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined Hearts
Romance"Mungkin kita terlalu keras mencoba menjaga yang seharusnya sudah hilang, Selina." - Hansel "Aku juga merasakannya, tapi aku tidak ingin kehilanganmu." - Selina Pertemuan mereka yang dikarenakan sebuah alasan, hingga akhirnya berbunga namun sekara...