❤️‍🩹Part 8 - Manis

161 13 17
                                    

Hansel memimpin Arthajaya Group dengan tangan dingin dan kebijaksanaan yang telah menjadi ciri khasnya. Sebagai Presdir yang sukses, kantornya terasa penuh dengan kegiatan yang dinamis. Selina, sebagai sekretaris pribadinya, selalu mendukungnya dengan penuh dedikasi.

Setiap hari, mereka bersama-sama menyelesaikan berbagai tugas bisnis dan proyek-proyek besar. Hansel, yang semula dikenal sebagai sosok yang dingin, mulai menunjukkan sisi lain dari kepribadiannya di kantor. 

Selina, sementara itu, menjadi pilar dukungan Hansel. Sebagai sekretaris, ia tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga membantu Hansel menjaga jadwal yang padat. Mereka sering bekerja bersama-sama di ruang rapat, bertukar ide, dan merencanakan strategi untuk memajukan Arthajaya Group.

Suasana di kantor semakin terasa akrab dan hangat berkat perubahan sikap Hansel. Rekan-rekan kerja yang awalnya merasa intimidasi olehnya sekarang merasakan kehadiran yang mendukung. Hansel, dengan sengaja, berusaha menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi. Itu semua karena istrinya, Selina. Usahanya yang ingin membuat sang istri nyaman. 

Suatu hari, setelah rapat besar yang sukses, dia mengajak Selina keluar untuk makan malam romantis. Restoran yang dipilihnya memiliki pemandangan yang indah, menciptakan setting yang sempurna untuk momen istimewa.

"Indah sekali…" ujar Selina sambil menatap pemandangan malam yang memukau dari tempat duduk mereka.

Hansel tersenyum "Suka?" Selina mengangguk. “Kamu menyiapkan ini semua?” 

“Menurutmu?” Hansel bertanya balik. “Bukan sih, seharian ini kan kamu bersamaku.” Jawab Selina. Hansel tersenyum saja. Ya, karena memang benar yang menyiapkan orang lain, ia hanya memberi arahan saja. 

Selina tersenyum bahagia, merasa dihargai dan dicintai. Makan malam mereka diisi dengan tawa, obrolan ringan, dan tatapan sayang yang mengungkapkan perasaan yang semakin tumbuh di antara mereka.

“Hansel, kamu pernah melakukan ini sebelumnya?” 

“Apa?” Hansel mengangkat alisnya. “Makan malam romantis seperti ini sebelumnya kamu pernah?” Tanya Selina penasaran. Hansel menggeleng. 

Selina menatap Hansel, ia tidak menyangka seorang Hansel tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Apalagi makan malam di restoran mewah dan suasana romantis seperti ini. 

“Kamu pernah punya hubungan spesial gak sebelumnya?” Tanya Selina lagi, ingin tahu. Hansel lagi-lagi menggeleng. Selina mengernyit. “Jangan bilang kamu gak pernah punya hubungan apapun sama wanita?” Terka Selina. Hansel hanya mengangkat bahunya. “Kenapa?” 

“Membuang waktu yang ku punya, mungkin.” Jawabnya santai. 

“Tapi, kenapa akhirnya kamu memilih untuk menikah?” 

“Aku tertarik padamu.”

“Gak mungkin. Pada saat itu kan aku hanya menjadi orang yang pasrah aja untuk dapat uang demi bayar hutang.” Jelas Selina. 

Hansel menghela nafasnya. “Memangnya kenapa, kamu mau tau? Kalau aku beritau apa gak akan menjadi pembahasan baru lagi diantara kita?” 

“Apa? Aku mau tau.” 

“Daddy.” Satu kata itu yang dikeluarkan oleh Hansel. 

“Daddy? Kenapa daddy?” Selina belum mengerti. 

“Walaupun sudah melakukan transplantasi hati, dengan kondisi daddy saat itu gak mungkin pulih seratus persen.” Jelasnya. “Setidaknya aku masih punya waktu untuk menunjukkan pangeran kecil yang bisa menghiasi masa tuanya.” Lanjutnya. 

Destined HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang