Siang ini Hansel menyelesaikan pekerjaannya di kantor lebih cepat. Karena keluarga mereka sudah janjian untuk fitting baju bersama sebab akan memakai pakaian seragam saat pernikahan nanti. Hansel menjemput Selina terlebih dahulu di Apartemen.
Sesampainya di butik, ternyata anggota keluarga yang lain belum hadir. Ia yang paling pertama hadir. Jadi, mereka berdua langsung masuk dan mencoba lebih dulu. Mereka memilih model yang cocok dengan mereka namun tetap seirama warna dengan yang lainnya. Sambil saling membantu dan memberikan pendapat, mereka berdua menjalani proses fitting dengan santai dan menikmati harinya.
Hansel memutuskan untuk tidak menunggu keluarganya karena pasti akan sangat lama. Jadi, ia menyudahi kegiatannya lebih dulu. Setelah selesai, Hansel mengajak Selina untuk makan siang di salah satu restoran favorit mereka. Mereka duduk di meja yang nyaman, menikmati hidangan lezat sambil mengenang masa mereka menikah, apalagi mereka menikah tidak sama dengan Azel dan Allen saat ini. Dimana menikah mereka yang menentukan konsepnya dan menciptakan sebuah pesta pernikahan impian mereka.
Setelah mereka menyudahi makan siangnya. Mereka tidak langsung pulang. Hansel mengajak Selina untuk berjalan-jalan santai di sekitar kota. Hansel mengajak Selina ke taman yang indah di dekat sana, di mana mereka duduk di bangku taman sambil menikmati suasana tenang dan udara segar.
Saat sedang duduk, ada seorang anak laki-laki yang menghampiri Selina.
“Kakak cantik, ini buat kakak.” Anak laki-laki itu memberikan Selina sebuah coklat berukuran sedang.
Selina bingung, kenapa ia diberi coklat oleh anak kecil itu. Mereka juga tidak saling kenal. Jadi, Selina tersenyum saja dan “Terima kasih, ya.”
Hansel yang sedari tadi mengamati turut ikut tersenyum juga.
“Kenapa dia kasih aku coklat ya?” Tanya Selina bingung kepada Hansel.
Hansel hanya mengangkat bahunya. Ia juga tidak tahu.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil lagi yang menghampirinya. Kali ini anak perempuan.
“Halo, kakak. Aku Elis, ini buat kakak.” Anak kecil itu memberikan Selina sebuah boneka teddy bear yang di tengahnya dia memeluk bentuk hati.
“Terima kasih, elis. Kenapa ini buat kakak? Ini punya siapa elis?” Tanya Selina karena Elis tidak langsung pergi seperti anak kecil sebelumnya.
“Gapapa, ini buat kakak aja. Bye kakak.” Elis pun pergi.
Selina menatap dua barang pemberian anak kecil tadi. Coklat dan boneka. Sekian tersenyum, tapi ia tidak mengerti.
“Mau pulang? Nanti sore aku ada meeting online.” Ucap Hansel.
“Iya ayo kita pulang aja. Hmm, tapi mampir ke supermarket dulu ya. Ada yang mau aku beli. Aku mau masak untuk kita makan nanti malam.” Hansel mengangguk.
Namun, baru saja Selina berdiri dan hendak berjalan. Ada anak kecil yang menarik ujung baju Selina dari bawah.
“Eh? Ibu kamu mana?” Tanya Selina mencoba mensejajarkan dirinya dengan anak kecil itu.
Anak kecil itu diam saja sambil memberikan sesuatu kepada Selina. Wajah anak itu pun terlihat takut tidak seceria dua anak kecil sebelumnya. “Apa ini? Ini punya siapa, sayang?” Selina bingung.
“Buat kakak, dari om itu.” Tunjuk anak itu ke Hansel.
Hansel melotot terkejut. Selina menatap Hansel. Hansel langsung mengalihkan pandangannya yang mulanya memperhatikan interaksi mereka. Ia memijat pelipisnya. Kacau sudah. Pikirnya.
“Hansel?” Panggil Selina.
“Apa?”
“Kamu yang melakukan ini?”
“Bagaimana caranya? Sebelumnya kan kita bareng. Hanya pagi saja di kantor.”
“Halah, orang-orang mu kan banyak.” Selina langsung berdiri dan tersenyum lembut ke anak kecil itu. “Terima kasih banyak ya” sambil mengusap kepala anak kecil itu.
Selina langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Hansel yang masih diam berdiri. Hansel menatap anak kecil itu.
“Kenapa kamu nunjuk saya?” Tanya Hansel sedikit mengintimidasi anak kecil itu.
“Kan om yang suruh.” Jawabnya.
“Saya bilang jangan kasih tau kalau saya yang kasih. Langsung kasih saja dan pergi.”
Mata anak kecil itu berkaca-kaca dan pergi sambil menangis. “Hua…, huaa…, bunda, om nya jahat, padahal ega udah bantu om nya. Omnya bertanduk.”
Hansel menghela nafasnya dan mencoba mengirim pesan ke seseorang. Lalu, berjalan menyusul Selina menuju mobil mereka terparkir.
“Ayo cepet buka mobilnya. Panas tau!” Selina sudah kesal duluan. Apalagi keselnya double karena Hansel yang menyuruh anak kecil untuk memberinya coklat, boneka dan kotak kado.
Hansel langsung membukanya. Hansel langsung masuk ke dalam mobil. Namun, Selina membuka pintu mobil hanya untuk menaruh tasnya, ia langsung berjalan sedikit ke pedagang kaki lima yang menjual es podeng. Hansel tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
Selina kembali dengan dua gelas plastik es podeng. “Ini, kamu makan dulu aja esnya. Panas banget hari ini.” Selina memberikan es itu kepada Hansel. Hansel menerimanya.
Selina memakan es podeng itu dengan senang hati dan segar sekali rasanya. Namun, Hansel masih memperhatikan Selina belum menyentuh es podeng miliknya. Selina menatap Hansel.
“Kenapa belum dimakan? Kalau kamu makan dirumah nanti keburu cair.”
“Jangan terlalu sering jajan es ya.”
“Lho, kenapa? Aku bukan anak kecil.”
“Kurangi saja bukan bermaksud melarang.”
“iya, yaudah itu punya kamu dimakan dulu nanti cair. Baru kita jalan ke supermarket.”
Bersambung...
❤️🩹❤️🩹
Hai, semuaa...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yap, vote, comment nya, agar aku makin semangat untuk up, okkey❤️🩹
See u di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined Hearts
Romance"Mungkin kita terlalu keras mencoba menjaga yang seharusnya sudah hilang, Selina." - Hansel "Aku juga merasakannya, tapi aku tidak ingin kehilanganmu." - Selina Pertemuan mereka yang dikarenakan sebuah alasan, hingga akhirnya berbunga namun sekara...