***Saat fajar menyingsing Winter tersadar jika hari ini ialah hari terakhir mereka berlibur di Bali. Tanpa ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk merasakan liburan sungguhan versi dirinya, akhirnya Winter mulai mencari beberapa buku yang memang sengaja ia bawa untuk di baca sambil bersantai.
Sudah segar setelah mandi, Winter mulai memakai pakaian dan pergi menuju dapur sambil membawa bukunya. Di sana ia membuat segelas lemon ice serta menyiapkan snack manis untuk di bawa menuju kolam renang. Mereka yang akan menemaninya bersantai sambil membaca buku.
Saat tiba di tepi kolam renang Winter mendesah pelan lantaran pagi ini matahari sudah terasa sangat terik. Setelah meletakkan buku dan lemon ice serta snack yang tadi ia bawa di atas kursi santai, Winter kembali masuk untuk mengambil topi serta sunblock. Lalu Winter memakai dua benda tersebut perlahan. Winter menyukai kulit seputih susunya dan tidak ingin membiarkan matahari merusak kulitnya.
Ketika semua hal berjalan sesuai keinginannya Winter tersenyum cerah dan mulai membaca buku yang belakangan ini ia minati. Dari mulai membaca sambil telentang sampai duduk santai, Winter berhasil menghabiskan waktu berliburnya selama kurang lebih satu jam.
Dan sang suami yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya tentu misuh-misuh mencari keberadaan Winter yang tidak ada di kamar. Namun langkah kaki Jaehyun terhenti saat ia menemukan sesosok bidadari sedang meyedot minumannya sambil membaca buku di depan sana.
Istrinya sudah sangat cantik pagi ini. Benar-benar seperti bidadari. Dan Jaehyun dengan tatapan prianya tentu tidak bisa bohong saat ia melihat lekukan tubuh Winter yang tercetak jelas karena ia memakai pakaian ketat. Lihat, Winter benar-benar sempurna dengan tubuh indah dan wajah cantiknya.
Siapapun mungkin tidak akan mengira jika Winter masih berumur di bawah dua puluh tahun dengan tubuh seindah itu. Dan si brengsek ini sangat beruntung karena bisa mendapatkannya.
"Kamu senang-senang tanpa Mas?" Suara Jaehyun yang merenggut membuat Winter memberikan atensi pada pria itu. Gadis itu meletakkan gelas minumannya dan menggeser tubuhnya agar sang suami bisa ikut duduk di kursi yang sama dengannya.
"Mas baru bangun?" Tanya Winter balik tanpa ingin menjawab pertanyaan retrorik suaminya tadi.
Jaehyun mengangguk pelan. Tangannya teralih untuk melihat buku apa yang sedang di baca istrinya. "Moby Dick?" Gumam Jaehyun setelah membaca judul buku tersebut. "Kamu baca ini? Memang kamu mau berburu paus?"
Bola mata Winter membesar tak percaya suaminya mengetahui buku yang sedang ia minati ini. "Mas tahu?" Hebohnya langsung. "Aku nggak nyangka Mas suka baca novel juga,"
Senyum Jaehyun mengembang bangga. "Pengacara harus suka baca kalau nggak mau satu detailpun terlewat. Jadi Mas punya banyak buku dan novel di rumah Bunda saat Mas kuliah buat cari refrensi supaya terbiasa baca berpuluh atau ratusan lembar," Ungkapnya.
"Aku boleh lihat nanti?" Minat Winter antusias.
Jaehyun yang merasa sangat gemas mencubit pangkal hidung istrinya. "Tentu. Nanti kita ke sana. Lagipula kita udah janji setiap akhir pekan nginep di rumah Bunda,"
Ya. Saat mereka sepakat menikah, Bunda Tiffany tentu saja menagih janji Jaehyun. Jaehyun berjanji akan menuruti kemauannya jika sang bunda bisa membantunya mendapatkan Winter. Syarat yang dulu tetap sama, bunda ingin mereka selalu datang dan menginap setiap akhir pekan. Jumat malam sampai sabtu sore di rumah mama Taeyeon, sabtu malam sampai minggu berada di rumah bunda Tiffany. Dan untuk syarat ini Jaehyun tentu menyanggupi sepenuh hati.
Tapi entah syarat apalagi dari sang bunda yang menunggu Jaehyun nanti.
"Hari ini kita jalan-jalan?" Mata Winter menatap suaminya penuh harap. Meskipun jalan-jalan dan membeli oleh-oleh untuk keluarga sudah ada dalam list mereka, tapi Winter masih ragu Jaehyun akan mengiyakan ketika melihat pria itu sejak tadi menatapnya lapar.
"Nanti sore, kan?"
"Sekarang, Mas. Nanti sore kita ke pantai lagi aja, ya? Aku mau lihat sunset di pantai langsung,"
Jaehyun belum bergeming sambil tatapannya masih mengarah pada lekuk tubuh istrinya. "Kenapa kamu cantiknya kebangetan, sih?" Decak Jaehyun setelahnya.
Pipi Winter memerah disertai detak jantungnya yang kembali tak normal. Padahal mereka sudah cukup dekat seperti sekarang tapi Winter masih belum terbiasa mendengar gombalan suaminya.
"Sini peluk dulu," Jaehyun bergegas membawa istrinya ke dalam dekapannya sambil mengecup rambut Winter berkali-kali dengan gemas.
Winter ikut memeluk suaminya. Perlahan ia semakin mendamba hangatnya dekapan Jaehyun.
***
Di bawah teriknya matahari, aura Winter semakin bersinar dengan dress biru yang membalut tubuh indah gadis itu. Sepanjang jalan di Pasar Seni Kuta, semua mata seolah terhipnotis dengan aura menyegarkan Winter.
Sedangkan Jaehyun memilih memakai kemeja biru serta celana pendek berwarna putih. Ia juga memakai topi putih untuk melaraskan celana pendeknya. Ow, Jaehyun juga sama bersinarnya siang ini.
Pakaian mereka sangat serasi tanpa direncanakan.
Sepanjang menyusuri Pasar Seni Kuta, Winter tak henti-henti menjelajahi satu-persatu kios penjual dan melihat barang apa yang diperjualkan di sana. Ia membeli beberapa kaus santai bertuliskan Bali meskipun Winter bercerita jika ia sudah punya banyak baju seperti itu di rumah. Kurang lengkap kalau ke Bali tapi tidak membeli baju bali katanya.
Jaehyun juga di buat terkejut saat melihat interaksi Winter pada para penjual. Istrinya ternyata pintar tawar-menawar. Meskipun berujung sepakat pada harga awal karena Winter merasa iba pada penjual yang mengaku jika harga untungnya sangat sedikit dibanding modal membelinya.
"Mas mau beli apa?" Tanya Winter setelah tangannya kini menenteng dua buah plastik berisi baju bali dan kipas lipat pesanan mama Taeyeon. Mamanya memang sudah wanti-wanti minta dibelikan kipas lipat untuk di rumah.
"Nggak ada kayaknya," Jawab Jaehyun lalu memilih mengambil alih dua plastik di tangan Winter untuk ia bawa pada tangan kirinya. Tangan kanannya yang bebas ia pakai untuk merangkul Winter sambil mereka terus berjalan.
"Bunda nggak minta dibawain oleh-oleh?" Winter menoleh menatap suaminya.
"Minta," Balas Jaehyun cepat. Setelahnya dia bergumam pelan memikirkan oleh-oleh apa yang bundanya inginkan. "Minta cucu," Ujarnya jahil.
Secara spontan akibat rasa malu yang menghampirinya, Winter mencubit pelan pinggang suaminya.
"Mas serius loh," Bela Jaehyun karena merasa jika istrinya tidak mempercayai ucapannya.
"Iya iya percaya," Balas Winter sambil terkekeh.
"Berarti setiap hari kita usaha, ya?"
"Mas!"
Jaehyun tertawa kencang. Sedangkan pipi Winter semakin memerah sekarang.
"Mas aku mau es krim," Winter menujuk seorang penjual es krim gerobak. Selain ia memang menyukai es krim tapi pada situasi ini ia juga memanfaatkannya untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Setelahnya Jaehyun membawa Winter menuju penjual es krim dan membelinya sesuai keinginan Winter.
Seperti di adegan film romansa kebanyakan, Jaehyun membersihkan sisa es krim yang berada di pinggir bibir istrinya dengan gemas. "Kenapa makannya berantakan?"
Winter tersenyum. "Aku biasanya makan es krim di tempat terus pakai sendok. Kalau pakai stick pasti berantakan,"
Helaan napas Jaehyun terdengar berat. "Kalau nggak ingat tempat Mas lebih pilih bersihin sisa es krim kamu pakai bibir Mas sendiri,"
"Berarti aku makan es krim stick kalau di tempat ramai aja, ya?" Ledek Winter sambil matanya menggerling lucu melirik Jaehyun.
Winter terkejut saat mendapati raut wajah datar suaminya. "Ayo pulang." Tangan Jaehyun menarik Winter untuk mengikuti langkahnya.
"Mas mau kurung kamu di kamar."
***